Bab 3 - Sialan Memang!

13 8 0
                                    

Jangan lupa vote dan komennya, ditunggu❤ yaudahlah, happy reading:v

***

Seorang pria dengan tubuh berbalut baju putih khas komandan militer itu berdiri 4 meter sebelum ambang pintu. Pria itu memegang dompet kulit yang tebalnya bukan main.

Di samping kirinya seorang wanita berhijab dengan pakaian putih khas Bidan sibuk menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya.

Yah, mereka adalah Gibran dan Fatimah yang menunggu anak-anak mereka menyalaminya. Kebiasaan sebelum berangkat pergi-pergi ya seperti ini. Harus menyalami orang tua secara bergantian dan harus mengantri.

Jennie yang belum siap memasang tali sepatu itu langsung berlari karena ingin duluan menyalami orang tuanya. Karena kalau tidak cepat-cepat maka dia akan mengantri di belakang. Siapa, sih, yang ingin mengantri di barisan paling belakang?

Adik-adiknya juga ikutan lari. Alasannya sama saja, mereka tidak ingin mengantri di barisan paling belakang. Terjadilah balapan di antara mereka dan saat Jennie hampir berdiri di depan ayahnya, Reza langsung menariknya menjauh.

"Ish! Paan, sih! Gue yang duluan!" kata Jennie dan balas menarik Reza. Adik-adiknya ikut saling tarik-menarik karena ingin yang paling duluan menyalami orang tua.

"Harusnya yang paling duluan tuh Reza!" kata Reza.

"Ya, enggaklah! Harusnya gue!" kata Ramadan agak nyolot.

"Rehan dulu dong, kan, Rehan paling kecil," rengek Rehan.

"Enggak! Harusnya Roman dulu!" kata Roman yang mati-matian menarik Jennie.

Gibran memijit pelipis sangking peningnya menatap perdebatan mereka. Memang benar, kakak-adik tidak ada yang mau mengalah, mereka sama-sama ingin menang sendiri. Sedangkan Fatimah, dia malah tertawa kecil menatap kelakuan anak-anaknya.

"Diam!"

Bentakkan dari Gibran sukses membuat anak-anaknya langsung diam dan berbaris rapi membuat Gibran tersenyum tipis, puas jika tidak ada lagi yang ribut.

"Barisnya berurutan, mulai yang dari paling tua sampai muda," kata Gibran dengan tegas membuat semua anak-anaknya mengangguk.

Jennie berbaris paling depan lalu kedua Reza, ketiga Roman, keempat Ramadan, dan kelima Rehan. Rehan tampak misuh-misuh tidak jelas, karena dia merasa kesal diposisikan paling belakang.

Jennie menyalami ayahnya kemudian ibunya tak lupa juga mencium kedua pipi mereka. Aksi itu diikuti adik-adiknya.

"Belajar yang pinter jangan banyak mainnya." Itulah pesan yang selalu Gibran katakan pada anak-anaknya sebelum berangkat ke sekolah.

***

Di pangkalan ojek, tampak ada empat orang pria yang memakai jaket hijau sedang menunggu orderan tiba di handphone masing-masing pagi ini.

Mereka adalah Soliman, Soleh, Tama, Ujang, dan Dadang. Mereka tampak asik mengobrol hingga pada akhirnya salah satu ojol mendapatkan orderan.

"Beuh, dapet, nih, gue," kata ojol yang dapet orderan itu sambil tersenyum ramah mengundang mata para wanita melirik. Lalu ojol itu menatap teman-temannya. "Bro, gue duluan, yak."

"Yo'i, Bro!" sahut mereka sambil tersenyum lalu ojol itu mulai bersiap-siap menjalankan motor scoopy-nya.

Ojol yang bernama Dadang Syarifuddin itu tidak berhenti tersenyum karena pelanggannya kali ini adalah orang yang sama kemarin. Dan senyumnya yang terlalu kelewat manis mampu membuat para wanita gagal fokus.

Dadang memang sering digadang-gadang mirip artis boyband Korea yaitu Lee Know, tetapi versi lokal. Banyak juga yang menyayangkan Dadang jadi ojek karena menurut mereka, Dadang lebih cocok jadi yutuber atau selebgram mengingat wajahnya yang di atas rata-rata.

Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن