Chapter 9

34.7K 3.7K 11
                                    

Aku dan Daddy sedang berada di halaman rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku dan Daddy sedang berada di halaman rumah. "Mau berangkat bareng Daddy atau dianter Pak Willy?"

"Nggak keduanya, aku bisa berangkat sendiri, Dad."

"Yakin? Nggak mau bareng Daddy?"

"Yakin, Daddy. Udah, sekarang Daddy berangkat, nanti telat." Aku memeluk lengan Daddy dan menyeretnya ke arah mobil.

Sebelum masuk ke dalam mobil, Daddy mencium puncak kepalaku penuh kasih sayang. "Daddy berangkat, jangan membuat onar di sekolah."

"Siap, Big boss!"

"BYE, DADDY!" Aku berseru saat melihat mobil Daddy sudah bergerak meninggalkan halaman rumah.

"Mau berangkat bareng?" Suara Sean membuatku merubah posisi jadi menghadap ke arahnya, Sean tengah berdiri tak jauh dari tempatku berpijak.

Sebelah alisku terangkat, jelas aku mendengar Sean baru saja mengajakku pergi ke sekolah bersama. Gue nggak salah denger, kan? batinku.

Dengan langkah pasti aku mendatangi Sean. "Lo lagi nggak kemasukan Jin, kan?" Aku menyentuh kening Sean menggunakan punggung tangan untuk mengecek suhunya. "Nggak panas."

"Yaudah kalo nggak mau." Sean menabrak bahuku, ia berjalan menuju motornya.

"Kapan gue bilang nggak mau!" kesalku menyusul Sean.

Di tangah perjalanan, aku melingkarkan tangan pada pinggang Sean. Dapat aku rasakan tubuh Sean sedikit menegang akibat sentuhanku diperutnya. Tak terdengar protes dari bibir Sean, aku pun memberanikan diri menempelkan kepala dipunggung lebar Sean.

Motor sport Sean memasuki parkiran sekolah. Beberapa pasang mata melihat ke arah kami. Kayak nggak pernah liat Kakak Adek boncengan aja, batinku sambil melirik mereka.

"Tumben berangkat bareng," ucap Dion saat motor Sean telah terparkir di sebelah motornya.

Baik aku maupun Sean tak membalas perkataan Dion.

"Kasian, dikacangin." Rey tertawa kecil mengejek Dion.

"Mau gue anter ke kelas?" tanya Sean.

Aku menggeleng. "Nggak usah, makasih buat tumpangannya."

Aku berjalan gontai menuju kelas, menutup mulutku yang terbuka dengan telapak tangan ketika rasa ngantuk menyerang. Semalam aku melanjutkan membaca buku diary milik Leta hingga selesai sampai jam tiga pagi. Secara garis besar aku sudah tahu bagaimana kehidupan Alleta.

A or A [New Version]Where stories live. Discover now