19.

149 9 1
                                    

TARIK NAFAS DALAM-DALAM DAN SELAMAT BACA BESTIE!!!

Playlist🎶 -RUNTUH
FEBBY PUTRI FEAT. FIERSA BESARI.

PLEASE, LAGU NYA COCOK BANGET SAMA PART KALI INI.

SANGAT DISARANKAN SAAT BACA CERITA INI SAMBIL DENGERIN LAGU RUNTUH YA, SOALNYA VIBES NYA BEUH MANTAP LAH.

JANGAN LUPA FOLLOW, KOMEN SETIAP PARAGRAF FAN VOTE!!

I LOVE YOU ZIZOVERS 3>

_________________

Sakit itu saat kita harus berpura-pura kuat di depan semua orang, padahal kalbu kita menangis ingin berteriak.

-

Seorang pria menerawang seisi ruangan, mencari seseorang yang dia cari. Keven berjalan santai ketika seorang ia cari sudah ketemu, dengan senyum miring.

Lalu ia duduk di bangku, berposisikan ia berhadapan dengan orang itu. Orang itu yang mengetahui keberadaannya, menatap malas pada Keven.

"Dio!"

"Keven ngapain kamu kesini?"

"Gue gak suka basa-basi langsung ke intinya aja," simpul Keven menatap tajam ke arah laki-laki itu. "Ngaku lo anji*g, selama ini lo korupsi 'kan?!"

"Apa sih maksud kamu, Kev?" tanya Dio mengangkat salah satu alisnya. "Om gak ngerti maksud kamu apa."

"Daddy-Mommy setiap bulannya selalu kirim uang 'kan untuk Zorion dan Ziva, tapi lo gak pernah kasih! Lo malah korupsi bangs*t," tuding Keven, Dio terkekeh kecil mendengarnya.

"Tidak Kev, Om tid—"

"Gak usah ngelak anji*g, selama ini mereka menderita karena lo!"

"Baiklah, Om mengaku. Tapi kenapa kamu masih memperdulikan mereka?"

"Karena mereka saudara gue."

"Saudara? Hahahaha, hei! Sadar bodoh kau hanya anak dari seorang pelac*r, kau adalah anak yang tak diinginkan kehadirannya," ledek Dio membuat Keven tersulut emosi.

Bugh!

"Bangs*t! Anj*ng! Gue bakalan kasih tahu Daddy kalo lo selama ini korupsi," gertak Keven.

"Heh! Bocah ingusan, berani sekali kau berbicara seperti itu!" murka Dio sambil menonjok dada bidang Keven.

"Argh," ringis Keven sambil memegang dadanya yang sesak.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

CTAS! CTAS! CTAS!

Dio mencambuk Keven tanpa ampun.

"Argh, B–bund–nda," lirih Keven terbata-bata.

Keven merintih menahan sakit di sekujur tubuh nya. Sekuat tenaga ia berusaha untuk tidak menangis ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan Dio.

"B-bu-nda, Epen sakit ...," lirih Keven sebelum matanya benar-benar tertutup.

Keven terkapar tak berdaya, lantai kini sudah dipenuhi darah yang berceceran dimana-mana.

"Rasakan itu, dasar anak ingusan bodoh! Berani sekali dia mengancamku," sentak Dio menatap remeh pria yang terkapar itu.

Saat Dio berbalik badan tiba-tiba seseorang dari belakang menikam  kepalanya dengan belati tajam.

"Dasar pria tua bangka bodoh!"

Pria itu tersenyum menyeringai setalah selesai membuat nyawa orang melayang.

o0o

"Aduh ... perut gue," keluh seorang pria yang sedang mengelap meja. Ya! Pria itu adalah Zorion.

"Argh, whhhs," keluh Zorion menahan sakit.

"Bang lo kenapa?" tanya Ziva menatap abangnya dengan tatapan khawatir.

"Gue gak pa-pa kok," ucap Zorion tersenyum simpul.

"Gak pa-pa gimana? Lo tuh dari tadi gua perhatiin kayaknya lagi nahan sakit, Kenapa sih? Lo sakit?"

"I'm fine, you don't have to worry, okay?"

"Ck! Yaudah sekarang lo istirahat geh, muka lo pucet banget. Biar gua yang beberes," tawar Ziva, pria itu pun menurut lalu ia duduk di salah satu kursi cafe miliknya.

Zorion menatap adiknya dengan sendu. "Kalau gua pergi siapa yang jagain lo?" gumamnya.

"Lo kenapa sih bang? Jangan bikin gue khawatir deh dari tadi gue perhatiin lo diam aja, lo punya masalah?"

"I'm fine, no problem."

"Huh! Batu batt sih lo," cibir Ziva. Setalah itu tidak ada lagi percakapan.

Hening.

"Kalau gua pergi gimana dek?" tanya Zorion memecahkan keheningan.

"Pergi aja sana, gak perduli gue."

"Nanti lo sama siapa?"

"Biasanya juga lho kalau pergi gak pernah nanyain gimana nya gua, lo gak pernah perduli in gue."

"Kata siapa? Gue selalu—"

"Apa lo pernah tahu gua sering ngalamin anixiety dimalam hari? Apa lo tahu gua selalu ketakutan kalau lagi sendiri? Nggak 'kan? Lo tuh gak pernah perduli in gue," ungkap Ziva tersenyum getir.

"Bukan cuma lo tapi Mommy-Daddy juga, kalian semua gak pernah—" Rasanya tak sanggup melanjutkan omongannya, Ziva memilih kembali mengelap meja dan memutuskan kontak mata dengan Zorion.

'Lo gak tahu 'kan gua lagi ngalamin gagal ginjal,' batin Zorion.

"Jadi selama ini lo berfikir kalau Arez yang beliin obat penenang buat lo? Lo salah itu gue. Gua yang selalu suruh Arez untuk anterin lo cek up, beliin lo obat dan segala macamnya. Apa lo pernah tahu? Nggak 'kan!" jerit Zorion.

"Lo yang selama ini gak pernah perhatiin gue. Lo bisanya cuma habisin uang gue, nyusahin! Gua muak lama-lama. Lo selalu ngerasa yang paling tersakiti, lo gak pernah liat betapa kacaunya gua, NYESEL GUE RAWAT LO SELAMA INI," teriak Zorion di akhir kata.

Deg! Dada Ziva tiba-tiba merasa sangat sesak.

"Lo mikir gak sih bodoh! Gua selama ini juga tertekan. Apa pernah lo kerja? Nggak 'kan? Apa pernah lo begadang tiap hari demi sesuap nasi? Nggak 'kan? Lo gak pernah 'kan ngerasain pukulan keras dimasa kecil? Jawab gue!" bentak Zorion.

"Siapa yang selalu lindungi lo saat dipukul sama Dio? Gue! Iya 'kan?! Padahal yang buat kesalahan lo, tapi gue yang selalu gantiin posisi lo!"

"Arghhhhhhhhh, anji*g, lo selalu bilang gua egois karena ini lah, itu lah. Lu mah, argh! Bangs*t."

"Pulang sana, males gue liat muka menyedihkan lo," suruh Zorion dengan nada tinggi.

Gadis itu tubuhnya bergetar hebat, rasa sesak di dadanya semakin menyeruak. Ziva melangkah menuju pintu keluar, setalah itu ia pergi entah kemana.

***

Yes, finish! Akhirnya aku up lagi, ada yang nungguin? Nggak deh kek nya, hahahaha.

Main tebak-tebakan yo!!

Kira-kira yang bunuh Dio siapa?

Menurut kalian disini siapa yang tertekan Zorion atau Ziva?

Sampai ketemu lagi zizovers!!!

See you next chapter

Z I Z O | POSSESSIVE BROTHER (HIAT)Where stories live. Discover now