This time

4.2K 168 0
                                    

"Jadi selama saya kuliah di austria, saya memang tidak ada yang namanya contact dengan Ariana. memang semenjak farewell party SMA dulu itu saya berpisah dengan riana dan yang saya tahu ya cuma dia diterima di fakultas kedokteran ternama di indonesia"
Aron hanya manggut manggut mendengar cerita dari rahman tentang bagaimana mereka bisa saling kenal. ya memang ternyata mereka itu teman dekat waktu SMA.
Riana hanya menunduk sambil mengesap kopi yang di minumnya kini. dia masih risih dengan keadaan rahman yang kini kembali ada di dekatnya. akankah rahman meninggalknnya lagi? Jujur saja dalam lubuk hatinya dia tak mau hal itu terjadi.
"Oh gitu ya rahman. oh ya, ri, rahman masuk ke instansi kamu loh, dia dokter spesialis bedah plastik. i believe both of you can be the gratest colaboration in dermatology. and prove it, okay?" Ucap aron sambil memandangi mereka berdua bergantian.

"Okay, aku akan berusaha sekeras mungkin" ucap ariana sambil melayangkan senyumnya.

"Great. oke,Rahman, Riana, gue duluan ya, ada rapat keluarga, kalian reunian dulu aja, okay? Bye" kata aron sambil dengan sigap meninggalkan mereka berdua, menyisakan dua insan itu.

Keduanya masih kaku, diam tanpa bahasa dan yang terdengar hanya dentingan sendok riana yang bertumbukan dengan dinding cangkirnya yang digerakkan gadis itu melawan arah jarum jam.
"Bagaimana keadaan mu, Hani?" Pertanyaaan reguler yang biasanya digunakan untuk memulai percakapan. ya, riana tidak heran dengan kelakuan rahman yang dingin dan tak kreatif itu, karena ia tau betul bahwa saat SMA, hasil test creative question (CQ) rahman hanya 110, berbnding terbalik dengan IQ nya yang bernilai 143 itu.

"Great, seperti yang kamu lihat. kalau kamu?" Riana balik melempar pertanyaan pada rahman dan rahman mulai tersenyum.
"Alhamdulillah, baik. aku masih seorang laki laki yang memilih jurusan kedokteran karena seorang gadis yang aku cintai, namun lama kelamaan aku larut dalam dunia kedokteran" ucap rahman blak blakan. riana menunduk merasa bersalah mengingat masa lalu mereka. perpisahan antara merek berdua memang menyedihkan.

-----kembali ke 8 tahun yang lalu-----
Suasana dalam ruangan yang sangat luas ini betul betul ramai. banyak sekali manusia manusia belia didalamnya, dan jika biasanya orang orang melihat mereka dalam lingkungan sekolah dengan seragam lengkap, kali ini tidak lagi. para laki laki mengenakan tuxedo dan segala sesuatu yang menghadirkan aura kegagahan di diri mereka masing masing. sedangkan para wanita, tampil cantik dan anggun dengan dress dan riasan yang memang membuat mereka berbeda dari sekedar murid polos tanpa make up selama di sekolah. Mereka memukau bagai bidadari.

Ini adalah farewell party SMA Cipta Dirga angkatan ke 52, dan angkatan yang terdiri dari 423 siswa siswi itu adalah angkatan dari ariana, friska, dan rahman.
Tak terasa 3 hari UN kemarin adalah hari yang menandakan perjalanan mereka berakhir sudah. ya, perjalanan di SMA. mereka kini akan menyandang kata MAHA didepan gelar SISWA. mereka akan menempuh kehidupan yang baru, memencar, berkelana, dan tentunya, walaupun hari ini indah, tapi juga membawa kepiluan.

Riana tampil anggun dengan long dress pink yang sangan anggun dipakainya ditambah polesan lipstick berwarn pink muda yang membuat bibirnya semakin indah. rambutnya di gerai, namun di sisi kiri dan kanannya dijalin lalu bertaut di belakang kepalanya, mengesankan riana sedang memakai mahkota yang terbuat dari keanggunan dirinya.
Riana mencoba senang, walaupun dalam hati masih ada yang janggal. Ini mungkin jadi kali terakhirnya bersua dengan rahman, sedangkan dia belum berkata apapun termasuk maaf kepada "sahabat" nya itu.
Mata riana menyapu ke segala arah pantauan, mencari dimana rahman. ia akan sangat menyesal jika ia tudak menenemukannya hari ini. riana tidak ingin kejadian Aron terulang, saat aron patah hati dan memilih berangkat ke inggris sehari sesudah UN dan meninggalkannya tanpa kabar hingga saat itu.
Riana sudah mencari setwliti mungkin, namun nihil. riana coba keluar, melihat ke daerah swimming pool hotel yang disewa sekolah dengan budget mahal itu. ia mendapati 3 orang laki laki sedang berbicara di pinggir kolam, padahal saat ia menadahkan tangan ke atas, ada butiran air yang membasahi tangannya. riana sigap menargetkan tujuannya, namun terlebih dahulu ia membuka sepatunya agar tak tersandung batuan yang luas teraebar sejauh resultan yang akan ditempuhnya untuk menuju 3 kawula itu.

