CHAPTER 18 : CARAPHERNELIA

1.3K 153 57
                                    



Seulgi tidak tau apa yang harus ia lakukan ketika mendapati Park Jimin juga muncul dari arah tempat parkir kantornya sementara dia baru di drop taksi dari arah yang berlawanan.

Lelaki itu tertegun sejenak. Lalu langkahnya mantap kembali. Mendekati Seulgi.

Dan Seulgi hanya terdiam seperti orang bodoh. Matanya menyusuri semua yang ada dalam diri Park Jimin. Menyerapnya. Membandingkan khayalannya selama ini dengan kenyataannya. Sama. Ia membayangkan Jimin dengan sangat baik. Kecuali rambut pirangnya yang sekarang hitam. Tapi kalau boleh jujur, Jimin menjadi jauh lebih memesona dengan rambut hitamnya.


Jimin berhenti dua langkah dari Seulgi. Dan dia menyunggingkan senyum, "Nona Kang. Kau disini juga."


Seulgi ingin menampar Jimin.


Seulgi mengangguk sedikit, lalu pergi meninggalkan Jimin. Melangkah masuk menuju lobi.

Dia tau Jimin mengikutinya. Dan Seulgi berusaha mengambil jarak sejauh mungkin tapi berusaha melangkah dengan normal meski semuanya sia sia karena ia masih bisa mendengar langkah Jimin di tengah lobi yang sepi.

Seulgi masuk ke dalam lift dan tak berapa lama Jimin menyusulnya. Jimin menekan tombol lift dan untuk pertama kalinya, mereka berada di ruang tertutup lagi. Hanya berdua.


Seulgi gemetar, berdebar, pusing, mual, ingin berteriak, ingin menangis tapi juga ingin tertawa terbahak bahak. Semua emosi dalam hatinya terasa ingin meledak, mendapati punggung Jimin hanya berada beberapa senti di depan matanya. Sedekat itu, tapi juga terasa jauh. Seperti ia tau sosok Jimin, tapi sekaligus juga asing baginya.


Dan orang brengsek itu bersikap seolah tidak ada yang terjadi diantara mereka.


"Kenapa kembali ke kantor?"

Seulgi tersentak ketika suara Jimin terdengar. Ia menatap punggung Jimin tetapi lelaki itu tidak menoleh sedikitpun padanya.

"Mencari apa yang Asisten Jeon butuhkan." Seulgi bangga ia dapat mengatur suaranya agar tidak bergetar. Tidak seperti saat rapat tadi, saat semua yang ia lakukan menjadi salah. Mempermalukan dirinya sendiri di hadapan banyak orang.


Benar, sebesar itulah pengaruh Park Jimin padanya.


"Kalau begitu tujuan kita sama."


Seulgi menaikkan sudut bibirnya. Lagi, mereka dilemparkan pada keadaan dimana mereka harus saling bersinggungan. Kali ini Seulgi harus bisa melewatinya. Jangan jatuh dalam lubang yang sama. Lelaki ini sudah berhasil memporak porandakannya sekali. Tidak akan ia biarkan untuk yang kedua kalinya. Memangnya, lelaki di dunia ini hanya Park Jimin seorang?


Tapi hanya satu yang seperti dia.


Tubuh yang seperti itu, wajah nya, matanya yang selalu berubah ubah saat menatap Seulgi, bibir penuhnya, suaranya ... hanya Park Jimin yang terlihat seperti itu.

Dan Seulgi tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari lelaki ini.


Lift berdenting pelan dan pintunya terbuka. Seulgi melangkah melewati Jimin untuk keluar dan berjalan menuju bagian arsip.

PERJALANAN PATAH HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang