PART 25

65 31 64
                                    

Happy
Reading❤

__________

"Saya sudah melihat rekaman kerusuhan yang sudah kalian buat, kalian ini membuat malu saja. Untuk apa kalian ribut sampai berbuat kerusuhan seperti kemarin? Dasar tidak tahu malu kalian. Kalian itu sudah dewasa, kalau memang ada masalah bukannya diselesaikan dengan baik, eh malah berantem. Apalagi sebentar lagi kalian akan menghadapi ujian akhir sekolah dan akan lulus. Kalian tidak mau lulus dari sekolah?" Pak Sidik selaku guru fisika dan wali kelas 12 ipa 1, sedang memarahi Dhevan dan Ferry setelah ia tahu bahwa kemarin ada kerusuhan disekolah. Entah siapa yang melaporkan kepada Pak sidik.

"Maaf Pak kami tidak akan mengulanginya lagi" ucap Dhevan.

"Saya juga minta maaf Pak" timpal Ferry.

"Hanya maaf? Itu tidak akan cukup. Saya akan menghukum kalian, sekarang kalian pergi ke lapangan dan bersihkan lapangan." perintah Pak Sidik.
Dhevan dan Ferry langsung bergegas dari sana karena tidak ingin membantah Pak sidik ditakutkan nanti malah mendapatkan hukuman lebih, apalagi sampai diskor.

Setelah sampai dilapangan, Dhevan dan Ferry sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing tanpa ada satu katapun yang mereka ucapkan hanya ada keheningan diantara mereka berdua. Mereka sudah lelah berdebat biarkan waktu yang mengatur kapan masalah ini akan segera usai.

Disini Ayla sedang mencari May, entah dimana keberadaannya. Kenapa Ayla sedaritadi tidak melihatnya? Apakah mungkin May tidak masuk sekolah?
Ketika Ayla sedang mencari May, tiba-tiba mata Ayla berhenti mencari karena ia sekarang melihat Ranty yang sedang ada dibelakangnya, sehingga sepasang mata mereka saling bertemu. Tak lama kemudian setelah saling bertatapan, Ranty langsung berjalan melewati Ayla.

"Eh lihat deh Vioni itu Dhevan lagi bersihin lapangan, pasti dia kena hukum. Ada Ferry juga"
Ranty menghentikan langkah kakinya ketika mendengar Gya mengatakan jika Dhevan Sedang membersihkan lapangan, lalu Ranty langsung menengok ke arah Lapangan begitupun dengan Ayla yang juga mendengarkannya ternyata benar Dhevan dan Ferry sedang membersihkan lapangan.

"Udalah kita enggak usah urusin mereka, mendingan kita masuk ajah ke kelas" ucap Vioni kepada Gya.
Entah kenapa Vioni jadi cuek begini, bukankah Vioni dulu sangat mencintai Dhevan?

Orang-orang disana pun mulai memperhatikan Dhevan dan Ferry sehingga mereka berdua menjadi pusat perhatian. Entahlah mengapa orang-orang sangat suka menyaksikan orang yang sedang kesusahan.

"Eh ngapain lo liatin gua? Pergi sana, enggak ada kerjaan kalian?" Ferry pun marah kepada beberapa murid yang sedang memperhatikannya.

"Udalah Fer, buat apa lo usir mereka? Lihat noh, banyak pasang mata lain yang ngeliatin kita" ucap Dhevan.

"Lo diem ajadeh, ini juga semua gara-gara lo" ucap Ferry yang menyalahkan Dhevan.

"Apa lo bilang? Salah gue? Salah lo yang selalu ikut campur sama urusan orang lain" ucap Dhevan sambil tersenyum miris.

"Lo..."

"Udah ya stop, lo berdua itu maunya apa sih? Udah dihukum juga masih mau ribut mulu, pusing gue" tiba-tiba Alik datang dan melepaskan Tangan Ferry yang sudah menarik kera baju Dhevan, seperti baru hendak memukuli Dhevan lagi.

Ayla dan Ranty yang sedaritadi hanya bisa memperhatikan dari jauh juga merasa khawatir, untung saja Alik segera datang kalau tidak mungkin Dhevan dan Ferry akan babak belur lagi.

Treng...Treng...

Bel sekolahpun bunyi yang mengharuskan siswa-siswi  SMA Bakti Jaya pergi dari pusat perhatian mereka.  Aylapun tiba-tiba teringat May, sampai sekarang May tidak terlihat berarti memang benar May tidak masuk sekolah. Akhirnya Ayla lebih memilih untuk masuk ke kelas begitupun dengan Ranty.

SALAHKAH MENCINTAI? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang