CHAPTER 9 : TACENDA

1K 140 22
                                    

Hal pertama yang membuat Seulgi tertarik pada Jimin secara fisik adalah matanya. Karena ia bisa melihat semua luka lelaki itu pada matanya. Mata Jimin selalu menawan Seulgi. Menyakitkan bagaimana ia melihat Jimin di awal pertemuan mereka selalu memasang wajah dingin sementara matanya menjeritkan luka.

Yang kedua adalah ... bibirnya.

Setelah mengenal Jimin lebih jauh, dan luka itu perlahan tertutupi oleh tawa yang tercipta, Seulgi jadi melihat hal hal lain. Bagaimana mata Jimin berubah menjadi satu garis lurus ketika lelaki itu tertawa. Bagaimana suaranya menjadi hal menyenangkan yang ingin ia dengar terus terusan. Bagaimana wangi tubuh Jimin tercium kapanpun mereka menjadi terlalu dekat. Dan bagaimana ... Seulgi melihat bibir Jimin.

Bibir itu penuh, tebal dan merah. Memprovokasinya setiap kali Jimin menggerakannya dengan cepat ketika mereka berdebat. Mengundangnya ketika Jimin tersenyum. Memberikan Seulgi pertanyaan yang tidak ingin ia ketahui jawabannya.

Bisakah ... aku ... menyentuhnya?

Dan ketika perlahan Jimin mendekatkan wajah padanya, Seulgi merasa jantungnya bisa meledak begitu saja. Tidak lucu jika ia mengalami pecah pembuluh darah gara gara ini. Dia kan bukan remaja!





Penantian ... terkadang lebih baik daripada ciuman itu sendiri.

Karena yang Seulgi rasakan, adalah benda kenyal itu, mendarat di sudut mulutnya. Hanya sedikit menyentuh bibir Seulgi.

Jika saja ia punya keberanian ... sedikit saja untuk menggerakkan kepalanya, maka bibir Jimin akan tepat menutupi bibirnya. Hanya semili, jarak yang dibutuhkan Seulgi untuk mendapatkan bibir itu secara utuh. Seulgi hanya perlu bergerak sedikit.

Tapi ia ... tidak mampu.

Maka Jimin yang bergerak, tapi justru menjauh. Bibir Jimin bergerak naik, menyusuri pipinya, hingga akhirnya, Jimin menekan kuat kuat bibirnya pada pipi Seulgi. Benda kenyal itu terasa dingin di pipi Seulgi.

Mata Seulgi sudah terbuka bahkan sebelum Jimin menarik tubuhnya.

Jimin tersenyum. Tapi matanya tidak. Ada sesuatu yang lain di mata Jimin. Bukan luka, tapi Seulgi juga tidak ingin berspekulasi apa itu. Karena ia sedang memproses apa yang sedang terjadi sekarang.

Apa tepatnya arti ciuman tadi?





"Aku harus menahan diri." Ucap Jimin, matanya tajam menatap Seulgi, "jika tidak, bisa bisa aku yang kalah pada taruhan yang kusebutkan sendiri."

Seulgi menunduk, menghindari mata Jimin sekaligus menenangkan detak jantungnya. Sial! Apa ini? Kenapa rasanya seperti ini?

Dan jantungnya tergagap lagi ketika merasakan tangan Jimin menyentuh pipinya yang lain, yang bukan disentuh oleh bibirnya.

Seulgi mendongak.

"Ini mengingatkanku pada sesuatu." Jimin menelengkan kepalanya, kini matanya penuh dengan binar canda, "kau mengingatkanku pada sesuatu." Ucapnya sambil mengunyel pipi Seulgi dengan tangannya.

Seulgi menepis tangan Jimin, cemberut, bersyukur karena kecanggungan yang ia rasakan tadi sudah mencair, "beruang? Teman teman dan Oppaku memanggilku beruang. Dan aku tidak mirip sama sekali dengan beruang!"

Jimin tertawa, "aku tidak bermaksud mengatakan beruang. Tapi setelah kau menyebutkannya, benar juga. Beruang. Cocok untukmu."

Seulgi mendelik, ia bangkit dan mengibaskan pasir di pantatnya, "sudah malam. Ayo kita ke rumah Min Jagganim lagi. Dia mungkin saja sudah pulang."

PERJALANAN PATAH HATIWhere stories live. Discover now