31

49 8 0
                                    

Seperti yang sudah dijanjikan, Milan adalah tujuan kita selanjutnya. Karena kali ini Kei tidak memiliki aset di Milan, jadi kita harus menyewa kamar hotel. Aku sebenarnya hanya memilih untuk datang karena ingin melihat-lihat apa yang bisa ditawarkan oleh kota designer ini, dan setelah aku sampai di sini, aku tidak melihat sesuatu yang jauh berbeda dari yang sudah ku lihat sebelumnya di majalah langganan ku. Tapi perjalanan ini tidak sepenuhnya tidak berguna, setiap kota punya daya tariknya, dan aku jelas penasaran dan tak sabar ingin melihatnya.

Di sini, kita seperti turis normal yang tidak mengerti kota, kita memakai peta dan bertanya pada orang disekitar untuk sampai di tujuan kita. Orang-orang disini jarang ada yang mengerti bahasa inggris, jadi dengan ada Kei bersama ku sangat berguna, karena ia berbicara bahasanya dan orang cenderung lebih percaya juga ramah pada sesamanya.

"Apa yang dikatakannya?" tanya ku saat wanita yang menunjukan jalan mengatakan sesuatu padaku

"Kau tidak akan percaya dan menganggap ku berbohong," ucapnya datar

"Apa itu katanya atau kata mu?" tanya ku mengerutkan dahi, tapi dari matanya, aku melihat yang kedua, "apa yang dia katakan?" lanjutku mengulang

"Kau sangat beruntung memiliki suami luar biasa sepertinya," ucap Kei memberi tahu

"Kau benar, aku menganggap mu berbohong," balas ku menggeleng, "sekarang ia berkata apa?" Tanya ku setelah si wanita berbicara lagi

"Dia menyarankan tempat-tempat romantis," balas Kei hampir tersedak akibat menahan tawa

Memang benar ternyata apa yang mereka katakan tentang orang italia, hampir mereka semua berpikir romansa adalah keistimewaan yang tidak semua dapatkan. Sungguh, menurut ku Italia lebih dikatakan hopeless romantic dibandingkan Paris, tidak seperti aku pernah ke Paris, karena saat ini belum, tapi aku ingin. Anyways, kembali ke percintaanan, jujur saja, aku tidak percaya cinta, aku bahkan tidak yakin cinta itu benar ada. Semua itu akibat Greyr. Hmm, dia ternyata tetap menjadi bagian besar dalam hidupku, setelah dipikir-pikir.

**

Kei dan aku masih memiliki 1,5 minggu untuk dihabiskan berpindah tempat sebelum harus kembali lagi ke dunia nyata. Semalam, saat aku mengecek tiket pulang ku, aku menyadari kalau Kei tidak benar-benar memesan tiket kembali, ia masih belum menentukan dari mana keberangkatan kita. Aku tidak tahu bagaimana hal itu mungkin, sudah memesan tanggal tapi belum tahu dari mana, apa ini semacam tiket palsu?

Setelah kita selesai di Milan, tujuan kita selanjutnya adalah kota mode, dan romansa, lainnya, Paris. Aku tahu ini akan menjadi perjalanan panjang, mungkin tidak sepanjang dengan pesawat kemarin, tapi tetap saja. Sesungguhnya, Kei juga sedikit tidak suportif saat aku mengatakan Paris adalah tujuan yang selanjutnya, dia menyarankan untuk tetap di Italy saja, tapi aku tidak ingin tetap di sini. Tidak setiap hari aku terbang ke Eropa, jadi aku ingin mendatangi kota-kota yang selalu ingin aku datangi, dan jelas aku tidak akan meninggalkan Eropa sebelum Paris ku datangi, rasanya tidak tepat. Jelas, ada banyak tempat di Eropa yang sesungguhnya ingin ku datangi, tapi untuk saat ini, aku akan menerima apa yang dalam jangakauan terlebih dahulu. Mungkin lain kali, dan sepenuhnya dengan uang ku sendiri.

Jadi disinilah kita, dalam kereta menuju Paris, 7,5 jam untuk sampai di tujuan, saling berhadapan dalam diam, tanpa tatap mata.

"Apa kau pernah ke Paris?" Tanyaku

"Pertanyaan klise macam apa itu?" balasnya

Tentu saja ia pernah, siapa orang sepertinya yang belum pernah datang ke Paris?

"Tentu saja," aku mengangguk, "aku hanya mencari topik, kesunyiannya sungguh tak nyaman," lanjut ku bosan

"Ini perjalanan 7 jam, kau harus berusaha lebih dari itu kalau ingin kesunyiannya hilang," ucapnya santai

Love Me Not.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang