Chapter 43

16.9K 1.9K 86
                                    

Sesuai rencana beberapa waktu lalu tentang liburan keluarga yang baru terlaksana hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sesuai rencana beberapa waktu lalu tentang liburan keluarga yang baru terlaksana hari ini. Daddy mengambil cuti dari pekerjaannya, sementara aku dan Sean izin tidak masuk sekolah selama lima hari agar kami bisa liburan bersama.

Berbeda denganku sebelumnya yang berlibur ke Korea Selatan, Daddy memilih Berlin, city of Germany sebagai tempat liburan kami.

Kami menginap di hotel Adlon Kempinski yang terletak di jantung kota, menghadap Gerbang Brandenburg, pun makan malam tadi kami ke salah satu restoran di dalam hotel ini.

"Mikir apa sih? Wajahnya serius banget?" Sean memecah keheningan. Barangkali ia tidak tahan kutatap sedari tadi.

Aku belum mau bersuara, hanya menggelengkan kepala beberapa kali dengan tangan kanan setia memangku daguku.

"Kesambet hantu Jerman lo?" Kening Sean berkerut, alis tebalnya menukik lucu.

Aku menggeleng kepala sekali lagi.

Sean berdecak. "Awas kepala lo copot, geleng mulu dari tadi."

"Abang," aku memanggil pelan, lebih seperti bergumam.

"Yes love?"

Oh my God! Ini pertama kalinya aku mendengar Sean menjawab panggilanku seperti itu, its touching my deep hearts!

"Ck manggil tapi dicuekin. Lo ngetes pendengaran gue apa gimana sih!"

Sudut bibirku membentuk senyum. "Makasih ya," aku akhirnya mengucapkan kalimat lengkap.

"Buat apa?"

"Udah jadi abang yang baik sejauh ini."

Sean mendengus tak suka. "Gitu aja pakai makasih segala, 'kan emang tugas gue."

"Tapi gue tetap mau bilang makasih. Pokoknya makasih, makasih, makasih banget."

Sean bangkit dari posisi duduknya lantas mendekatiku yang tengah telungkup di atas kasur sambil bertopang dagu. Sean kemudian menangkup wajahku dengan kedua tangan besarnya. Ia menatap lekat. Aku sampai menahan napas, jantungku mendadak berdebar lebih kencang.

"Berhenti bilang makasih," kata Sean serius, sebelum dua tangannya tiba-tiba mencubit pipiku.

"Sakit anjir!" aku berteriak, tanganku memukul-mukul tangan Sean yang mencubit pipiku.

"Nah gitu dong kesel."

Sean bersorak riang dengan wajah tanpa dosa. Tangannya sudah menjauh dari pipiku, kembali ke sisi tubuhnya.

A or A [New Version]Where stories live. Discover now