7

146 15 1
                                    

Saat Mia bertanya kemana aku akan pergi, aku tidak sepenuhnya menjawab jujur. Aku memang mengatakan New York, tapi aku tidak mengatakan apa tujuan sebenarnya aku berangkat, aku hanya mengatakan aku pergi liburan sekalian bertemu teman, walaupun memang Kei itu jauh dari kartegori seorang teman.

Sehari sebelumnya, aku meminta Mia untuk mencarikan ku baju untuk acara formal yang aku akui untuk hadiah pertemuan kembali setelah bertahun-tahun tidak bertemu, untung saja Mia percaya. Tapi sayangnya, Mia memilihkannya terlalu jauh, pertama karena harganya yang tidak masuk akal, kedua karena ini baju bermerk, dan terakhir, dada baju ini sedikit terlalu rendah. Aku tidak bisa berkata apapun, karena sejauh yang ia tahu, ini bukan untuk ku, aku hanya bisa berterima kasih dan menaruhnya di samping koper ku untuk ku masukan terakhir dalam koper perjalanan ku yang isinya hanya kotak sepatu, tas make up, clutch, pakaian dalam dan selembar baju ganti.

Aku memilih kereta bukan karena biayanya murah, okay, mungkin ya, itu juga termasuk, tapi sebenarnya karena aku tidak punya mobil dan aku terlalu paranoid dengan bus keluar kota, entah kenapa. Oh, dan juga karena waktunya yang cepat, seperti Jakarta-Bandung, hanya kurang dari 2 jam.

Kereta berangkat dari New Haven Union Station menuju Penn Station. Dalam waktu kurang dari 2 jam, aku sudah sampai di kota New York yang dibanggakan, aku bahkan bisa melihat Empire State Building dari tempat ku berdiri sekarang. Oh, sepertinya aku harus cepat segera bergerak sebelum orang-orang mulai menabraki ku karena menutupi pintu masuk stasiun.

Dengan subway, aku membawa diri ku menuju Brooklyn, aku hanya perlu sebuah tepat untuk menaruh tas dan berganti baju, loker di statsiun tadi terlalu jauh, jadi aku mencari loker stasiun terdekat dengan tempat ku akan berada nanti, tapi setelah diperhatikan tempatnya, aku menarik pemikiran ku dan memilih untuk menaruhnya di kamar motel saja.

Acara di TV benar-benar mengalihkan perhatian ku, aku bahkan tidak menyadari jam sampai reminder HP ku berbunyi 30 menit sebelum acara. Oh, ini sungguh kacau. Aku belum mandi! Dasar TV sialan.

Secepat mungkin aku membilas badan selanjutnya mengatur rambut ku dengan asal yang penting rapi lalu memasang makeup natural tipis dan terakhir memakai gaun yang Mia belikan kemarin. Ugh, aku terlihat seperti wanita bawaan yang dibayar, tapi tidak penting, setidaknya gaun ini tidak pendek.

Taksi oh taksi, mengapa jarang ada yang lewat? Berdiri dipinggir jalan dengan baju seperti ini itu tidak umum, aku nanti dikira apa yang aku ucapkan sebelumnya di kaca tadi lagi. Saat akhirnya sebuah taksi kuning lewat, aku tidak lagi santai-santai menunggu, aku langsung berteriak dan mengacungkan tangan ku tinggi-tinggi, kalau sampai tidak berhenti, itu sungguh keterlaluan

Saat sampai, aku tidak perlu repot-repot mencari Kei, ia cukup mencolok berdiri di tengah-tengah kerumunan para tamu yang masih ada di luar gedung. Dia terlihat rapi, dan untuk pertama kalinya, aku bisa melihat daya tarik yang orang-orang gembar-gemborkan tentangnya.

Wartawan mengerumuni lobby tempat ini, apa sebenarnya acara yang akan ku datangi ini? Apa ini semacam gala amal yang biasa orang-orang kaya lakukan demi menjaga reputasinya mereka sebagai orang dermawan? Ah, sebaiknya aku tidak melakukan kebiasaan mengadili sebelum mengenal.

"Kau terlambat, Ms. Alice," ucapnya berdiri di hadapan ku. Walau ekspresi wajahnya terlihat datar, ia tetap melakukan kebiasaan anehnya itu, hanya saja minus senyum.

"Yang terpenting aku akhirnya datang, Mr. Ryker," ucap ku tak kalah

Ia berdecak-decak lalu berkata, "sangat tidak profesional, Ms. Alice."

"Kau lebih pilih aku tidak datang?" Balas ku

"Tidak," ia menggeleng, "tapi aku kira kau tidak akan datang," lanjutnya masih diam ditempat.

Love Me Not.Where stories live. Discover now