CHAPTER 20 : GORGONIZE

2.7K 166 117
                                    



Jimin memegang kedua bahu Seulgi, membalikkan tubuh gadis itu, menciumnya lebih dalam lagi. Darahnya mendidih lagi, kali ini dengan gairah merasakan Seulgi membalasnya dengan ganas juga. Lidah gadis itu melilit lidahnya. Panas.

Ia melepaskan diri ketika Seulgi mendorong dadanya pelan. Membutuhkan oksigen. Dan mereka bertatapan sambil terengah. Suara nafas berat menggema di ruangan itu dan Jimin menatap sekeliling, menyadari dimana mereka berada.

Jimin memegang tangan Seulgi dan menariknya. Bukan kembali melewati pintu dari mana mereka masuk, tetapi melewati tangga. Turun ke bawah. Seulgi mengikutinya tanpa berucap apapun. Hanya ketukan heelsnya yang terdengar di ruang hening diantara mereka. Mengikuti Jimin yang menggenggam tangannya. Seperti masa lalu.

Tangga demi tangga mereka lewati. Tangan Seulgi yang Jimin genggam terasa berkeringat. Tapi Jimin mengeratkan genggamannya, tidak mengendur sedikitpun.



Mereka keluar dari sebuah pintu yang menuju parkir basemen. Dan Jimin masih melangkah dalam diam sambil membawa Seulgi bersamanya hingga mereka sampai di mobil Jimin yang diparkir di area khusus.

Alih alih membawa Seulgi ke pintu penumpang, Jimin melangkah menuju pintu pengemudi, membukanya dan membungkuk. Melakukan sesuatu pada kursi. Membuat kursi itu mundur dan memberikan space antara kursi dengan kemudi.

Lalu ia masuk, duduk di kursi itu dan menarik Seulgi untuk duduk di pangkuannya, menghadapnya.


Pintu mobil tertutup.


Bisa saja Seulgi mengibaskan tangan Jimin ketika mereka masih di ruang tangga darurat. Atau saat mereka menyusuri tangga. Atau saat dia melihat mobil Jimin. Atau saat Jimin menariknya untuk duduk di pangkuan lelaki itu. Seulgi punya banyak kesempatan untuk melepaskan diri. tapi tidak dia lakukan. Sadar sepenuhnya akan tindakannya, tapi ia tidak ingin melepaskan diri.

Jimin meraih tas yang tergantung di bahu Seulgi, melemparkannya ke samping. Tangan Jimin menyusuri pipi Seulgi. Ujung jarinya memberikan sensasi menggelitik pada kulit wajah Seulgi.

"Cium aku lagi." Pinta Jimin pelan.

Dan Seulgi tidak perlu diperintah dua kali. Tangannya menangkup wajah Jimin dan wajahnya mendekat, kembali melumat bibir itu. Lebih dalam lagi, lebih panas lagi. Mencari tau apakah rasa bibir Jimin sama seperti yang diingatnya, sama seperti yang ada di dalam mimpinya?


Tidak sama. Ini jauh ... jauh ... jauh lebih baik.


Jimin mengerang merasakan lidah Seulgi menyapu lembut bibir bawahnya. Jimin membalasnya dengan menggigit bibir Seulgi, menghisapnya sehingga Seulgi melenguh.

Seulgi terasa nikmat. Selalu terasa nikmat kapanpun Jimin merasakannya. Jimin bertahan seperti orang gila selama berbulan bulan untuk ini. Untuk bertemu dengannya lagi. Untuk merasakannya lagi.

Melepaskan bibir Seulgi ketika mereka kembali membutuhkan oksigen, Jimin meneruskan sapuannya ke leher Seulgi. Menyeret ciuman basah disana. Seulgi memiringkan kepalanya, memberi akses penuh pada Jimin. Tangannya masuk ke dalam helaian hitam rambut Jimin.

"No mark, please .. " Desah Seulgi merasakan Jimin menghisapnya disana.

Dan Park Brengsek Jimin justru menghisapnya kuat kuat.

"Aaaahhh.. J-Jimin..."

Jimin membungkam Seulgi dengan ciuman panas lainnya. Tangannya mengusap usap punggung Seulgi. Matanya terpejam, menikmati rasa bibir Seulgi yang manis. Jimin bisa tahan terus seperti ini. Menikmati Seulgi pelan pelan.

PERJALANAN PATAH HATIWhere stories live. Discover now