Chapter 25

23.8K 2.5K 26
                                    

"Lo kenapa sih mau cepat-cepat pulang, masih jam sembilan juga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lo kenapa sih mau cepat-cepat pulang, masih jam sembilan juga. Mana gue belum coba semua jajanan di sini."

"Naik," perintah Sean.

"Nggak mau."

"Naik sayang!" titah Sean jelas, singkat, padat dan tak memedulikan perasaanku sebagai lawan bicaranya jika ia berkata demikian.

Mendengar penuturan Sean, pipiku memanas. Dasar, murahan sekali pipi ini, dipanggil sayang aja langsung panas. "Apaansih? Ingat lo abang gue! Nggak usah gombal. Geli." Aku langsung naik ke atas jok motor sebelum diperintah untuk yang ketiga kalinya.

"Kok ke sini?" tanyaku manakala Sean menghentikan kendaraannya di depan mall.

"Katanya mau jajan."

Di dalam mall yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok, aku mengayunkan tungkai perlahan di depan rak makanan, niat hati ingin membeli banyak untuk persediaan di rumah.

"Udah cukup, lo udah kebanyakan masukin pringles sama chitato ke dalam sini," tegur Sean.

Aku yang ditegur cuek-cuek aja. Tak memedulikannya yang sedang mendorong troli belanjaan di belakangku.

Aku meraih mie instant dari rak lalu memutar tubuh ke belakang ingin menaruhnya ke dalam troli. Dan aku sadar kalau pringles beserta chitato berbagai rasa yang tadi aku masukkan ke dalam troli tersisa masing-masing satu.

Aku tak menghitung pasti berapa jumlah pringles dan chitato yang aku masukkan, tapi yang pasti BANYAK!

"Lho? Kok makanan gue ilang?"

Sean mengangkat bahu acuh membuatku memicing curiga ke arahnya, sudah jelas ia pelakunya akan tetapi tak mau mengaku.

"Pasti lo 'kan?"

"Enggak."

"Bohong, ih! Nggak mau tau pokoknya lo ambil lagi. Gue udah capek-capek masukin malah lo kembaliin lagi ke rak." Aku menghentakkan kaki kesal setengah mati.

"Nggak baik berlebihan. Lo udah makan snack itu terlalu sering, nggak bagus buat kesehatan nanti lo sakit karena tubuh lo terpaksa nyerap bahan pengawet," jelas Sean panjang, tak lupa raut wajah datarnya.

Bukannya marah, atau apa, aku justru menatap Sean takjup. "Uuuu ... lo sekarang perhatian banget semenjak bilang mau jadi abang yang baik buat gue."

Sean berdecak kemudian mendorong troli mendahuluiku. "Yahh, dia ngambek."

"Gue nggak ngambek," tukas Sean jutek.

A or A [New Version]Where stories live. Discover now