Bab 1 - Bar-bar

59 12 11
                                    

"Woy! Sini lo! Jangan kabur!" teriak salah satu seorang cowok berperawakan seperti preman dengan emosi membludak menatap punggung seorang gadis yang mulai menjauh.

Gadis itu tak mengindahkan teriakan pria itu, dia malah mempercepat langkah dengan menenteng tas selempang bewarna silver.

Dia terus berlari di sepanjang lorong pasar diikuti para preman yang mengendarai motor. Aksi kejar-kejaran itu ditonton oleh banyak orang mengingat lokasinya di pasar.

Banyak orang yang memprotes saat tiba-tiba gadis itu mendorong atau merusak dagangannya hanya untuk lewat. Apalagi para preman yang mengendarai motor, tak memperdulikan banyak dagangan yang hancur berantakan dibuat mereka.

Gadis dengan pakaian serba hitam layaknya cowok itu dengan lincah berlari menghindar segala halangan. Tujuannya adalah mengembalikan tas ini pada pemiliknya yang tadinya dicopet oleh para preman.

Gadis yang bernama lengkap Jennie Dinawanti itu memang tidak takut pada siapa pun dan apa pun, menurutnya, jika demi kebenaran kenapa harus takut untuk menegakkannya?

Jennie terus berlari, tidak memperdulikan keringat yang bercucuran di tubuhnya, juga tenggorokannya yang telah mengering, juga teriakan-teriakan para preman.

Walaupun para preman itu mengendarai motor, tapi mereka kalah cepat dengan Jennie akibat halangan para penjual dan pembeli di pasar, tentu menghambat laju motor.

Sampai juga Jennie pada orang yang dia tuju. Wanita yang menggendong anaknya itu tersenyum senang saat Jennie memberikan tas itu padanya.

Para preman yang mengetahui ada polisi di sana pun langsung berbalik arah. Mereka takut dipenjara dan lebih memilih kabur.

Pak polisi sangat takjub pada Jennie bahkan sampai tidak berkedip hanya untuk menonton aksinya tadi. "Keren amat lu bocah!" katanya dengan menatap Jennie.

Jennie langsung menoleh ke pak polisi dengan mengatur napasnya yang terengah-engah. Jennie membungkuk dengan memegang lutut, mencoba menstabilkan penglihatan dan napasnya.

"Ben ... bentar dulu, Pak ... ka--kalau mau ngob--ngobrol ... say--saya capek ...," kata Jennie terjeda-jeda.

Hingga saat napas Jennie normal dia tersenyum lebar. Wanita itu mengucapkan terima kasih berkali-kali dan memberikan uang padanya, tapi segera ditolak halus oleh Jennie. "Enggak usah, Tante, saya ikhlas lillahita'ala kok. Buat adeknya aja tuh."

Jennie menunjuk seorang anak kecil di gendongan wanita itu. "Oh, iya. Makasih sekali lagi, ya?" kata wanita itu yang dibalas dengan senyuman dan anggukan oleh Jennie.

Jennie meninggalkan kawasan pasar setelah membeli beberapa barang dapur untuk sang emak di rumah. Jennie memang sering diandalkan dalam hal ini. Walaupun dia cewek, tapi dia dapat menjaga diri bahkan dapat melawan bahaya.

Jennie itu memiliki tubuh yang ramping, berambut pendek sebahu, berhazel coklat, dan berkulit eksotis. Dia lebih cocok dikatakan cowok jika saja tidak ada bulu mata lentik yang menghiasi matanya juga tahi lalat di atas bibirnya yang ranum.

Jennie bukan cewek yang hobinya memakai secincare, lipblam, atau pun memakai handbody lotion, melainkan dia hobinya manjat pohon, lari-lari, berjemur karena bermain layang-layang, dan mandi di sungai ketika kecil--untuk usianya yang keenambelas, dia dilarang mandi di sungai--makannya, kulitnya tak seputih cewek pada umumnya.

Bisa dikatakan, Jennie adalah cewek maskulin. Walaupun dia berkulit eksotis, tidak dapat merusak kadar kecantikannya untuk dilirik banyak cowok. Justru, dia menjadi salah satu cewek idaman.

Jennie memesan ojek online dan tengah menunggu tukang ojeknya datang di persimpangan dekat parkiran motor di pasar itu. Jennie datang ke pasar naik sepeda, tapi karena sepedanya hilang dia jadi memesan ojek online.

Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang