45

106 4 0
                                    

Hari ini adalah ulang tahun Kei, aku tahu ini adalah penapatan waktu yang buruk, tapi aku sudah berencana untuk memberi tahunya sesuatu. Sepertinya dari awal sudah bisa ditebak ya apa yang akan ku beritahukan Kei? Ya.. aku akan memberitahukannya itu. Aku sudah mempersiapkan beberapa kemungkinan bagaimana berita ini akan memberikan hasil, jadi kurang lebih aku sudah siap dihadapkan dengan berbagai kemungkinan dan apa yang harus aku lakukan saat dihadapkan dengannya. Aku sudah membuat rencana, aku akan mengajaknya makan malam ulang tahun, lalu sebelum makanan penutup, aku akan memberitahunya. Itu rencana ku, terdengar tidak terlalu payah kan?

Fuck! Ini rencana yang sangat payah, aku akan memberikan seseorang hadiah ulang tahun terburuk yang pernah seseorang dapatkan, kecuali kalau memang hal itu adalah keinginan terbesar si orang yang berulang tahun, maka itu hadiah terbaik.

Restoran yang aku pilih tidak begitu mewah, tapi sudah cukup mewah untuk acara seperti ini, ulang tahunnya maksud ku, bukan beritanya, plus, harganya juga masuk akal di kantong ku, begitu juga porsinya masuk akal di perut ku. Ugh, ini benar-benar waktu yang sangat bodoh untuk dipertimbangkan. Masih ada banyak waktu yang bisa ku pilih! Kenapa aku harus memilih ulang tahunnya? Aku sangat jahat. Oh, ayo, ayo, ayo, batalkan, batalkan saja rencana ku untuk memberi tahunya sekarang, aku tidak mau menghancurkan ulang tahun seseorang dengan berita ini. Tuhan, apa aku harus lakukan? Kenapa aku merasa sangat gugup? Lakukan saja. Ya, aku akan lakukan, tapi perubahan rencana, aku tidak akan langsung melakukannya, aku akan membicarakan hal basa-basi sebelum ke intinya, setidaknya itu bisa meredakan apapun yang akan terjadi selanjutnya. Atau mungkin malah memperburuk. Argh!! Aku tidak tahu! Okay, aku akan lakukan saja dengan cepat.

"Aku ada berita," ucap ku seperti rencana, sebelum makanan penutup

"Apa itu?" balas Kei

"Oh, ini sungguh penempatan waktu yang buruk," gumam ku pelan

"Apa beritanya?" tanyanya terdengar penasaran. Bagus, dia belum menebak, kalau sudah, ia tidak akan seperti ini

"Aku membeli sebuah apartemen," aku ku berusaha terdengar santai, tapi aku jelas sekali gugup, untuk entah alasan apa.

"Kenapa?" saat ini sepertinya ia sudah melihat ke mana tujuan pembicaraan ini

"Kali ini aku serius tentang perceraian," ucapku berusaha menjaga suara ku tetep tenang, "salah seorang teman ku mengatakan ada cara lain jika kau tidak mau menandatangani dokumen yang dibutuhkan."

"Ya, tinggal di tempat yang lain lebih dari 3 bulan, aku tahu itu," ucap Kei menebak benar, terlihat seperti ia baru saja menelan sesuatu yang sangat pahit, "tapi kau tahu? Aku akan menandatangani dokumennya sesaat aku sampai di rumah jika kau sungguh begitu menginginkannya," lanjutnya jelas sekali menahan kesal, "kau memang benar, ini sungguh penempatan waktu yang buruk."

Selamat, Ali, kau baru saja menghancurkaan momen ulang tahun seseorang. Saat ini, aku resmi menjadi cold hearted bitch, "sepertinya aku sudah kehilangan nafsu makan ku," tambah Kei tersenyum dan berdiri pergi

Well, setidaknya ini berjalan lebih mulus daripada yang ku prediksikan akan terjadi, aku sungguh menggambarkan dikepala ku Kei akan mengamuk atau sesuatu yang membuat kita diusir keluar, tapi tidak, dia sama sekali tidak menghardik atau apa, dia santai, bahkan ia tersenyum. Ah, bahkan di situasi seperti ini, reaksi yang aku prediksikan sama sekali tidak termasuk di dalamnya. Sangat tidak disangka. Oh, dan dia juga meninggalkan kunci mobil di meja kami. Wow, sangat.. ah.. aku tidak memiliki kata yang tepat untuk melengkapi kalimat yang aku ingin katakan. Tapi, kemana dia akan pergi?

Sejak tidak ada lagi yang bisa ku lakukan di restoran ini mengingat Kei, yang berulang tahun, telah pergi, aku pun pergi membayar, tapi ternyata tagihan kita sudah dibayar. Apa yang salah dengan pria ini? Ini traktiran ku, kenapa dia yang bayar?! Jadi aku pun langung pulang, membawa jeepnya yang ia tinggalkan entah ke mana. Saat aku tiba di rumah, yang bisa aku temukan hanya Jemma yang kurang lebih sudah tinggal permanen di sini dan Logan yang ada di gendongannya, tapi tidak ada Kei. Kemana pria itu pergi? Aku tidak percaya ia pergi begitu saja seperti seorang anak kecil yang mengambek. Jemma mencoba menelpon HP Kei, tapi ia mengatakan teleponnya langsung masuk ke voicemail. Dan untuk yang kedua kalinya gadis 16 hampir 17 tahun ini memanggilku tolol. Kali ini, aku setuju, sangat setuju, walaupun memang aku sedikit kesal karena anak remaja mengatai ku, tapi memberitahukan hal seperti ini di saat hari ulang tahun seseorang yang terlibat memang tolol. Oh, asal tahu, aku tidak hanya merasa tolol, aku juga merasa sungguh bersalah telah menjadi seseorang yang sangat tidak perasa, tapi situasi ekstrim harus ditangani dengan yang sebanding—ya, untuk ku, pernikahan itu ekstrim—kalau tidak lihat saja usaha ku yang kandas sebelumnya..

Aku menaruh tumpukan dokumen baru di meja kamar kedua Kei, aku tidak tahu kapan ia akan pulang, jadi aku taruh saja di sana, di tempat yang bisa terlihat dengan cepat. Aku tahu ia akan datang kemari untuk mengambil dokumennya, aku pernah melihat set yang lama di dalam brankasnya, jadi itulah mengapa aku memilih kamar keduanya alih-alih kamarnya yang sebenarnya. Sekitar jam 2 pagi, pintu kamar ku dibanting terbuka, aku terbangun, melihat Kei, Kei menaruh dengan kasar dokumen yang sebelumnya aku taruh di mejanya sambil mengatakan 'your fucking precious document' lalu kembali keluar, semenit tidak ada tapi dia jelas sudah 100% membangunkan ku, luar biasa. Aku bangun dari kasur dan melihat dokumennya, Kei menandatangaaninya, dia benar-benar menandatanganinya! Yes! Aku secara teknis tidak lagi menikah! Woohoo!

Saat pagi tiba, pagi yang normal tiba, seperti biasa aku turun untuk makan pagi, dan aku melihat Kei. Dia terlihat.. normal

"Pagi," sapa ku memaksakan senyum canggung

"Hey," balas Kei santai. Seperti yang aku bilang, dia terlihat normal

"Uh, kau tahukan kau tidak harus memberikan dokumennya saat itu juga?" tanya ku datar

"Well, aku mengatakan aku akan menandatanganinya sesaat aku pulang," balasnya mengangkat bahu

"Ya, kau bisa memberikan padaku di jam yang lebih normal, aku juga tidak akan pergi sesaat kau memberikan dokumen tersebut," balas ku malas

"Oh, berapa lama sampai kau keluar rumah ini?" tanya Kei. Aku tidak yakin apa maksud Kei, apa ia ingin cepat-cepat menyingkirkan ku atau ia memang ingin tahu berapa lama waktu ku sebelum pindah

"2 minggu," balas ku mengambang

"Semalam aku berpikir..." ucap Kei menggantung

"Apa?" balas ku

"Bagaimana dengan Logan?" tanyanya menatap ku, emosi di wajahnya tidak bisa ku baca, "kau akan membawanya bersama mu, kan?" lanjutnya

Sial, aku benar-benar lupa memasukan Logan dalam rencana sempurna ku, "umm, bisakah aku mengirimnya kembali pada ibunya?" Ucap ku ragu

"Aku mau mengurus Logan jika kalian berdua tidak menginginkannya," ucap Jemma yang dari tadi menguping dimeja makan

"Kau baru mau 17," ucap ku menoleh ke arahnya

"Di luar sana banyak ibu remaja," ucapnya cuek

"Aku tahu, aku tidak membicarakan itu," aku menggeleng, "kau terlalu muda untuk mengadopsi."

"Hey, siapa bilang aku mau mengadopsi?" Jemma mengangkat tanganya, "aku hanya akan mengurusnya, kau masih akan menjadi walinya secara hukum," ucapnya santai. Itu ide bagus bagus bukan?

"Okay, itu ide yang bagus, tapi kau harus benar-benar mengurusnya, karena kau akan membuatku dalam masalah kalau tidak," putusku cepat

"Easy-piezy," ucapnya santai

"Urusan Logan sudah ditangani," ucap ku pada Kei

"Kalau begitu kau sudah selesai, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi," ucapnya ringan "kecuali kalau tiba-tiba gedung apartemen mu terkena musibah," tambahnya santai

"Kei!" sahut ku tidak percaya ia baru saja mengatakan itu, "kadang sesuatu bisa jadi nyata hanya dengan mengatakannya," lanjut ku

"Yang ini tidak," ucapnya mengangkat bahu.

Kei sangat ahli mengkontrol emosinya. Aku tahu ia sebenarnya masih kesal dan marah dari semalam, tapi ia menyimpannya dan bertingkah seolah semuanya baik-baik saja. Bagaimana ia melakukan itu? Bisakah ia mengajariku? Kurasa aku tidak akan pernah bisa tahu, karena aku tidak akan pernah akan bertanya padanya.

Love Me Not.Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt