Chapter 10

34.5K 3.6K 14
                                    

"Maaf, Non

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Maaf, Non. Ada keperluan apa?" Penjaga gerbang bertanya padaku.

Aku sedang berdiri di depan gerbang yang menjulang tinggi berwarna gold. "Saya .... " Aku ragu untuk melanjutkan kalimatku. "Saya temennya Allana, Pak. Allananya ada?"

Terlihat kerutan di dahi penjaga gerbang. "Bukannya Non temannya Non Allana? Emangnya Non nggak tau kalau Non Allana udah lama koma."

"Ko-koma?" tanyaku memastikan.

"Iya, Non."

"Gitu ya, Pak. Saya temen lamanya, udah lama nggak tau kabar Allana. Kalau boleh tau Allana dirawat di rumah sakit mana?"

"Royal hospital, Non."

"Makasih ya, Pak. Saya permisi dulu."

Sambil menjauh dari gerbang, Aku bersorak senang dalam hati karena aku belum meninggal. Berhenti di trotoar, aku segera memesan taksi online untuk pergi ke rumah sahabatku. Tak butuh waktu lama, taksi pesananku datang. Aku segera masuk dan mobil mulai bergerak menuju rumah Kaila.

Kini aku telah berdiri di depan rumah Kaila, menarik napas sejenak sebelum tanganku terangkat untuk menekan bel di sisi kanan pintu. Kemudian keluar seorang gadis yang mengenakan kaos putih oversize serta celana pendek, menutupi sebagian pahanya.

"Maaf, cari siapa ya?"

"Ada sesuatu yang mau gue bicarakan sama lo sekarang."

"Kita kenal?"

"Lo nggak kenal sama gue, tapi gue kenal sama lo. Gue mau ngasih tau sesuatu yang penting, ini tentang Allana."

"Yaudah, kasih tau sekarang," desak Kaila.

"Oke, tapi nggak di depan pintu juga. Lo nggak niat ngajak gue masuk dulu?"

"Ya nggak lah, siapa tau lo cuma modus mau berbuat jahat."

Aku memutar bola mata malas, memangnya wajah Alleta seperti tampang pencuri apa? "Yaudah, lo mau bicara di mana?"

"Terserah lo aja," jawab Kaila datar.

"Gimana kalo di caffe deket sini?"

"Nggak ah, mending di sana aja." Kaila menunjuk ke arah taman yang berada di samping rumahnya.

Tadi katanya terserah gue, batinku menahan kesal.

Kami berdua duduk pada kursi panjang di tengah taman. "Kai, sebenarnya gue Allana," ungkapku langsung ke inti.

Mendengar perkataanku, Kaila langsung tertawa sambil mengusap sudut matanya seolah ia menyeka air mata yang keluar akibat tertawa. "Sumpah, bercanda lo nggak lucu," balas Kaila dengan tawa yang masih tersisa. "Lo siapa sih? Lagi halu, ya? Lo kira mata gue buta! Jelas-jelas muka lo beda."

A or A [New Version]Where stories live. Discover now