Mine

5.3K 171 1
                                    

505

Tulisan itu yang tertera di depan ruangan rawat tempat adam di rawat secara intensive. luka itu serius, lalu juga bekas luka operasi kemarin belum kering.

Riana hanya berdiri, menatapi angka ruangan itu dengan tatapan aneh. ada kekhawatiran. enggan rasanya masuk ke sana. ia mengalihkan pandangan, menadah menatap wajah laki laki tampan yang ada di sampingnya.

"Hoh, Rahman, aku... ragu buat meriksa dia... males visite..."

Seketika riana menunduk dan menatapi lantai rumah sakit sembari mengusap tengkuknya yang tertutup jilbab. rahman memegang bahunya.

"Ini tugas kita, ri. jangan pernah khawatir. dia membutuhkan kamu sebagai tenaga medis. Jangan liat latar belakang pasien kamu, ri. dia butuh keahlian kamu dalam membantu lancarnya proses penyembuhan, bukan membutuhkan kamu menemani hari harinya untuk jadi istri kamu atau hubunggan percintaan yang lain. kamu harus yakin. kamu calon istri aku, Ri. kamu bisa"

Senyum pria itu menenangkan sekali. sorot matanya dalam, menghantarkan semangat di hati riana.

Gadis itu mengambil nafas panjang, lalu mengucapkan bismillah.

"Baiklah, aku akan lakukan tugasku" ucapnya sambil tersenyum ke arah calon suaminya.

Rahman menyusul riana dari belakang, dia masih harus melakukan control, siapa tahu pasiennya itu masih butuh keahlian bedahnya.

Ruangan yang mereka masuki itu sepi. hanya ada suster yang sedang mengganti infus adam, dan suster itu melayangkan senyum sopan ke arah dua pasangan dokter itu.

"Siang dok!"

"Siang sus, gimana perkembangannya?" Tiana bertanya ramah.

"Stabil dok" ucap suster itu sambil menulis status pasien.

"Alhamdulillah" rahman bergumam kecil.

Wajah pasiennya itu masih di balut perban, begitu juga tangan dan dadanya. luka bakar yang cukup serius pada bagian bagian itu.

Sebentar riana menatap pria yang berdiri di sampingnya, dan menatap ragu.

"You can do it, my doc" ucap rahman sedikit berbisik.

Gadis itu tersenyum kecil, lalu mulai maju ke arah bed pasien.

"Selamat siang Adam, saya periksa dulu ya" ucap riana kaku namun tetap ramah.

"Si.. siang" adam menatap riana dari balik perbannya. mulutnya terasa kaku karena tertutup perban di sekitar bibirnya.

Riana mulai memeriksa laki laki itu dengan bantuan suster tadi setelah memakai sarung tangan plastik dan masker, membuka perbannya dan memeriksa perkembangan kulit adam. sejauh ini tak ada reaksi negatif yang ditunjukkan kulit pria itu atas obat yang diberikan.

Pasiennya itu hanya terdiam, menatapi gadis yang sedang serius memeriksanya dengan telaten itu.

"Semuanya bagus. jangan lupa minum obat dan pakai cream yang diberikan agar lukanya cepat sembuh. baiklah, saya permisi, jika ada sesuatu yang dibutuhkan suster selvie telah ditugaskan intensive untuk membantu anda" dengan cepat, gadis itu beranjak lalu memberikan isyarat kepada suster selvie untuk menjagai pasiennya itu.

Ia segera berpaling. bagaimana pun dia muak melihat adam. gadis itu lalu menepuk bahu rahman tanda mengajak pria itu keluar dari tuangan pasien itu.

Adam hanya melihatnya lemah. gadis itu memang berubah. menjadi makin cantik dan indah, sekaligus makin dingin dan tak ingin diganggu olehnya. namun adam masih merasa belum cukup alasan untuk menyatakan bahwa ia menyerah.
-------------------------------
"Asaalamualaikum! Mi, kakak pulang" riana membuka pintu apartement keluarganya itu, lalu masuk kedalamnya diikuti oleh rahman.

she's my love doctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang