Chapter 13

298 40 3
                                    

Happy Reading👑
.
.
.

13. Baik?
Yogyakarta, 02 Juli 2021

________________________________
_____________________________________________














"What! Maksudnya, gue harus satu kelompok sama tuh anak?" tanya seorang gadis yang memiliki rambut sepunggung bername tag Vitara Anjani.

"Ya salah lo kemarin bolos," jawab gadis mungil di sebelahnya dengan name tag Delia Syakira.

"Ihh gue ogah!" ucap Vita sambil memicing sinis ke arah seorang gadis yang tengah diam menunduk.

"Hahaha derita lo. Udah terima aja," ucap Delia sambil tertawa mengejek.

"Ahhh Del gue nggak mau. Nggak betah gue sama dia. Tukeran ya," ucap Vita sambil merengek.

"Lo aja ogah apalagi gue," ucap Delia sambil menggelengkan kepalanya.

"Gue cari tuker yang lain aja deh!" ucap Vita kesal sambil melihat sesisi kelas.

"Nggak akan ada yang mau, bahkan tuh cowok-cowok juga mikir dua kali buat deket-deket sama dia," ucap Delia sambil memainkan kukunya.

"Tuhkan! Emang pada jahat banget sama gue," ucap Vita cemberut.

"Hahaha udah terima nasib aja. Sana duduk samping dia bentar lagi guru dateng," ucap Delia sambil melirik ke arah satu gadis.

"Sumpah tega banget lo," ucap Vita ikut melirik gadis yang daritadi masih menunduk.

Bully, tentu terdengar tidak asing lagi di telinga masyarakat era sekarang ini. Di setiap sudut belahan dunia, perilaku ini seperti sudah mendarah daging. Melekat kuat hingga sulit dipisahkan. Seolah dijadikan adat turun-temurun secara tidak sadar.

Satu kata yang dapat mewakili perilaku bully yaitu sakit. Entah menyakiti ataupun tersakiti, dua hal yang saling berhubungan. Bully sekarang ini tidak hanya dilakukan melalui perbuatan tapi juga perkataan dan ketikan. Tidak dapat dipungkiri hal ini nyata adanya.

Perbuatan, bermain dengan anggota tubuh secara langsung. Meninggalkan bekas yang dapat dilihat secara jelas. Tak jarang membuat trauma mendalam pada yang bersangkutan.

Perkataan, memang hanya seperti angin lalu. Namun, dapat membuat luka tak kasat mata yang sulit disembuhkan. Merambat dari hati ke otak berakhir pada kelopak mata yang mengeluarkan cairan bening tanda kesedihan. Tak jarang yang dianggap kalimat sepele dapat membuat orang lain menjadi depresi tanpa diketahui.

Ketikan, postingan yang diunggah di sosial media sekarang ini memberi dampak yang luar biasa. Tidak hanya dilingkup kecil namun seisi duniapun dapat mengaksesnya. Ketikan-ketikan tidak bertanggung jawab tak ayal sering menimbulkan fitnah dan kekacauan.

Sungguh, sakit rasanya ketika mereka terang-terangan melontarkan perkataan yang menyakiti hati. Ataupun menjauhi tanpa sebab yang pasti. Hal tersebut membuat korban merasa dikucilkan dan diasingkan. Perlu diketahui, mental setiap orang itu berbeda. Banyak yang tersakiti karena hinaan yang dikemas dalam lontaran candaan.

Seperti seorang gadis bernama Putri Reliana, si introvert yang sering dijadikan bulan-bulanan oleh teman sekelas. Hanya karena penampilannya yang berbeda ia dianggap kuman yang tak patut bersanding dengan yang lain. Hanya karena rambut yang dikepang dua, seragam yang terlihat kebesaran serta kacamata tebal yang selalu bertengger di hidung, ia dianggap seperti alien dari planet lain.

Hanya fisik yang mereka lihat. Padahal Putri termasuk siswi yang baik juga pintar. Namun sekali lagi, di era sekarang ini fisik selalu berada pada urutan pertama. Tak mengapa otakmu kosong asal wajahmu enak dipandang. Kebalikan yang ironis bukan? Namun kerap ditemukan.

King & QueenWhere stories live. Discover now