Bab 21 - Badmood

6 3 0
                                    

"Jawab yang bener! Kenapa bisa lo yang jadi ojol gue?" Jennie mengalungkan lengan di leher Dadang membuat cowok itu mendongak sedikit.

"Aduh, Mbak." Dadang berusaha melepas rangkulan itu, tapi gagal karena dia hanya memakai tangan satu sedangkan Jennie merangkulnya dengan sangat kuat.

"Jawab yang bener dulu! Baru gue lepas lo!" Tanpa ampun, Jennie semakin mengeratkan rangkulannya membuat sang korban tak berkutik.

"Iya-iya, saya ceritain." Akhirnya Dadang tidak kuat lagi, lehernya terasa dicekik. Untung yang nyekik Jennie, lumayanlah dapet modusan. "Lepasin dulu, Jen."

Jennie mengangkat satu alis. "Lepas? Kaga mau! Lo harus cerita baru gue mau lepas!"

Dadang terkekeh. "Barbar bener dah."

"Banyak cing-cong lo kayak tetangga! Cepetan cerita!"

"Iya-iya, saya cerita. Jadi gini ...."

Ting!

Saat Dadang dan Ujang sedang asik-asiknya mengobrol, suara notif dari handphone seseorang membuat obrolannya tertunda.

Saat dicek, ternyata itu suara notif dari handphone Ujang. Pria itu tersenyum lebar saat dia mendapat orderan. Di waktu bersamaan, handphone Dadang ikut berbunyi dari notif aplikasi ojek online.

Dadang pun ikut tersenyum setelah dia sadar bahwa dia juga mendapatkan orderan.

"Rezeki anak saleh ini mah," kata Ujang dengan senang setelah beberapa jam menunggu orderan di pangkalan bersama Dadang.

Dadang terkekeh kemudian mengintip layar handphone Ujang seraya bertanya, "Dapet orderan dari Kepo?" Dahinya berkerut, tampak tak asing dengan nama akun tersebut.

Ujang mengangguk, dia ikut mengintip layar handphone Dadang kemudian mengernyitkan dahi. "Eh? Lo dapet orderan Sahara?"

Dadang dan Ujang saling melempar pandangan, kemudian mereka menukar handphone karena mendapat sinyal mendadak.

Saat mereka menggorek lokasi dan foto akun itu, mereka terkejut. Lalu mereka menukar pandangan lagi.

"Lah? Sahara, bini gue, kok malah ngojek elo? Bukannya gue, lakinya." Ujang menggerutu.

Dadang menghela napas. "Kepo ini, kan, jodoh gue, kok malah lo yang dipesen? Apa dia udah lupa atau masih marah?"

Ujang menyipitkan mata. "Lo curhat, ya? Sorry, gue enggak ada waktu. Mau jemput bini gue." Tanpa mengembalikan handphone Dadang, Ujang langsung berlalu menggunakan motornya dengan kecepatan normal.

Dadang kebingungan menatap punggung Ujang yang menjauh. Lalu dia terkekeh ketika menyadari sesuatu. "Memang jodoh enggak akan ke mana."

"Nah, jadi gitu ceritanya."

"Udah? Gitu doang?"

"Iya, Mbak."

"Enggak lo kasih bubuk kebohongan, kan?"

Dadang mengernyitkan dahi. "Mbak, enggak mau lepas saya? Kalau mau meluk yang bener, jangan kayak gini. Enggak terasa."

Sedetik kemudian, Jennie melepaskan rangkulannya kemudian mendengkus sinis. "Saya cancel deh kalau gitu."

Dadang menoleh dengan bingung. Menatap Jennie yang berkutat dengan ponsel, mungkin sedang men-cancel pesanannya. Dadang segera merebut ponsel Jennie.

"Ish! Apaan, sih, lo! Balikin!" pekik Jennie jengkel. Melotot ke arah Dadang yang tertawa. Jennie mencoba merebut handphone-nya, tapi Dadang keburu menjauhkan benda itu.

Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔Место, где живут истории. Откройте их для себя