New father surgery

4.2K 141 10
                                    

"Dokter rahman?" Hendri menunduk sambil mengguncang guncang pria yang tertidur di meja itu. kelihatan berantakan, dokter spesialis bedah plastik dan rekontruksi estetik itu tertidur di atas data pasien dengan tangan yang masih memegang pulpen.

Hendri hanya bisa menggeleng gelengkan kepala. sekali lagi, ia mencoba berusaha membangunkan suami dokter riana itu.

"Dok, dok?" Akhirnya tubuh itu bergerak juga. hendri mulai bisa bernafas lega. tapi sesudah lelaki itu megangkat kepalanya, wajahnya sangat lusuh dan matanya seperti mata panda.

"Dokter? Dokter tidak apa apa? Apa kita undur saja operasi malam ini?"

Waktu menunjukkan pukul 2 subuh. dan karena kemarin ganti shift dengan gandhi, perawat bedah yang bertugas malam biasanya dengan dokter rahman, hendri sama sekali tak tahu, kalau dokter tegap itu ternyata sudah tak tidur dua malam. setiap malam selalu saja ada operasi. dan itu membuat dia memforsir diri. sampai sampai dokter riana dicuekin olehnya.

"Eh.. astaghfirullah.. iya saya tidak apa apa. terimakasih sudah membangunkan hendri. aduh, kenapa saya bisa tertidur begini ya? Tidak tidak.. operasi harus tetap di lakukan biar pasien cepat sembuh. kita mulai jam 4 ya, tolong siapkan ruangan dan beritahu anestesi untuk bius. saya mau ke mushalla dulu" rahman masih grogi karena tidurnya. laki laki itu... terlalu.

Ia melangkahkan kakinya menuju mushalla sambil sesekali mengusap wajahnya. Baginya, ia bodoh. bagaimana bisa ketiduran dalam keadaan begini?

Semburan air dari kran itu mulai membasahi tangan nya sambil berniat. lalu dihentakkannya air itu menuju wajahnya yang kuyu, berharap kesegaran segera kembali kepadanya. wudhu memang jalan terbaik untuk melepaskan penat. Dia seperti di charge kembali.

Langkahnya yang masih agak gontai mulai masuk ke arah mushala. matanya dapat melihat sekirat 3 orang yang terbaring di sana. mungkin satpam atau keluarga pasien fikirnya. ah sudah lah. akhirnya ia memutuskan untuk mengangkat takbir.

2 rakaat tahajud dan 3 rakaat witir dilakukannya. kini ia hanya terduduk di salah satu sajadah sambil berzikir. melihat ke arah jam yang berdetik.

Rahman merasakan segarnya diri dalam zikirnya. Allah memang berkuasa atas segalanya. bahkan memberikan kesejukan tiada tara sekalipun.

Handphonenya berdering, dan menuliskan tulisan

'My love doctor' disana.

Wajah pria itu sumbringah dan mengangkat telfon itu.

"Halo, assalamualaikum.." rahman berujar dengan senyum.

Tapi sepertinya yang dibalik telefon itu sedang panik.

"Wa-waalaikumsalam, bang rahman. bang, kak Hani ga bisa tidur tuh... rewel terus, katanya pengen ini pengen itu, pengen deket abang... aduh bang, Ale bingung sendiri bang"

Rahman keheranan. loh? Kok jadi seperti itu? Kenapa gejala Riana jadi seperti ngidam hamil begitu? Aduh, gak mungkin. bahkan baru beberapa bulan kok riana melahirkan, gimana bisa hamil lagi? Astaga, bahkan untuk melakukan hubungan suami istri pun belum ada... kenapa dengan istrinya?

"Ale, tenang ya dek. aduh, abang ada operasi nih sebentar lagi. belum bisa pulang sekarang. Ale bantu abang ya, temanin kak Hani dan jagain Lyde. ikutin aja dulu mau nya kak hani apa. nanti kalo abang udah pulang abang periksa. ya, bisa kan dek?" Rahman berusaha tenang, menghilangkan semua kepanikan yang ada dalam otaknya.

"Ehm, oke deh, Bang. Ale coba. tapi bener ya, bang. habis operasi langsung pulang. pake baju operasi juga ga papa. mandinya di rumah aja. masalahnya kasihan kak hani, Bang" Ale masih cemas, namun sedikit demi sedikit memudar kecemasannya.

she's my love doctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang