Bab 37 - Jodoh mana Jodoh?

5 4 0
                                    

Fatimah menghela napas untuk yang kesekian kalinya, dia melirik ke samping kanan dan mendapati Reza bermain game online bersama Roman.

"Man! Bantu gue! Sini! Eh! Bantu gue!" racau Reza seraya fokus menatap layar handphone.

"Iye sabar, Za! Gue lagi ngincer si ono! Nyari masalah emang si Penyuk satu! Hebat banget ngendoknya!" balas Roman.

"Cepetan! Woy! Alah ... gue udah sujud syukur! Cepetan bantu gue! Modar!" Reza menggeram panik.

"Ha ha ha, kapok! Sujud syukur!" Entah dari mana asalnya, Ramadhan datang membawa sepiring cookies lalu duduk di tengah-tengah Reza dan Roman membuat Fatimah menggeleng kemudian beranjak.

"Reza! Ikut, bunda, yuk!" Fatimah menatap Reza dengan senyuman.

Reza mengernyitkan dahi kemudian menoleh. "Ikut ke mana, Bun?" tanyanya kemudian berdiri dengan masih memegang handphone.

"Ke teras, bunda, pengen bicara hal serius sama kamu." Fatimah merangkul bahu sang putra kemudian menuntunnya ke teras rumah.

***

"Mau bicara serius apaan, Bun?" tanya Reza yang sedang membantu sang bunda merapikan tanaman hias di depan rumah.

Fatimah memotong daun kering. "Kamu pilih, Ojol Korea atau Rayan sebagai calon kakak ipar kamu?" tanyanya.

Reza berpikir sejenak. Jikalau disuruh memilih, itu sangat sulit. Memilih Rayan, tapi dia lebih suka bila Dadang menjadi kakak iparnya. Memilih Dadang, tapi dia tidak enak pada Rayan, karena dia lebih mengenal Rayan sejak awal. Jadi, siapa yang akan dia pilih?

"Pilihlah apa yang ada di hatimu, Nak."

Reza menoleh ke sang bunda kemudian menjawab, "Enggak tahu. Susah milihnya. Kalau, Bunda, sendiri? Siapa yang bakal, Bunda, pilih?"

Fatimah menghentikan pergerakannya kemudian menarik napas perlahan lalu mengembuskannya cepat. "Ojol Korea!" jawabnya semangat membuat Reza sedikit tersentak.

"Kenapa, Ojol?" tanya Reza.

"Ya, karena dia asik, ganteng, enggak neko-neko dan pekerja keras! Menantu idamanlah pokoknya. Kalau Rayan? Dia keliatannya ... agak keras dan manja, soalnya feeling bunda enggak enak kalau Rayan yang jadi menantu bunda."

"Gimana kalau papa beneran jodohin Rayan sama, Kak Jennie?"

Fatimah menghela napas berat. Dia menatap kecewa pada tanaman di depannya. "Iya, juga ya? Apalagi pertunangan mereka bakal dilaksanakan. Apa enggak kecepatan?" Wanita itu menoleh ke Reza. "Kapan Ujian?" tanyanya.

Reza berpikir sejenak. "Satu minggu lagi, Bun. Kenapa?"

Fatimah bangkit kemudian berjalan tergesa meninggalkan Reza di tempat.

Krik, krik, krik, krik.

Alamak! Pertanyaan gue kok garing amat, nj*r! Astatang! Kesel gue! Mana tadi pas lagi asik main game diganggu, mau ngelawan takut durhaka, pas udah nurut malah diginiin. Apa salah gue? batin Reza menghela napas berat dan berusaha sabar.

"Untung gue ganteng dan cowok ganteng enggak boleh marah sama orang tua."

***

Tok! Tok! Tok!

"Jennie! Jennie! Buka pintunya, Sayang," panggil Fatimah seraya mengetuk pintu kamar Jennie.

Tak berapa lama pun akhirnya pintu dibuka, langsung saja Fatimah masuk dan menutup pintu membuat Jennie mengernyitkan dahi.

"Kenapa, Bun?" tanya Jennie seraya berjalan mengikuti sang bunda yang duduk di tepi kasur. Melihat gerak-gerik Fatimah seperti terburu-buru dan ingin mengatakan hal pribadi dengannya pun merasa heran.

Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔Where stories live. Discover now