Bab 17 - Harus Sabar

5 3 0
                                    

Jangan lupa senyum :)

***

Jennie berjalan beriringan dengan Clara di sepanjang kooridor kelas sambil mengobrol ria. Siswa lain pun hilir mudik di kooridor itu.

"Lo tahu enggak? Ternyata si peneror surat itu cowok terus anak baru kelas 12," kata Jennie, pandangannya lurus.

Clara menoleh kemudian kembali menatap ke depan. "Dar--dar--dari siapa lo ta--ta--tahu?"

Jennie menoleh sekilas kepada Clara. "Dari Rani, anak kelas 10."

Clara mengangguk-angguk paham. Kemudian hening melanda mereka hanya suara bising siswa-siswi lain.

Jika si peneror anak sekolah sini dan masih baru. Pastilah nama RAS ada di absen kelas 12 bukan?

Jennie menghentikan langkah membuat Clara ikut menghentikan langkah dan menoleh bingung.

"Ke--ke--kenapa?" tanya Clara. Jennie langsung menoleh dengan mata berbinar.

"Gue tahu!" seru Jennie membuat Clara mengernyitkan dahi.

"Kenapa enggak tempe?" Entah sejak kapan Karim berdiri di depan mereka dan menyela membuat Clara dan Jennie terperanjat kaget.

"Bang*ek! Ngagetin aja lo!" kata Jennie sambil memukul lengan kanan Karim kuat membuat sang empunya meringis.

"Ya, mangap lho. Kan, gue enggak sengaja," kata Karim merengut.

"Enggak sengaja mata lo!"

"Mata gue dua."

Jennie menunjukkan kepalan tangan kanan di depan wajah kemudian menyeringgai. "Satu pukulan, bisa bikin lo pingsan," katanya membuat Karim menyengir.

"Aduh, Ayang, jangan gitu dong," kata Karim.

Jennie benar-benar melayangkan tangan dan langsung ditahan oleh Karim. "Hey! Hey! Sorry! Iye-iye, ampun." Karim terus menahan tangan Jennie agar tidak mengenai wajahnya.

Jennie menarik tangan hingga membuat Karim mengembuskan napas lega.

"Sekali lagi lo manggil gue pakai ayang burung lo jadi taruhan," ancam Jennie sarkas.

Karim menguyar rambut ke belakang. "Burung yang di rumah gue, kan? Yang setiap hari bunyi cuit-cuit?" tebaknya kemudian terkekeh.

"Bukan, tapi burung yang ada di balik kolor lo itu! Camkan!" Jennie menatap tajam, perkataannya membuat Karim langsung meringis ngilu.

"Ssssh, jangan dong. Entar gue kagak bisa jadi ayah dari anak-anak lo--aw!" Karim langsung mundur beberapa langkah saat Jennie menendang tulang keringnya.

"Mampus lo! Enggak usah gombal!" kata Jennie membuat Karim merengut lagi.

Untungnya Jennie hanya pelan menendang tulang kering Karim, kalau keras bagaimana? Pastilah Karim tidak dapat berjalan sekarang.

Dengan cepat Jennie menarik tangan Clara untuk segera pergi dan meninggalkan Karim di sana. Karim segera mengejar dan menghentikan langkah Jennie.

"Apa lagi, sih?" kata Jennie geram. Ingin sekali dia menenggelamkan wajah Karim ke gunung berapi sangking kesalnya.

"Santuy, Bre, jangan marah. Gue cuma minta tolong sesuatu sama lo."

"Apaan?" Jennie menatap malas Karim. Sebenarnya dia ingin mengacuhkan cowok itu, tetapi karena cowok itu meminta tolong akhirnya mau tidak mau dia harus mendengarkan apa permintaan Karim.

"Hmm, gue suka sama Netra. Apa--"

"Ha? Kenapa harus Netra? Netra 'kan udah punya pacar? Astagfirullah, kenapa enggak si Nana aja?" potong Jennie cepat yang diangguki oleh Clara.

Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔Where stories live. Discover now