25

52 7 0
                                    

Ah, aku sudah merasa lebih baik sesaat roda pesawat menyentuh landasan Soekarno-Hatta. Aku merindukan udara tropis Indonesia yang terlalu panas, walaupun belum terlalu lama yang lalu aku membencinya. Sejak aku tidak membawa bagasi besar, aku bisa membawanya ke kabin yang artinya sesaat setelah mendarat sempurna aku langsung bisa pergi tanpa menunggu.

Aku mendatangi taksi bluebird pertama yang ku lihat, menaikinya dan langsung memerintahkan sang supir untuk membawa ku ke tujuan ku, apartemen orang tua ku. Aku tak sabar untuk segara bertemu dengan mereka, teman-teman lama ku juga.

"Ali?" seseorang memanggil ku saat aku sedang menunggu lift

"Oh, hi!" balasku setelah berbalik.

Wajahnya familiar, aku tahu aku mengenalnya, mungkin teman SMA?

"Jangan katakan kau lupa..." ucapnya tersenyum dan aku hanya tersenyum balik, karena dia benar, "kita dulu satu SMA, ingat? Ian?"

"Ya, tentu, hanya takut salah saja," balasku tertawa pelan, "apa kau tinggal disini?"

"Apa aku akan berpenampilan seperti ini jika aku tidak tinggal disini?" ucapnya menunjuk kaos dan celana pendek rumahnya, dan di tangannya juga terlihat membawa amplop-amplop dari kotak pos

"Benar, pertanyaan bodoh," balasku tertawa, lalu lift terbuka, "lantai?"

"7, thanks," ucapnya

"Jadi, apa pekerjaan mu, Ian?" ucap ku basa-basi

"Aku jurnalis, cenderung ke politik," balasnya, "dan kau adalah pengacara besar, terakhir ku dengar gosipnya," lanjutnya mengembalikan topik ke arah ku

"Tidak besar juga, standar," ucap ku tertawa pelan

"Ah, kurasa tidak," balasnya mengangkat bahunya, "oh, apa kau datang untuk reuni?" ucapnya setelah hening sesaat

"Tidak," aku menggeleng, "apa akan ada reuni?" sungguh aku sudah tidak memantau website sekolah ku atau social media, aku terlalu malas

"Ya, 2 hari lagi di hotel Kempinski, di Bali Room, kau harus datang, aku dengar hampir semua angkatan kita akan hadir di sana!" ucapnya semangat dan pintu lift membuka, "sampai jumpa di sana, Ali!"

Jadi ada reuni, betapa beruntungnya diriku bisa sampai disini tepat 2 hari sebelum acaranya. Huh, 10 tahun sudah berlalu, sangat tidak terasa cepatnya.

Hei, apa aku sudah mengatakan orang tuaku pindah apartemen? Ya, mereka pindah, ke apartemen yang lebih luas. Aku tidak tahu kenapa mereka melakukan itu padahal semua anak-anaknya sudah tumbuh dewasa dan akan segera pindah keluar rumah.

Sesaat aku membuka pintunya, pikiran pertama ku adalah 'what the heck?!' tidak hanya ini 2 kali lebih luas dari yang sebelumnya, yang ini juga terlihat mahal. Kenapa orang tua ku pindah ke sini?

"Bunda?" panggil ku

"Dia tidak disini!" ucap Brody menyahut

"Kau masih tinggal di sini?" ucap ku sedikit menyindir

"Di mana seharusnya aku tinggal?" balasnya

"Kos-kosan? Kau hampir 19!" ucapku mengkritik

"Ya, 19, bukan 26," balasnya

"Hei, aku sudah tinggal sendiri ya, aku hanya berkunjung," balasku mengelak "di mana bunda?"

"Hello, sekarang hari senin, pikir saja dimana dia, kak."

"Kenapa kau tidak di kampus kalau begitu?" cecar ku

"Libur," dia berbohong, saat tengah semester mana mungkin libur?

Love Me Not.Where stories live. Discover now