"Ehm, hai" ucap riana dibelakang 3 orang itu. mereka bertiga menujukan pandangan pada riana, lalu tersenyum. tapi tanpa perkiraan riana, dewo dan gilang yang tadinya ada di depannya itu justru melepaskan diri, menyisakan 2 orang yang belum lama ini saling tak bersapa.

"A..."
Suara mereka bertabrakan, diganti dengan manik mata mereka yang saling bertemu.
"Kamu duluan aja, ri" ucap rahman tenang. riana menghela nafasnya lalu membuangnya kasar.
"Aku... minta maaf, Man. aku gak pengen kita begini. aku pengen persahabatan kira baik baik aja. aku pengen tetap temenan sama kamu. aku gak berharap lebih karena aku tau kamu juga gak berharap lebih dari hubungan kita, Man, tapi aku mohon, ini bisa jadi hari terakhir pertemuan kita. mungkin saja kita tidak bertemu atau mingkin saja juga akan bertemu namun nanti. aku hanya minta satu hal, rahman, maafkan aku dan friska. kita sahabatan lagi" ucap riana dengan suara basah dan mata berbinar, namun auranya adalah perpaduan ketenangan dan harapan.

"Kamu gak salah, ri. Aku yang salah, karena aki ingin mengakui sesuatu yang harusnya kuakui sejak dulu, walaupun takkan dilanjutkan. aku.. aku mencintaimu, hani. pada awalnya aku selalu menghujat diriku munafik dan naif karena mejauhi kamu karena perasaaanmu padaku padahal aku memiliki rasa yang sama. maafkan aku." ucap rahman yang langsung menutup mulutnya.
"Apa kau serius dengan perkataan mu rahman?" Ucap riana bermada kaget.

Rahman mengeluarkan sebuah box besi dari balik tas yang disandangnya. "ini adalah kotak yang kubeli di jepang. time capsule namanya. ini takkan bisa dibuka sekarang, sudah ku atur agar ia terbuka 3 tahun lagi. Walaupun sebelum 3 tahun kamu bisa membukanya, berjanjilah kepadaku kalau kamu akan membukanya pada 3 tahun itu. jangan lebih cepat. oke?" Ucap rahman disambut anggukan riana tanda mengerti.

Lalu mereka menghabiskan malam hingga acara usai, dengan status persahabatan yang telah kembali.

Tiga bulan berlalu, ijazah pun telah dikeluarkan dinas pendidikan dan riana langshng melesat dari kampus ke sekolah tempat ia menghabiskan masa remaja dan melakukan kegiatan absurd bersama friska dan rahman.

"Assalamualaikum ibu cantiiiikkkk!!!!" Sapa riana riang ketika menemui wali kelasnya dulu berada di hadapannya. gadis itu mengambul tangan kanan ibu guru itu, menciumnya, lalu mendekap tubuh wanita paruh baya itu erat. memancarkan sinar kebahagiaan dimata wanita itu.
"Apa kabar nak? Wah, ibu senang sekali mendengar kamu diterima di universitas indonesia sebagai mahasiswa kedokteran. prestasi yang sangat membanggakan nak." ucap ibu itu menatap bangga.
"Alhamdulillah bu, terimakasih banyak bu. kalau bukan karena ibu, riana tidak akan bisa seperti sekarang" ucap riana dengan nada sangat santun dan halus, membuat guru itu merasa sangat kagum kepadanya.
"Oh, ini anak ibu pasti mau ambil ijazah ya? ayo ayo, tinggal kamu yang belum ambil." riana lalu mengikuti langkah wanita itu ke ruang arsip sekolah, melihat gerak wanita itu yang mengeluarkan satu bantalan tinta ungu  dan helaian kertas ijazah. ibu itu mencari nama riana dari tumpukan ijazah itu, dan saat kertas kepemilikan riana diangkat, tepat dibawahnya ada ijazah lain yang mengukirkn senyum mannis si pemiliknya. itu ijazah rahman as-syafiq.
Jujur saja riana merindukannya. namun dalam hati gadis itu bertanya tanya, rahman sekarang berada dimana? Mereka memang tidak ada contact sejak perpisahan waktu itu.

"Bu, kalau boleh fau, rahman lanjut kemana ya bu? Saya gak tau kemana dia." ibu Sari menjawab dengan senyum yang terulas di bibirnya.

"Kamu gak tau ya? Rahman itu dapat beasiswa kuliah kedokteran di wiena, austria."

Pernahkah kamu merasakan semua sesak didalam hatimu? Itu yang dirasakan riana kini.

she's my love doctorWhere stories live. Discover now