1.

2.7K 132 1
                                    

Keluarga yang harmonis,
Itu mimpi besarku.
Kadang aku perlu tidur cukup lama untuk menikmati hidupku, dan berharap besar ketika bangun aku benar-benar sadar bahwa itu bukan hanya sekedar mimpi.

-

Ziva tersenyum ketika melihat orang yang ia cari sudah terlihat dimatanya. Ia mendekat ke arah pria itu.

"Bang Zo, Zi minta izin ya," pamit gadis itu.

"Kemana?" tanya Zorion dengan wajah datar andalannya.

"Eum, tadi Mommy nge-chat Zi katanya mau ngajak Zi makan siang bareng Daddy, Bang Zo juga diajak, Bang Zo mau ikut?" tanya Ziva dengan hati-hati, sebenarnya dari tadi perasaannya Sudah tak karuan takut Zorion tidak mengizinkannya pasalnya sudah sering kali Mommy dan Daddy-nya mengajaknya pergi bersama. Namun, ia selalu menolak karena kakak laki-lakinya tak mengizinkannya.

Sudut bibir pria itu tertarik, ia menampilkan sebuah smirk. "Lo gak usah ikut acara gak jelas itu. Gue udah sering bilang jangan pernah bahas mereka! Anggap aja lo ga pernah kenal sama mereka, mereka itu cuma orang asing."

"Lama-lama gua muak sama larangan ga jelas lo itu, gua ga ngerti lagi kenapa sih lo tuh benci bangetttttt samaaa Mommy and Daddy, apa sih salah nya berdamai dengan masa lalu."

Zorion terkekeh kecil, ia mengulurkan tangannya guna untuk mengacak rambut gadis pendek itu.

"Mereka udah buang kita, Zi! Kita di telantarin selama ini, sadar Zi, sadar!" lirih Zorion dengan nada yang mendadak sendu.

"Sulit Zi untuk menerima semuanya, gua terlanjur kecewa, mereka ninggalin kita di saat kita masih butuh kasih sayang. Lo ingat kejadian tiga belas tahun yang lalu? Dimana kedua orang itu ninggalin kita dan gak perduli in tangisan kecil kita, lo masih ingat 'kan? Gimana hancur nya kita saat itu."

Ternyata memandang air mata Zorion yang luruh memaksa benak Ziva kembali memutar sekilas kenangan buruk. Masih segar di ingatannya saat sang Mommy dan Daddy-nya meninggalkan nya.

***

"Maafin Mommy ya sayang," tutur Farah seraya mengelus rambut Zorion dan Ziva secara bergantian.

"Ck, ayolah Farah kita pergi sebelum mereka bangun."
Farhat berkacak pinggang menatap Farah yang sedang menghapus air matanya.

"Mas, t-tapi bagaimanapun juga mereka anak kita, aku tak tega meninggalkan mereka. Mereka tak salah, kita yang salah. Ayolah Mas, kita sama-sama memulai hidup baru saja, apa Mas tega meninggalkan Zo dan Zi?"

"Farah, kau tenang saja mereka tak akan ter-telantarkan aku sudah menyuruh Dio untuk mengasuh mereka, kebutuhan mereka juga akan selalu terpenuhi karena setiap bulannya aku akan transfer ke rekening Dio," lontar Farhat, karena suara perdebatan mereka kedua anak kecil itu terbangun membuat wanita itu—Farah semakin tak tega meninggalkan mereka.

"Mommy-Daddy jangan belantem, kata Bu gulu belantem itu gak baik. Zi, aja gak pelnah belantem masa Mommy and Daddy belantem kayak anak kecil aja," ujar Ziva lugu. "Mommy and Daddy baik 'kan dong," sambungnya.

"Ayo, Mommy-Daddy baik 'kan! Baik 'kan, baik 'kan!" ucap Ziva dan Zorion berbarengan seraya bertepuk tangan. Farhat dan Farah hanya bisa tersenyum menatap anak kembarnya itu yang sangat menggemaskan.

"Eum sayang, Mommy-Daddy pergi dulu ya," pamit Farah. Matanya sudah berkaca-kaca rasanya tak sanggup untuk meninggalkan mereka berdua.

"Zi, mau ikut," ucap Ziva tersenyum manis menatap Farhat, dan Farah secara bergantian.

"Zo, juga mau ikut! Mau jagain Zi, dan Mommy-Daddy."

