Bab 16 - Siapa, Sih?

6 3 0
                                    

Hmmmm, happy reading:v�

***

"Mau nanya apa?"

Nana dan Jennie berada di kantin. Duduk satu meja dengan memesan es teh manis juga es kelapa. Saat lima menit hening melanda dan hanya suara bising siswa-siswi lain di kantin akhirnya Nana buka suara.

Jennie yang menatap ke arah lain langsung menoleh ke Nana lalu tersenyum sampai giginya terlihat untuk membalas senyum Nana.

"Hmm, lo langganannya ojol yang namanya Lee?" tanya Jennie, tampak ragu-ragu karena dia takut Nana salah tangkap atas pertanyaannya itu.

Bagaimana jika Nana mengira dirinya akan melabrak gadis itu? Bagaimana kalau Nana mengira bahwa dirinya pacar Dadang dan cemburu bila melihat Nana?

Hal itu yang mengusik pemikiran Jennie membuat suasana awalnya hening diantara keduanya. Semoga saja Nana tidak mengira hal yang tidak-tidak.

Nana mengangguk pelan, senyum belum luntur mengias wajahnya. "Iya, saya berlangganan. Kenapa? Kamu kenal sama Kang Lee?"

"Nama panggilan Lee itu khusus buat lo. Cuma lo yang manggil gue pakai Lee."

Perkataan Dadang waktu lalu sontak melintas di otak Jennie. Jelas sekali pria itu bohong padanya, kalau tidak bohong mengapa gadis yang ada di samping kanannya itu memanggil nama Dadang sama dengan Jennie?

Jennie menggeleng untuk mengusir pemikiran aneh di otak. Kenapa Jennie seperti cemburu? Padahal itu terserah siapa saja memanggil Dadang apa. Lagipula seharusnya Jennie tidak perlu terbawa perasaan sampai-sampai berpikir begitu.

Nana mengernyitkan dahi sekilas saat melihat gelagat Jennie yang tampaknya tak tenang. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya sambil mengelus bahu Jennie pelan.

Jennie menoleh kaget lalu tersenyum kikuk. "Ahya. Gue baik-baik aja kok, he he he. Hmm, gue boleh nanya lagi enggak?"

Nana sempat bingung kenapa Jennie menanyakan Dadang pada dirinya. Namun, dia mengerti satu hal dan itu membuatnya menyimpulkan sehingga dia tidak perlu bertanya lebih lanjut. Dia hanya akan menjawab apa yang Jennie lontarkan.

"Boleh." Nana tersenyum.

Sial! Senyum itu membuat Jennie iri. Tidak! Jennie tidak boleh iri pada Nana. Dia harus fokus dengan pertanyaannya.

"Hm, apa lo suka ... digombalin sama Kang Lee?" tanya Jennie yang suaranya begitu pelan di akhir kalimat.

Nana terkekeh. "Hmm, enggak pernah."

Jennie yang semula menahan napas menunggu jawaban Nana langsung menghelanya lega. Entah kenapa jawaban Nana membuat hati Jennie lega. Kenapa ya?

"Tapi dia perhatian sama saya."

Sontak perkataan Nana membuat Jennie langsung menatapnya. Perhatian? Perhatian macam apa?

"O--owh. Perhatian, ya." Jennie tersenyum kikuk, bingung menanggapinya bagaimana.

"Iya. Dia tuh perhatiaaaan banget. Selalu nanyain ini-itu dan bahkan dia tahu apa aja yang saya enggak suka dan apa aja yang saya suka." Nana terkekeh lalu menatap ke es kelapanya.

Jennie berkata dalam hati, 'Apa jangan-jangan ... Nana itu pacarnya Dadang?' Matanya melirik jari-jemari Nana dan mendapati cincin di jari manisnya saat teringat kata-kata Dadang waktu lalu.

"Mbak, bener. Saya emang punya tunangan."

Jadi, apakah Nana ini tunangan Dadang? Apakah Jennie harus bertanya, tetapi ... dia merasa tidak enak. Namun, kalau tidak bertanya rasa penasaran itu akan menghinggapinya.

Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang