Chapter 18

29.4K 3.2K 52
                                    

"Lo 'kan udah janji mau beliin gue ice cream, kok sekarang lo nyuruh gue pulang sendiri," omelku pada Sean

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lo 'kan udah janji mau beliin gue ice cream, kok sekarang lo nyuruh gue pulang sendiri," omelku pada Sean.

Sean datang ke kelasku sesaat setelah bel pulang berbunyi, ia menyuruhku pulang sendiri dan mengabaikan janjinya karena ia ada latihan basket.

"Gue minta maaf, nanti malam kita beli ice cream-nya, okay?" bujuk Sean. "Gue nggak bisa ngantar lo, gue telepon Pak Willy suruh jemput lo."

"Nggak usah, gue bisa pulang sendiri," sahutku kesal.

Gimana enggak kesal, aku mau banget dibelikan ice cream oleh Sean, bukan masalah ice cream-nya tapi orangnya. Okay fine, aku mengaku kalau aku suka dekat-dekat sama Sean.

Aku mulai melangkah namun bahuku tak sengaja menyenggol tangan Sean yang memegang handphone membuat benda pipih itu jatuh dari genggamannya. Aku tak peduli, terus berjalan keluar kelas.

Tungkaiku terus berayun dan menapak pada lantai lorong, di dalam hati aku berharap Sean mengejarku. Bibirku tersenyum kecil tatkala mendengar langkah kaki lantas aku balik kanan cepat.

"Sean lo—"

"Gara," sela Gara tersenyum tipis menatap wajahku.

"L-lo belum pulang?" tanyaku gugup atau lebih tepatnya takut melihat tatapan Gara saat ini.

"Gue dari kelas lo, ayo pulang." Gara meraih tangan kananku dan menarikku untuk berjalan di sampingnya.

"Hubungan lo sama Sean benar-benar udah membaik," ujar Gara, raut wajahnya datar dan pandangannya lurus ke depan.

"Ya gitu deh, emang dulu hubungan gue sama Sean buruk banget ya?"

"Hm, kalian nggak dekat, bahkan jarang saling sapa di sekolah sampai timbul rumor kalau lo cuma ngaku-ngaku sebagai adeknya Sean."

Aku tak menanggapi lagi perkataan Gara hingga kami sampai di parkiran, tempat di mana motor Gara berada.

"Naik," titah Gara.

Aku agak ragu, sebenarnya aku tidak ingin pulang diantar oleh Gara tapi alasan apa yang harus aku gunakan untuk menolaknya.

"Oh iya Karin—"

"Udah pulang," sela Gara.

Fuck, tidak ada alasan lagi untuk menolaknya, terpaksa aku naik ke atas motornya. Dan yang membuat aku kesal tiba-tiba Gara menarik tanganku agar melingkar pada pinggangnya.

A or A [New Version]Where stories live. Discover now