Chapter 24

1.7K 199 32
                                    

'So tell me, can you turn around? I need someone to tear me down.'

*Don't forget to vote and comment♡

"Zeke, kau sudah kembali? Di mana (Y/n)?" tanya Hana saat melihat keponakannya memasuki halaman rumah.

"(Y/n) masih berada di Paradise, saat akan kembali ke Marley tiba-tiba saja dia bilang ada sesuatu yang harus dia urus."

"Bagaimana bisa kau meninggalkan putriku sendirian di sana?! Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya? Kau ini!" Hana menarik pelan jenggot Zeke, meskipun begitu tetap membuat pria itu berteriak kesakitan.

"A-aduh! Bibi! Tolong hentikan! Aku sudah menawarkan diri untuk menemani (Y/n), tapi dia sendiri menolaknya, Bi." Zeke mengusap dagunya setelah Hana melepaskannya.

"Sudahlah Hana, kau tenang saja aku yakin (Y/n) akan baik-baik saja. Lagipula nanti orang-orang itu akan datang kemari untuk membicarakan tentang serum titan yang baru, akan lebih baik jika mereka tidak bertemu dengan (Y/n)," ujar Zeckler yang baru saja keluar dari rumah dengan pakaian yang rapi.

"Bagaimana aku bisa tenang? (Y/n) itu gadis yang ceroboh, kalau dia melakukan sesuatu yang gila bagaimana? Ah sudah aku mau pergi memasak saja, kalian para pria tidak akan mengerti kekhawatiran seorang ibu." Hana melangkah cepat memasuki rumahnya meninggalkan suaminya yang hanya menggelengkan kepala sementara Zeke melongo melihat kelakuan bibinya yang tidak jauh berbeda dari (Y/n).

"Zeke, aku mau kau menemaniku saat mereka datang kemari. Seperti biasa, kau harus berpura-pura berpihak pada mereka."

Zeke mengela napasnya, lalu berkata, "Sebenarnya aku sudah sangat muak pada mereka. Mereka sudah mengubah ibuku menjadi titan, tapi demi keberhasilan rencana kita aku akan melakukannya."

***

Sementara itu di Paradise, (Y/n) tengah bersembunyi di balik pohon sambil memperhatikan teman-temannya yang tengah membersihkan pondok.

"Aku sangat merindukan mereka," gumam (Y/n) sambil tersenyum saat melihat Levi memasuki pondok dan mulai mengecek bagian bawah meja yang masih berdebu.

Tak lama (Y/n) melihat mereka semua pergi meninggalkan pondok. Kemudian gadis itu pun mulai mengikuti mereka diam-diam.

"Eren, kenapa kau diam saja? Kau takut dengan eksperimennya?" tanya Mikasa.

"Takut? Tentu saja tidak, aku hanya sedang memikirkan (Y/n). Kalau saja bukan karena seseorang, dia pasti ada di sini bersama kita dan semuanya akan lebih mudah," ujar Eren sambil melihat sekilas ke arah Levi.

"E-eren, diamlah!" bisik Armin penuh penekanan. Armin dengan otak cerdasnya mampu memahami betul bagaimana perasaan Levi saat ini.

"Kau tidak perlu takut Eren, aku akan bersamamu." Mikasa mencoba mengalihkan pembicaraan sebelum sahabatnya itu berbicara semakin jauh.

"Hey! Sudah ku bilang 'kan? Aku tidak takut! Kau ini kena-" Seruan Eren terhenti saat Mikasa menutup mulutnya lalu menarik tali kuda milik Eren agar berjalan lebih cepat.

Levi yang menunggang kudanya tak jauh dari Eren pun mendengar ucapan bocah titan itu, lalu memelankan laju kuda hitamnya. Padahal sedari tadi dia tengah berusaha keras untuk sedikit menenangkan pikirannya dan fokus pada misinya kali ini.

Pria bersurai hitam itu sudah mendengar kabar mengenai kematian anggota regunya, di hadapan semua orang Levi memang terlihat biasa saja, tapi faktannya sekuat apapun itu dia tetap manusia dan memiliki perasaan, hanya saja Levi terlalu pandai menyembunyikan perasaannya.

My Dearest Cadet (Levi x Reader)Where stories live. Discover now