"Kalian di rumah aja ya, Daddy-Mommy ga akan lama kok perginya. Nanti ada Om Dio yang nemenin kalian," ujar Farhat sambil menarik paksa Farah.

Farhat melemparkan amplop tebal berisi uang ke sembarang arah, begitu juga dengan Farah ia melemparkan amplop yang entah berisi apa. Setelah itu mereka langsung mengunci rumah dari luar, dan menaruh kunci tersebut di dekat pot bunga.

"Mommy, Daddy ... mau ikuttt, Zi mau ikutttt," rengek Ziva. Pipi tembem nya kini sudah dibanjiri oleh air mata. Zorion langsung memeluk adik perempuannya itu, sebenernya ia juga sedih tapi ia tak mau membuat Ziva bertambah sedih.

"Zi, jangan sedih ya, nanti Mommy-Daddy sebentar lagi juga pulang," ujar Zorion seraya mengelus rambut halus Ziva lalu mengecup keningnya. Mereka pun memutuskan untuk kembali tidur.

o0o

Ziva kini sedang duduk di atas ranjang sambil menatap foto keluarga kecilnya yang kini sudah hancur lebur, dan tanpa ia sadari air matanya pun jatuh.

Sesak, satu kata yang tepat untuk Ziva, dada nya naik turun menahan tangisnya.

"Andai Mommy-Daddy tau ketika teman-temanku bercerita tentang ke harmonisan keluarganya aku adalah orang paling rapuh sedunia," gumamnya.

Ia jadi teringat kejadian beberapa tahun yang lalu.

Saat itu Ziva sedang bermain di taman bersama kedua temannya.

"Zi, boneka Cey bagus ya? Aku jadi pengen beli," ucap seorang anak kecil. Anak kecil cantik nan imut itu bernama Jihan—teman Ziva.

"Iya ya, Han, bonekanya bagus," puji Ziva. Anak kecil yang disebut-sebut oleh Jihan bernama Cey itu menghampiri mereka, lalu ia memamerkan boneka Barbie miliknya.

"Zi, Han, aku tadi pagi dibeliin boneka lho sama Ayah aku, bagus 'kan boneka nya?" tanya anak kecil yang diketahui bernama Ceyna Putri Carissa.

"Wah, bagus sekali Cey, nanti aku mau minta ah ke Papah aku buat beliin boneka yang kayak kamu," ungkap Jihan dengan mata yang berbinar.

"Aku juga," timpal Ziva dengan penuh semangat.

"Tapikan, Zi, kamu gak punya Ayah," ucap Jihan polos, Cey pun langsung mencubit lengan Jihan.

"Ck! Zi, itu punya Ayah, cuma Ayah Zi lagi kerja, iyakan Zi?" tanya Cey, Ziva pun langsung menggeleng.

"Nggak, aku ga punya Ayah. Aku punyanya Daddy," ujar Ziva.

Ahh, gemesssssyyyyy syekali.

"Alrghhhhhhhhh, flustasi aku! Tapi sama aja Zi, kamu punya Ayah, Ayah sama Daddy itu sama, beda nya Ayah buat olang miskin kalo Daddy buat olang kaya," ucap Cey sok dramatis.

Ah, teori macam apa ini:'

"Emang iya, Cey? Kalo manggilnya Papah buat olang apa?" tanya Jihan memiringkan kepalanya.

"Untuk anak manja," balas Cey cengengesan.

"Ih, aku ga manja tau! Yang manja itu Zi."

"Kok jadi aku sih?" ucap Ziva sebal.

"Iya kamu 'kan memang manja, kemarin aja aku lihat kamu digendong sama Abang Zo, terus disuapin, di kerjain PR nya, ih! Zi manja," ledek Jihan.

"Aku manja sama Bang Zo, karena aku gak dimanjain lagi sama Daddy. Udah dua tahun aku ga ketemu sama Daddy, sekarang aku cuma punya Abang, Om Dio galak! Aku gak like," keluh Ziva. Jihan hanya terdiam saat mendengar itu. Sedangkan anak kecil satu lagi ini—Ceyna kini ia sedang mengelus pundak Ziva dengan tangan mungilnya itu.

***

Haiii, gimana ceritanya?

Jangan hanya baca ya, vote dan komen juga, makasih.

See you next chapter

Z I Z O | POSSESSIVE BROTHER (HIAT)Where stories live. Discover now