25

149 6 0
                                    

You're so lucky if your father ain't a cheater.

-

Seorang pria memarkirkan mobilnya ke bagasi mobil di samping rumahnya yang mewah.

Saat pria itu hendak melangkah ke tangga depan rumahnya seorang laki-laki paruh baya sedang berdiri menunggu dirinya mungkin cukup lama.

Pria itu menghampiri laki-laki paruh baya itu dan berdiri di depannya.

"Kamu tau Steven sudah—"

"Iya tau, kenapa? Daddy mau nuduh Keven karena meninggalnya Steven dan om Dio?" tanya Keven dingin. Laki-laki paruh baya itu tertawa renyah.

"Tentu tidak. Malah bagus mereka mati. Tapi.. anehnya jasad mereka tidak ditemukan," jawab Farhat dengan senyum simpul.

"Keven yakin mereka gak mati, pasti mereka sedang merencanakan sesuatu."

"Kamu tidak perlu khawatir. Kamu cukup belajar yang benar agar kamu bisa mengurus perusahaan saya," ucap datar laki-laki itu lalu melengos pergi.

Keven berlari terburu-buru menuju kamarnya, setelah sampai dikamar dia langsung mengecek laptopnya.

"Shit! Semua media sosial gua diblokir Steven, gua yakin pasti dia gak mau ninggalin jejak sedikit pun. Dia emang licik banget, dia bisa pengaruhi Zo, padahal Zorion salah satu orang yang gak gampang percaya, argh! Gua yakin pasti diantara semua anggota unit killer savage ada yang berkhianat!"

"Tapi siapa? Gua yakin orang itu deket sama gue, karena.. yang cuma tau betul Steven itu Zayn, Angga, Ethan dan anggota kompeni lainnya. Apa kemungkinan Zayn? Tapi.. gak mungkin, dia rela mengorbankan nyawanya demi UKS, jadi gak mungkin dia berkhianat."

"Arggghhhhh ...!"

Keven berteriak frustasi, sambil mengambil handphone nya yang baru saja ia banting tadi.

"Kok bisa ya, Zorion tau kabar Steven mati padahal dia baru bangun dari pingsannya. Oh shit, rumit banget! Gua jadi curiga jangan-jangan yang bakar cafe itu suruhan Steven," gumam Keven, sekarang ia berniat menelfon adik perempuannya—Zivanna, tunggu! Ia baru ingat bahwa gadis itu berada di rumah ini.

"Gue gak liat adanya Ziva di rumah ini, apa dia udah pulang?"

"Gue jadi khawatir, gua takut dia kenapa-kenapa."

Akhirnya pria itupun memutuskan untuk menelfon gadis itu. Gadis itu pun mengangkatnya, ternyata sekarang gadis itu berada di rumah sahabatnya.

"Kalau lo mau pulang kabarin gue ya, nanti gua jemput, bye sweetie."

Perasaan pria itu sedikit tenang, lalu ia kembali mengecek laptopnya. Tiba-tiba handphonenya berdering, ternyata ada yang mengirimnya pesan. Dari nomor yang tak dikenal. Pesan itu berisi:

4lLoww sobbhhat quch😉

4yo qtya men teback-tebackhan

W mw kascih kodeh🤘🏻

'*@Z*'

Tuch kodekh nyah, yuqz jawabhhahah.
Dagh, dagh👋🏻!

Keven membaca pesan itu belibet, dia rasa pesan ini dari Steven atau suruhannya. Ia pun berusaha mengartikannya.

"Ketikannya alay banget, eh? Kayaknya ini ketikan zaman dulu. Cuma orang tua dulu yang tau arti pesan ini. Gua harus minta bantuan, tapi sama siapa?"

"Mommy! Iya! Gua harus minta bantuan dari Mommy," ucap Keven. Setelah itu ia langsung keluar dari kamar, mencari dimana mommy nya. Pria itu menemukan orang yang dicarinya. Namun, saat ia meminta bantuan pada wanita paruh baya itu, wanita itu menolaknya.

"Mom, please. mommy where are you going?"

"Saya ingin mencari anak saya, kamu jangan halangi saya!" bentak wanita paruh baya itu.

"Kalau daddy tau, Mommy bisa dihukum. Mom, please.. dengerin kata aku."

Keven menghalangi jalan wanita paruh baya itu, lalu ia langsung memeluk ibu tirinya yang berada di depannya.

Farah memberontak. "Lepas bedebah!"

Keven pun akhirnya melepaskan pelukannya dan membiarkan Farah pergi.

"Gua harus minta bantuan siapa lagi? Water park you men!"

o0o

Saat ini Ziva sedang terdiam menatap langit malam di jendela, tangannya ia gunakan sebagai penopang dagu.
Dia terus saja memikirkan kakak kandung laki-lakinya.

Dert! Dert! Dert!

Ziva melirik ke ranjang tidur yang terdapat handphonenya. Dia berjalan ke arah ranjang itu dan duduk di tepinya.
Mata Ziva memicing kala melihat kakak kandung laki-lakinya ternyata yang menelfon nya.

"Halo?"

"Zi!"

Ziva memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya perlahan, dia sudah tau suara ini.

"Masih hidup lo!"

"Lo dimana?"

"Gak perlu tau!"

Ziva mematikan panggilan itu, ia bingung antara marah dan senang, di lain sisi ia merasa senang karena Zorion baik-baik saja, mungkin (?). Tapi di sisi lain ia marah pada pria itu.

Ting, ting!

Dua pesan masuk di benda persegi panjang itu. Ziva melihat siapa yang telah mengirimkannya pesan. Ternyata itu kakaknya—Zorion–yang mengabarkan bahwa dirinya besok balik ke rumah.

"Gua capek sama kehidupan gue. Hancur. Gagal."

Kini Ziva tengah menulis sesuatu dibuku diary nya. Setalah selesai menulis sesuai hatinya, ia membaca ulang tulisan tersebut.

‘PERNAH?

Apakah pernah kamu menggigit bibirmu sendiri, hanya untuk meredam suara tangisanmu?

Pernah menepuk-nepuk dadamu, hanya untuk berusaha menghilangkan rasa sesakmu, terus mencoba tersenyum meskipun air matamu berjatuhan.

Dan tiga hal itu kamu lakukan hanya untuk menumpahkan rasa sakit yang mereka berikan, it's okay, that's life, even so stay strong and don't give up, please.

Dariku,
Untuk yang hancur di pihak keluarga, bodoh di bagian percintaan dan gagal dalam di circle pertemanan.’

***

Konflik di mulai.

Makin kesini makin cringe:)
Hahahaha.

See you next chapter

Z I Z O | POSSESSIVE BROTHER (HIAT)Where stories live. Discover now