Chapter 26

1.9K 179 32
                                    

"Cause nothing can ever, ever replace you. Nothing can make me feel like you do."

*Don't forget to vote and comment♡

"Hi, Paman?"

Ah suara itu, sudah berapa lama Levi tidak mendengarnya?
Pria itu masih termangu di tempatnya. Rasa rindu, senang, dan haru membuncah di dada. Persetan dengan semua orang yang ada di sini, Levi hanya ingin menarik (Y/n) ke dalam rengkuhan hangatnya.

"Yak! Boncel! Apa yang kau lakukan?!" pekik Hange saat Levi mendorongnya menjauh dari (Y/n) hingga wanita berkacamata itu terjungkal dari kursi.

"(Y-Y/n)?" Jarak mereka hanya beberapa cm saja, tapi Levi tak bereaksi apapun lagi. Ia hanya duduk di samping gadisnya dengan mata yang berkaca-kaca.

(Y/n) sedikit mencondongkan tubuhnya, berbisik pelan di telinga kanan Levi. "Kenapa kau diam? Kau tak merindukanku, ya? Padahal aku sangat merindukanmu." Seperti angin segar yang menyadarkan, kalimat (Y/n) membuat pria itu langsung membawanya ke dalam sebuah pelukan. Levi terisak pelan di sana, kurang lebih sebulan rasa bersalah dan penyesalan tak pernah absen menggelayutinya.

(Y/n) mengusap lembut punggung tegap dan surai hitam Levi, ia mengingat malam di mana dirinya menangis di dalam pelukan Levi karena merindukan ayahnya. Namun, hari ini giliran Levi yang menangis dan terus menggumamkan kata maaf  dalam pelukannya.

"Erwin, aku terharu," bisik Hange pada sang komandan. "Tapi aku ingin tertawa, Levi terlihat seperti anak kecil." Erwin menghela napas jengah, tak habis pikir dengan temannya itu.

"Levi...." Panggilan itu membuat Levi mendongakan wajahnya menatap (Y/n) dengan mata yang masih basah oleh air mata. Gadis itu tersenyum lembut, begitu menenangkan. Ia mengusap pelan pipi tirus Levi. "Tidak apa, aku sudah memaafkanmu." (Y/n) dengan pelan sedikit menjauhkan tubuhnya, membuat pelukan mereka terlepas.

Seakan takut jika gadisnya akan kembali pergi, Levi buru-buru menggenggam tangan mungil itu. Membawanya berdiri. "Erwin, apapun yang ingin kau bicarakan, katakan nanti saja. Saat ini ada hal penting yang harus aku lakukan." Detik kemudian Levi berlalu dari ruangan Erwin, dan membawa (Y/n) bersamanya.

"Apa-apaan si boncel itu? Kita kan juga merindukan (Y/n)?" kesal Hange.

"Sudahlah Hange, biarkan mereka menghabiskan waktu berdua."

***

Kamar Levi tak berubah, tetap bersih tanpa noda walaupun si empunya tengah berada dalam titik berat dalam beberapa waktu terakhir. Ya, Levi membawa (Y/n) ke kamarnya. "Kamarmu tak berubah, ya?" (Y/n) mendengus geli. Ia tengah duduk di ranjang berbalut sprei seputih gading. Sementara Levi berdiri di depannya tanpa mengatakan apapun, tapi matanya tak kunjung kering. Ia masih terus terisak dalam diam.

"Levi, kemarilah! Kenapa kau terus berdiri di sana?" (Y/n) menepuk pelan sisi kasur di sebelahnya, tapi Levi tetap terpaku di tempat. "Hey, ada apa?" Tatapan dan senyum lembutnya. Ah ... Sejak kapan (Y/n) bisa bersikap sedewasa ini?

"(Y/n)...." Sepatah kata keluar dari mulut Levi. Ada jeda beberapa detik hingga ia kembali membuka suara. "Kenapa semudah itu memaafkanku? Kau bisa menghajarku saat ini juga jika kau mau, aku tak akan menghindar apalagi melawan. Tapi tolong, jangan pernah pergi lagi dariku." Ia menjatuhkan diri, bertumpu pada lututnya.

"Levi, jangan seperti ini." (Y/n) ikut bersimpuh di depan Levi. "Aku juga bersalah. Seharusnya aku tak pergi begitu saja tanpa memikirkan perasaanmu waktu itu. Kita sama-sama bersalah di sini Levi. Maaf karena meninggalkanmu."

"Tidak sayang, akulah yang bersalah. Semua ini murni karena diriku, aku pantas mendapatkannya. Hanya saja aku tak sekuat itu jika harus tanpamu." Di bawah sinar indah rembulan yang menyusup dari jendela, mereka kembali berpelukan. Meleburkan segala rasa sesal dan rindu yang begitu menyiksa.

"Levi, ayo kita mulai semuanya dari awal. Kejadian kemarin anggap saja sebagai ujian agar kita menjadi lebih pantas untuk satu sama lain." (Y/n) tersenyum manis, matanya berkilau cantik sekali.

Perlahan lengkung indah di wajah Levi juga terlihat, ia mengangguk mengiyakan. "Sekarang kita tidur, ya? Besok kita harus membahas sesuatu yang penting."

Kedua sejoli itu berbaring di tempat tidur, saling berhadapan, tak hanti melempar senyum. "Kita berpisah tidak sampai setahun walaupun aku merasa seperti satu abad, tapi kenapa kau sekarang sudah jauh lebih dewasa?" Levi tersenyum miring.

(Y/n) mengerucutkan bibirnya. "Heh paman tua, aku ini orangnya fleksibel. Bisa menjadi dewasa dan kekanakan dalam situasi tertentu." Levi tergelak. Tawanya seakan membuktikan kebenaran dari pepatah, 'Akan ada pelangi setelah hujan.'

"Fleksibel? Seperti karet?" Levi semakin tergelak melihat alis (Y/n) yang menukik tajam karena kesal.

"Sudahlah, aku mau tidur." Gadis itu menutup wajahnya dengan selimut.

"Kau mau tidur? Tapi, kau belum memberiku hadiah pertemuan."

"Hadiah pertemuan? Apa itu?"

"Cium, brat."

***

Pagi sudah tiba, setelah bersiap Levi dan (Y/n) segera menuju ke ruang makan untuk sarapan. Di sana sudah ada para prajurit pasukan pengintai termasuk anggota regu Levi yang baru, Erwin dan Hange. Pelukan hangat langsung menyambut (Y/n) saat gadis itu memasuki ruangan. Teman-temannya begitu merindukan gadis bersurai (h/c) itu, begitupun sebaliknya. Mereka berpelukan cukup lama hingga Levi merasa jengah.

"Tch sudahi pelukan kalian itu! (Y/n) akan terkena kuman jika terus berdekatan dengan kalian!" Ia menarik pelan tubuh (Y/n) menjauh dari teman-temannya.

"Levi, kau ini tipe pencemburu ya ...." Hange tersenyum meledek pada Levi, yang dibalas dengan umpatan dari bibir tipis pria itu.

Mereka mengobrol ringan, tak ada yang berniat untuk menanyakan kemana dan apa yang (Y/n) lakukan ketika pergi dari markas. Mereka tak ingin hal itu merusak pagi yang indah ini.

"Omong-omong, Kapten kenapa matamu sedikit bengkak? Apa digigit serangga?" Sasha ternyata menyadari sesuatu yang berbeda dari Levi.

Hange tertawa kerasa mendengar penuturan gadis pecinta kentang itu, ia tau betul penyebab dari bengkaknya mata Levi. "Biar ku beri tahu, kapten boncel ini semalam menangis seperti anak kecil. Itu sangat lu-" kalimatnya terpotong karena Levi menjejalkan sepotong besar kentang ke dalam mulutnya.

"Tch, dasar sialan!"

~TBC

Hiiiii>< do u guys miss me? Ada yang nungguin cerita gaje ini nggak? Btw maaf banget karena ngegantung cerita ini dalam waktu yang lama. Minggu depan aku US jadi kemungkinan aku bakal up lagi saat weekend, kalau US udah selesai baru aku bakal update rutin lagii kaya dulu, doain US ku lancar ya teman-teman hihi. Oke deh see yaaa!!

Bạn đã đọc hết các phần đã được đăng tải.

⏰ Cập nhật Lần cuối: Mar 27, 2022 ⏰

Thêm truyện này vào Thư viện của bạn để nhận thông báo chương mới!

My Dearest Cadet (Levi x Reader)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