PART 9

174 112 34
                                    

Haii apa kabar?
Gimana sukses ga rebahan kalian haha.
Semoga sehat selalu yahh.
Ehh btw makasih yg udah mau baca cerita aku sayang kalian deh💗
Jangan lupa vote yah okeyy~
Tolong Bantu share cerita aku yah biar makin bertambah pembacanya hehe..
                           
                                  :
                                  :   
           
               Happy reading gays🌽

______

Biarpun Tidak bisa menjadi pengisi hatimu,
Setidaknya bisa menjadi penenangmu.
______

Malam hari ini Ayla sangat merasa gugup karena akan bertemu dengan Dhevan bahkan dirinya akan dijemput berarti Ayla akan berangkat bersama Dhevan. Sungguh menegangkan.

"Kamu mau kemana Ay? Tumben rapih banget malem-malem gini" tanya sang Mamah saat Ayla sudah keluar dari kamarnya.

"Mah Ay izin keluar sama teman Ay, sebentar doang kok"

"Temen? Maysa maksud kamu?"

"Bukan Mah" saat mereka mengobrol bel rumahpun berbunyi sepertinya Dhevan sudah datang.

"Biar Mamah yang buka" Nisa mencegah Ayla saat akan membuka pintunya.

Aduh mamah bakalan marah gak yah? Batin Ayla.

Saat pintu sudah dibuka oleh Nisa terlihat seorang laki-laki yang begitu tampan dan tinggi.

"Hallo Tante" Dhevanpun menyapa Nisa dengan senyuman tidak lupa juga ia mencium punggung tangan Nisa.

"Adek ini siapa yah?" tanya Nisa

"Itu temen Ayla Mah" bukan Dhevan yang menjawab melainkan Ayla.

"Ouh ini yang mau pergi sama kamu?" tanya Nisa.

"Iyah Tante, boleh saya ajak Ayla keluar?" izin Dhevan.

"Iyah Mah sebentar ajah kok" mohon Ayla.

"Oke. Tapi bener yah jangan pulang malem-malem" Aylapun lega karena Mamahnya mengizinkan. Kemudian mereka berdua berpamitan kepada Nisa, lalu mereka berdua pergi ketempat mereka yang dituju yaitu taman.

Selama diperjalanan tidak ada yang membuka pembicaraan. Mereka sama-sama diam. Angin malam yang menjadi saksi bisu mereka.

Saat sudah tiba ditaman mereka memilih tempat duduk yang menjauhi dari keramaian. Karena kebetulan malam ini adalah malam mingguan yang dimana sepasang kekasih berkeliaran.

"Lu mau ngapain ngajak gue kesini?" tanya Ayla to the point, Saat mereka sudah duduk.

"Gue cuma mau... " Dhevan menggantungkan perkataannya, mungkin ia akan mencari alasan yang baik.

"Mau apa?" tanya Ayla dengan ekspresi wajah penasarannya.

"Jadi temen lo"

"Temen?" Aylapun bingung dengan mengangkat satu alisnya.

"Selama ini enggak ada orang yang bisa gue percaya, gue butuh temen curhat dan gue enggak punya teman cewek" Dhevan pun menjelaskan kepada Ayla. Tumben sekali Dhevan ingin berbicara banyak biasanya irit bicara.

"Tapi kenapa harus gue?"

"Karena gue nyaman deket lo dan gue yakin lo orang baik"

Deg. Jantung Ayla mulai berdetak lebih kencang daripada sebelumnya.

"Nyaman? Lo lucu yah, bukannya lo udah punya seseorang dihati lo?"

"Iyah, dan lo jangan geer. Gue nyaman sama lo hanya sebagai teman, enggak lebih"

Sakit. Sungguh sakit hati Ayla sekarang. Mengapa Dhevan sangat jujur mengatakan seperti itu tanpa mempedulikan perasaan Ayla. Jika Ayla sudah tersakiti begini, siapa yang akan disalahkan? Mungkin dirinya yang salah karna terlalu mengharapkan orang yang belum tentu menghargainya.

Apakah sesulit inikah mencintai seseorang yang sudah dimiliki orang lain?

"Lo kok bengong" Dhevan menyadarkan lamunan Ayla.

"Emang pacar lo kemana?" tanya Ayla untuk mengusir kecanggungan.

"Gue sih enggak pacaran cuma jaga komitmen ajah. Dia sekarang berada disingapur"

"Jadi lo LDR-an?"

"Untuk sekarang sih iyah, tapi dia bilang minggu depan dia akan pulang keindonesia dan sekolah bareng kita"

Ayla hanya diam. Memang sangat sulit menerima semua ini. Bintang-bintang malam ini yang akan menjadi saksi dimana hati seorang Ayla sedang meringis kesakitan.

Angin malampun menerpa wajah Ayla. Sepertinya juga angin sangat menusuk ke badan Ayla sehingga ia merasa kedinginan. Saat Dhevan melihat Ayla yang merasa kedinginan ia pun memakaikan switer yang ia pakai ke Ayla.
Sontak Aylapun terkejut.

"Mending sekarang kita pulang, kayaknya lo kedinginan gue takut lo sakit" lalu Dhevan memegang tangan Ayla untuk berjalan bersama dan merekapun memilih untuk pulang.

Sedangkan Ayla hanya diam. ia memikirkan semua perkataan Dhevan. Disini Ayla harus merasa bahagia atau bersedih? Disisi lain ia bahagia Dhevan menjadi temannya dan lebih dekat dengan Dhevan, tetapi disisi lain Ayla bersedih bahwa Dhevan sudah dimiliki oleh orang lain.

Setidaknya gue bisa menjadi penenang buat lo,saat lo membutuhkannya. Batin Ayla saat mereka masih diperjalanan menuju pulang.

-----


Yeayyy Alhamdulillah hehe udah sampe part 9:)

Ouh iya kasian Ayla hatinya tersakiti:(
Menurut kalian Ayla bakalan kuat gak yah jadi tempat curhatan Dhevan?

Yaudalah tunggu cerita selanjutnya yahh👇

SALAHKAH MENCINTAI? [TAMAT]Where stories live. Discover now