Bab 76 - Masih Antagoniskah?

9 5 12
                                    

Jennie mendesah keras kala tidak dapat menutup mata malam ini. Suara petir bersahut-sahutan dan angin kencang yang menghempasnya begitu mengganggu. Gadis itu sudah mengunci jendela kamarnya berkali-kali, tetapi tetap saja, angin yang kencang mampu membukanya kembali.

Dia sudah berbagai cara untuk menutup mata, tetapi gagal. Hah! Mungkin dia butuh minum susu untuk mendatangkan kantuk.

Akhirnya Jennie memilih beranjak dari ranjang, berjalan perlahan keluar kamar tanpa mengenakan alas kaki. Sulit sekali berjalan di atas kegelapan malam ini, cahaya yang berasal dari senter baterainya saja tidak cukup lancar untuk melihat gelapnya di bawah sana.

Jennie menelan saliva, tidak ada gunanya ketakutan, itu hanya kegelapan bukan hantu pemakan manusia. Gadis itu perlahan menuruni anakan tangga seraya mengarahkan cahaya senter ke bawah, kalau saja cahaya itu bergeser maka dipastikan Jennie akan terjatuh.

Gadis itu terus berjalan hingga sampai di lantai bawah, mendadak senternya padam membuatnya menghentikan langkah. Dia mengumpat dan mencoba menghidupkan benda itu lagi. Ah, sial! Dia lupa, senternya kehabisan daya baterai dan mati sia-sia.

Kini hanya cahaya sekelabat dari arah luar jendela di sepanjang jalan saja yang menjadi sumber penerangnya. Dalam hati ia selalu merapalkan mantra, "Jangan takut, setan enggak ada."

Jennie menyeduh susu dengan air hangat lalu menyeruputnya. Petir yang bersahut-sahutan mulai mereda, kini hujan rintik mulai jatuh disusul rintik yang lain hingga datanglah hujan deras membasahi bumi.

Kemudian Jennie berjalan membawa segelas susu itu keluar dari dapur dan meninggalkan senternya di pantry. Saat seruputan kedua, lampu menyala tiba-tiba yang membuat Jennie sedikit tersentak.

Uhuk!

Jennie tersedak air susu akibat terkejut karena melihat seorang perempuan baru saja keluar dari kamar Raden dengan pisau yang melekat di tangan kanannya. Siapa? Jelas itu bukan bundanya karena dugaannya ... perempuan di rumahnya hanyalah dirinya, bundanya, pembantunya dan adik iparnya.

Mustahil itu adalah pembantunya, tubuh perempuan tadi mungil dan terkesan masih anak remaja. Jennie meletakkan gelas susu di atas meja yang ia temukan di ruang tamu itu kemudian berlari mengejar sosok tadi.

Apakah sosok itu adalah Azra? Untuk apa Azra di kamar Raden? Mereka habis melakukan apa? Berbagai pertanyaan dan firasat buruk mulai menyergapnya. Gadis itu seolah seperti penguntit yang takut ketahuan saat sosok itu hendak menoleh ke belakang.

Mendadak sosok itu tersandung hingga terjatuh membuat niat Jennie yang hendak bersembunyi urung, suara benda jatuh menyentuh kramik pun tak terelakkan. Gadis itu mendengar sosoknya meringis seraya berusaha bangkit. Jennie menghampirinya, belum bisa mengenal sosok itu karena wajahnya tertutup rambut.

Namun, dugaan Jennie bahwa dia adalah Azra tidak diragukan lagi karena Jennie mengenal betul sosok-sosok yang ada di rumahnya.

"Lo enggak pa-pa? Kok lo bisa jatoh?" tanya Jennie sedikit khawatir, melirik ke cewek itu yang kini hanya diam dan sesekali meringis. Jennie mengernyitkan dahi, ia menyibak rambut cewek itu sampai wajahnya terlihat jelas. "Azra jawab gue!"

Azra menunduk, tampak terkejut, cewek itu mengangkat wajah dengan raut panik yang kentara. Ia benar-benar berharap Jennie tidak melihatnya baru saja keluar dari kandang iblis.

"Iy--iya, Kak. Azra baik-baik aja cuma keseleo dikit," ucap Azra sekenanya. Matanya bergulir sana-sini berusaha menutupi raut panik.

Jennie mendesah. "Jujur sama gue ... lo habis ngapain ke kandang komodo?" tanyanya membuat Azra menatapnya penuh kebingungan.

Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang