23.

170 10 0
                                    

Tak perlu berusaha keras untuk mendapatkan cinta karena percuma berusaha jika ia tidak memiliki perasaan yang sama. Cinta yang baik itu saling memiliki perasaan bukan hanya salah satunya saja yang berusaha dan berjuang untuk mendapatkan.

-

Hari berganti hari, waktu berganti waktu,  tapi Zorion masih saja marah dan mendiamkan Keven dan itu membuat Keven kebingungan. Apa kesalahan gue sangat vatal? Sampai-sampai dia marah dan mendiamkan gue, pikir Keven.

"Please, angkat telfon gue!" Terlihat seorang gadis yang sedang mondar-mandir. Ia melihat api yang semakin membesar, gadis itu sangat panik.

Akhirnya beberapa saat kemudian, orang ia telepon mengangkatnya.

"Anji*g lu bang!"

"Lo yang anji*g! Berani banget lo—" Belum sempat pria itu melanjutkan hardik 'kan nya gadis itu terlebih dahulu memotongnya.

"Bang.. cafe, kebakaran," cicitnya.

"Alah, prank."

"Gue seriusan anyi*g!"

"Bangs*t, mulut lo gak bisa dijaga ya!"

"Ah, palingan nge-prank, lo 'kan YouTubir kerajaannya nge-prank, pansos," cibir pria itu dari sebrang sana.

"Gini nih kalau punya otak tapi gak digunain," oceh gadis itu dengan kesal.

"Seterah lo mau percaya atau kaga, bye!" pungkasnya.

"Lo se—"

Tut!

Gadis itu mematikan teleponnya sepihak. Tak lama kemudian orang yang tadi ia telepon datang, lalu memeluk ia dengan erat.

"Lo gak pa-pa, 'kan?" bisik pria itu.

"Bangke lo ah, kesel gue, lama banget sih lo angkat telfon gue! Mana sempet gak percaya lagi," ketus gadis itu. Ia pun membalas pelukan hangat dari pria itu.

"Ziva, lo gak pa-pa 'kan? Gak ada yang terluka?" tanya pria itu lembut.

"Gue gak pa-pa, barang-barang di dalam juga gak ada yang rusak parah, cuma dapur aja yang sedikit berantakan," ungkap Ziva mendongak menatap pria didepannya itu.

"Kalau cafe yang kebakar gue gak akan sedih dan merasa gagal, tapi kalau  sampai lo terluka.. gue bakalan sedih dan merasa gak becus jagain lo," ucap Zorion sembari mengelus rambut gadis imut itu.

"Ini tangannya kenapa?" tanya pria itu dengan nada khawatir sembari mengelus-elus punggung tangan gadis itu yang memerah.

"Tadi ke tumpahan air panas gara-gara panik."

"Masih sakit? Atau mau ke dokter kulit?"

"Gak usah."

"Yang nganterin Arez."

"Aduh, perih banget tangan gue Bang," ucap gadis itu penuh drama sambil mengibaskan tangannya. Zorion terkekeh melihat adiknya yang sedang akting.

"Sa 'ae lo cil."

"Hehehe, tapi seriusan perih," adu nya sambil memajukan bibirnya lima centi.

"Iya deh percaya."

"Gue telfon Arez dulu ya, setelah itu gue mau cek dapur."

"Oke."

Pria itu pun langsung menelepon seorang pria bernama Arez.

"Halo Rez."

"Iya, ada apa Zo?"

"Tolong anterin adik gue ke dokter, jemput dia di cafe gue, makasih."

"Sorry Zo gue gak bi—"

"Gue tunggu, sekali lagi makasih."

"Zo gue.."

Tut!

Zorion mematikan telepon secara sepihak. Huh! Tidak adik nya abang nya juga sama-sama suka mematikan telepon secara sepihak dan sama-sama suka memotong pembicaraan.

o0o

Disisi lain sepasang sejoli sedang berdebat entah apa permasalahannya.

"Tapikan Rez, dia bukan siapa-siapa kamu, ngapian sih kamu perduli in dia lagi?"

"Dia adik dari teman gue, gue perduli sama dia karena dia orang yang gue cintai," jawab pria yang memakai t-shirt berwarna hitam, celana jeans dan sepatu berwarna putih.

"Aku calon isteri kamu Arez!" tuntut gadis yang memakai dress berwarna putih dan bando yang berada di atas kepalanya.

"Terus?"

"Kamu tega ninggalin aku sendirian?"

"Cey, Ziva itu 'kan sahabat lo, apa lo gak ada rasa khawatir saat sahabat lo lagi terluka?"

"Dia emang sahabat gue, tapi gue gak akan izinin lo pergi bareng dia! Karena lo calon suami gue," tekan gadis yang diketahui bernama Ceyna.

"Lagian 'kan dia punya abang, kenapa nggak abangnya aja yang nganterin? Emang dasarnya ganjen tuh cewek," cibir Cey kepada sahabatnya sendiri.

"Cih! Dasar fake lo."

"Kalau kamu masih kekeh mau anterin cewek ganjen itu, aku bakalan—"

"Kenapa? Lo mau ngadu ke Papah gue? NAJIS! Emang ya yang kelihatan lugu dan polos itu kadang yang paling brengsek." Arez membuang ludahnya ke sebelah kirinya. Ia menatap gadis didepannya yang membeku di tempat.

"Rez kamu kelewatan! Kamu jahat," lirihnya, ia berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata. "Mana ada sih seorang calon isteri yang merelakan calon suaminya pergi bersama perempuan lain, aku cemburu Arez! Hati aku sakit," sambungnya.

"Tapi gue gak cinta sama lo Cey!" Bagaikan disambar petir disiang bolong, hati Cey berdenyut sakit.

"Cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu, sebab cinta adalah sesuatu yang bisa timbul dari kenyamanan dan penerimaan. Keterbukaan, kebersamaan yang terus terjalin. Apa kamu gak mau Rez buka hati untuk aku? Kasih aku kesempatan," lirih gadis itu sembari menyeka air matanya.

"Secepat ini lo bisa cinta sama gue Cey? Bahkan lo baru putus dari Zorion."

"Gue suka sama lo dari dulu Rez, gue gak berani ungkapin perasaan gue karena sahabat gue sendiri suka sama orang yang gue suka, bahkan gue suka sama lo sebelum Ziva suka sama lo."

"Gue korbankan perasaan gue demi Ziva, tapi sekarang gue gak bisa, gue gak mau terus-menerus menjadi orang bodoh, yang rela tersakiti demi sahabat bangs*t kayak dia, dia tau gue suka sama lo tapi dia gak pernah hargai perasaan gue, jadi disini siapa yang jahat? Siapa yang brengsek?"

"Aku mohon Rez, tolong kasih aku kesempatan ...," lirih Cey memegang tangan pria didepannya itu.

"Kasih gue waktu. Dan tolong jangan aduin gue ke Papah," pungkas pria itu. Setelah itu ia pergi begitu saja.

'Aku akan selalu berjuang untukmu, bahkan jika batas menghampiriku, akan ku dorong batas-batas itu untuk melangkah lebih jauh agar bisa menyentuh hatimu.'
Ceyna membatin.

Ia melihat kepergian Arez dengan sendu, sungguh hatinya sangat sakit, perasaannya tak karuan. Cukup dua tahun ia mengalah, sekarang ia tak ingin membagi apalagi terbagi.

Sebenernya ia menerima Zorion karena ia ingin berusaha mengalah dengan Ziva, tetapi dia rasa sahabatnya itu sudah kelewatan, ia sering mengasih  kesempatan kepada sahabat. Namun, Ziva tetap kekeh pada kepercayaannya.

Ziva tidak mau berpindah kepercayaan, tetapi dia selalu berusaha untuk menjadi Arez, itulah pemikiran dia terhadap sahabatnya.

Apakah pandangan kalian ke Ziva seperti itu?

***

Hai semuanya! Terimakasih atas 3K nya, sehat-sehat selalu kalian, i love you zizovers!❤️

See you next chapter

Z I Z O | POSSESSIVE BROTHER (HIAT)Where stories live. Discover now