Lydera Savara

4.5K 171 6
                                    

"Ale, gimana koasnya? Asik kan di UGD?" Rahman mulai membuka pertanyaan di sela makan malam mereka.

"Di asyik asyikin aja, bang. biar ilang capeknya jaga malam dan dijailin teman. hehehe" ujar Ale sopan kepada abang iparnya itu.

Memang, selama menjalani koas, Alexa danmama tinggal di rumah riana dan rahman, karena rumah mereka berada di komplek doctor's home di belakang rumah sakit. jadi lebih memudahkan Alexa jika ada pasien gawat pada siang atau malam hari.

Rahman membenarkan posisi duduknya.
"Dijailin gimana?" Ale terkejut dengan pertanyaan iparnya itu. bagaimana bisa ia keceplosan?

"Eh, um, gak ada kok bang, cuma biasalah.." walau kurang mengerti, namun rahman hanya membalas dengan anggukan sok mengerti.

"Eh, udah 2 bulan kan le, kamu di UGD? Berarti bentar lagi rolling dong! Habis ini stase apa?" Riana menimpal, kini pandangan ale dan rahman menuju padanya.

"Stase kulit kak.. Waduhh dibimbing kakak nih berarti" ujar Alexa sedikit cemas.

"Kok cemas gitu sih? Hm? Kenapa? Emang kakak killer banget ya? Ngga kali adikku sayang. tapi awas kalo gak ngerjain tugas. jangan mentang mentang kakak ini kakakmu jadi kamu malas malasan" riana bicara sambil menodongkan garpu ke arah adiknya, dan adiknya melakukan sikap hormat bagai tentara.

"Siap komandan gendut!" Pekik alexa dan langsung mendapat rengekan usil dari kakaknya. Sedangkan rahman hanya tertawa sambil menenangkan istrinya itu.
------------------------------------
Hari berganti hari, musim duren dan musim rambutan pun berganti. Tiba saatnya suasana Skin care sepi. 2 diantara 5 dokter di sana tak hadir hari ini. walaupun sempat bertanya tanya, tapi setelah melihat kalender, friska mulai meninggalkan ruangan itu. berkurang satu lagi manusia dalam skin care di flynn hospital.

"Loh loh loh, sayang, ini kan masih jam 7 pagi, kamu mau kemana? Gak nunggu riana?" Aron menghentikan derap kaki istrinya itu. friska membetulkan topi perawatnya, lalu menatap suaminya.

"Suamiku yang ganteng tapi pikunan, ini hari dimana riana harusnya Lahiran!!!!" Ujarnya mulai geregetan.

"Eh, seriusan?! Yaudah sayang, ayo kita telfon si rahman dulu. lagian kamu mau kemana sih cari riana?" Ujar aron mulai mencoba menenangkan istrinya yang gelagapan itu. tapi sesudah mendengar kalimat terakhir dari suaminya, ia terdiam dengan pipi menggembung.

"Oh iya. aku mau cari riana kemana? Yaudah deh, Papa telfon tuh si Rahman" arahannya itu langsunv di ladeni suaminya.

Tuuttt...

Tuuttt...

Tuuttt...

"Halo assalamualaikum" dari seberang telfon mulai terdengar suara berat khas suara rahman.

"Waalaikumsalam. man, lo dimana? Riana belum mau lahiran?" aron langsung menyampaikan poinnya. namun tanggapan yang ia dapat malah santai.

"Belum nih, Ron. harusnya hari ini kan? Tapi belum ada. riana belum kontraksi---" kalimat rahman terdengar menggantung. aron menaikkan sebelah alisnya ke arah Friska, membuat istrinya itu penasaran.

"Man? Halo? Lo disana kan? Terus kalo belum kontraksi, kok lu bedua gak kerja?" Aron masih memberi pertanyaan, tapi yang terdengar dari situ hanyalah suara dari kejauhan, seperti meringis kesakitan.

"Halo? Man? Kalian baik baik aja? Halo?" Aron bertanya lagi, tapi belum ada jawaban, setelah beberapa menit, barulah ia mendapat jawaban dari seberang sana.

"Aron. ambulance, cepetan ron!" Aron menatap friska degan ekspresi terkejut dan. Diikuti istrinya itu.

"Oke oke gue ke sana" pria itu mematikan handphonenya, lalu menarik tangan istrinya menuju arah lobby rumah sakit.

she's my love doctorWhere stories live. Discover now