8

151 11 0
                                    

Gibraltar adalah tempat yang sungguh indah. Mengapa aku baru mendengarnya saat Mr. Gruth mengatakannya? Aku bahkan harus mencari terlebih dahulu di internet di mana letak jelasnya tempat ini, untung saja ada yang namanya Wikipedia.

Saat kita sampai disana, apa yang ada di tulisan jelas tidak seperti yang aslinya, karena yang aslinya itu jauh lebih keren. Bangunan-bangunannya, pemandangannya, pantainya. Oh, seandainya ini adalah liburan bukan bisnis, aku sangat ingin mengunjungi tempat-tempat wisatanya. Mungkin aku akan kembali lagi kesini tahun depan, kali itu untuk liburan tentunya.

Hal pertama yang kita lakukan setelah sampai adalah langsung menuju ke hotel. Aku tidak tahu tentang Kei, tapi aku jelas sekali merasa badan ku seperti sudah mau patah, tidak bohong. Dibandingkan dengan penerbangan ke Indonesia, yang secara teknis 2 kali lipatnya penerbangan ini durasinya, rasanya jauh lebih santai yang Indonesia. Aneh, padahal kali ini aku duduk di kelas bisnis, sementara kemarin ke Indonesia hanya kelas ekonomi.

Jujur, aku tidak campur tangan dengan perencanaan perjalanan ini, semuanya Kei dan agentnya yang merencanakan, aku hanya tinggal membayar dan datang, bahkan bagian membayarnya itu ditanggung oleh kantor hampir seluruhnya—kalau aku orang yang mudah korupsi, mungkin aku akan membebankan lebih banyak kalau tahu semudah ini. Tapi nyatanya aku bukan. Lalu ada hotelnya, untuk penginapan 3 hari 2 malam, agentnya Kei jelas memesankan kamar yang terlalu mewah. Aku merasa tidak enak membebankan penginapan ini ke kantor. Seperti yang ku katakan sebelumnya, aku bukan orang korupsi, dan jelas aku tidak ingin dianggap seperti itu, jadi apa yang harus ku lakukan? Uang muka sudah diberikan dan tidak bisa dikembalikan, jadi yang tersisa hanya aku yang harus terima nasib menginap di kamar yang sungguh membuang uang.

Setelah kita sampai di kamar masing-masing, aku hanya punya waktu sampai jam 6 sore nanti untuk istirahat, dan saat waktu sudah habis, aku harus mulai mengurus tujuan utama kedatangan ku dan Kei kesini. Semakin cepat selesai, semakin cepat aku bisa lepas dari Kei Ryker.

Omong-omong, nama macam apa lagi Kei itu? Seperti layaknya orang Jepang saja, dan dilihat dari tampang baratnya yang kental, Kei Ryker jelas tidak memiliki keturunan Jepang sama sekali. Lalu kenapa ibunya iseng sekali memberi nama Kei? Okay, itu mungkin atas dasar kreatifitas, terserah, tapi 3 huruf? Kasihan sekali..

Tepat jam 18.05, alarm berbicara dan berjalan berbunyi, dalam kata lain Kei, ia membangunkan ku dengan ketukan yang sungguh mengganggu di pintu kamar ku. Ah, tidak ada kah cara yang lebih sopan untuk membangunkan seseorang?

Sebelum aku pergi untuk membuka pintu, aku memastikan di kaca rias kalau aku tidak terlihat begitu kacau atau memiliki jejak air liur di pojok mulut ku. Sempurna. Saat pintu dibuka, Kei sudah menantiku sambil bersandar di dinding dekat pintu kamar ku

"Kau belum siap," ucapnya menatap ku

"Untuk apa?" tanya ku bingung

"Reservasi!" balasnya singkat

"Reservasi apa?" tanya ku semakin bingung

"Makan malam," ucapnya mengangkat bahu santai

"Aku akan tinggal di sini dan memesan dari bawah, kau silahkan saja kalau mau pergi, mungkin kau bisa menemukan seseorang untuk menghibur mu malam ini," ucap ku dan bergerak untuk menutup pintu, tapi sayang kaki pria itu menghalangi pintu untuk menutup sempurna

"Melihat mu bekerja sudah menghibur," ucapnya, sementara aku hanya bisa menatapnya seperti ia itu semacam gajah berwarna ungu, dalam cara yang aneh tentunya, "boleh aku masuk?" lanjutnya

"Kalau aku bilang tidak, kau tetap akan masuk bukan?" ucap ku menebak sarkastik

"Tepat sekali!" ia tersenyum dan mendorong pintu ku, "ah, ini curang! Kau dapat pemandangan yang lebih bagus!" ucapnya berkomentar ke seberang ruangan. Aku hanya menoleh sedikit ke arah balkon dan mengangkat bahu.

Love Me Not.Where stories live. Discover now