CHAPTER 5 : KENOPSIA

914 143 16
                                    


Jimin memainkan kartu pass Hotel yang berada di tangannya. Hotel Oakra, kamar 1314. Benda mengkilat berbentuk persegi panjang itu berputar diantara jari jarinya. Sebenarnya, apa yang ada dipikirannya ketika ia menghampiri front desk dan meminta kamar ini? Kamar yang berada tepat di depan kamar Kang Seulgi. Apa motivasinya melakukan itu?

Jimin mempunyai kebiasaan berfikir selangkah di depan sebelum ia bertindak. Begitu hal yang ia pelajari dari Ayah dan Kakaknya. Jadi ketika ia mulai tergerak dengan gadis itu, Jimin memutuskan sesuatu yang cenderung kompulsif. Entah apa yang akan ia lakukan dengan benda ini.

Berada di mobilnya yang terparkir di tepi jalan dimana di sebelah kanan terlihat hamparan laut yang menghitam karena malam, Jimin menimbang nimbang untuk pulang sekarang. Mencari penerbangan ke Seoul dan kembali. Tidak ada gunanya juga ia disini. Biarkan saja cewek Kang itu. Tidak ada hubungannya dengannya. Toh seharusnya memang mereka tidak bertemu kembali jika saja Jimin cukup tegas dan tidak menaiki penerbangan sialan itu.

Ponselnya berdenting pelan dan Jimin melihat notifikasi pesan dari Chaeyoung. Bibir Jimin mengulas senyum, respon otomatisnya setiap ada yang berhubungan dengan gadis itu.


Chaeyoung sent a picture.

'Not a date but i don't care

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

'Not a date but i don't care. I'm so happy!!!'



Gila. Siapa yang bilang wanita adalah makhluk lemah? Wanita ini, baru saja menyakitinya bahkan tanpa menyentuhnya sama sekali.

Jimin memejamkan mata. Nafasnya memburu.

Sampai kapan Chae? Kau tidak membalas perasaanku adalah satu hal, tapi sekarang kau terang terangan menyakitiku, menghancurkanku.

"Dan sampai kapan aku akan diperbudak perasaan sialan ini?" Geram Jimin, matanya nanar, "sampai kapan aku akan dibodohi oleh perasaanku padamu??"

Sialan! Sakit sekali. Jimin mengerang, menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. Menengadah, tenggorokannya bergerak gerak dalam tangis yang tidak keluar.


Beberapa menit ia terdiam dalam posisi itu. Menenangkan deru nafasnya yang masih memburu. Pikirannya jauh berkelana ribuan kilometer jaraknya. Pada seorang gadis yang mungkin sedang mekar merekah seindah bunga. Bersinar dengan adanya pujaan hatinya di sisinya. Lengannya akan mengait pada lengan kekar lelaki itu, kakaknya sendiri. Mereka berjalan berdampingan, menebarkan senyuman kesana dan kemari. Orang orang akan membicarakan betapa serasinya mereka. Mungkin, mereka akan berbisik pada orang tuanya, bahwa orang tuanya sudah menemukan calon menantu yang tepat.


Jimin mengrenyit. Ia mengertakkan giginya dan berusaha menghapus bayangan itu dari otaknya. Dan satu satunya yang terpikir adalah dia. Gadis kang itu.

PERJALANAN PATAH HATIOnde histórias criam vida. Descubra agora