26. Pembatalan Perjodohan

128 8 0
                                    

Rudi Prayoga

Tak lama setelah pernikahan putranya dengan Amara, Rudi menemui sahabatnya, Haris Saksena untuk membatalkan perjodohan antara Armand an Renatta.

"Apa?!" pekik Haris tak percaya.

"Maafkan kami, Ris, " ucap Rudi.

"Aku memutuskan perjodohan ini karena aku ingin Arman bahagia. Aku tak ingin membuat anakku merasa terkekang dengan perjodohan ini. Terlebih ada seseorang yang pasti akan tersakiti akibat perjodohan ini," lanjutnya.

Deg!

Jantung Haris serasa berhenti berdetak. Bagaimana dengan anakku, Rudi? Geramnya dalam hati. Rena sangat mencintai Arman. Dia melanjutkan dalam hati. Kedua tangannya mengepal di balik meja. Sialnya, Haris dan istrinya sudah terlanjur menyukai Arman sebagai calon menantu mereka.

"Aku rasa tidak perlu dibatalkan. Bagaimana jika kita mempercepat pernikahan mereka," ucap Haris mengajukan penawaran. Rudi menggelengkan kepala.

"Tidak bisa Ris, Arman sudah menikah dengan kekasihnya satu bulan lalu," kata Rudi membuat Haris terlonjak kaget.

"Kau ...!" serunya. Rahangnya mengeras, wajahnya pun berubah marah.

"Bagaimana bisa?" desisnya seraya menatap tajam sahabatnya. Rudi menghela napas dalam-dalam.

"Sekali lagi kami minta maaf, Ris. Sampaikan juga pada istrimu dan Rena. Aku harap Rena segera menemukan lelaki yang lebih baik dari Arman, " ujar Rudi.

Dilihatnya Haris menghempaskan tubuhnya di kursi. Wajahnya murung.

"Aku harap hal ini tidak merusak persahabatan kita yang sudah lama terjalin," sambung Rudi. Haris bangkit dari kursinya lalu berjalan menghampiri Rudi.

"Baiklah jika memang ini sudah keputusan Arman. Aku akan mencoba memberi penjelasan pada Rena, semoga dia bisa mengerti, " Dia menepuk pundak sahabatnya.

Rudi tersenyum lega. "Terima kasih atas pengertianmu. Kalau begitu, aku pamit," Dijabatnya erat tangan Haris. Kemudian dia berjalan keluar ruangan Haris.

Haris Saksena

Lelaki itu menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya. Dia mengusap wajahnya pelan, memandang punggung sahabatnya yang berjalan keluar ruangan. Dihembuskannya napas kasar. Dia tak bisa, lebih tepatnya tak ingin membayangkan reaksi anaknya jika mengetahui bahwa dia tidak jadi menikah dengan Arman. Dia berharap semoga Rena bisa menerimanya.

Tangannya meraih ponsel dari saku celananya. Dicarinya nomor kontak seseorang dan mulai berbicara dengan suara tegas.

"Tolong kamu cari info tentang istrinya Arman Alfadhli Prayoga, "

"Saya butuh infomasinya hari ini, secepatnya!" lanjutnya. Lalu Haris menutup ponselnya dan menaruh kembali di saku celananya.

Apa wanita yang dinikahi Arman lebih baik dari anakku? Aku sangat bahagia dengan perjodohan ini. Lalu sekarang dibatalkan begitu saja? Dia monolog dalam hati.

Satu jam kemudian, ponselnya berbunyi dan sebuah pesan masuk. Wirya, asistennya mengirim artikel tentang seorang Desiner muda sekaligus penulis, Amara Ayu Ardhani. Sesaat Haris tertegun melihat wajah Amara yang terpampang di artikel tersebut. Wajahnya mengingatkannya pada seseorang di masa lalunya.

Anyelir? Dia bertanya pada dirinya sendiri. Ah, mungkin hanya mirip. Dia melanjutkannya dalam hati. Ingatan Haris kembali ke masa lalu. Dia masih mengingat dengan jelas perbuatan bejatnya pada Anyelir. Namun, dia melakukan itu karena sakit hari perempuan itu terus menolaknya. Ketika mengetahui bahwa Anyelir hamil, dia malah memintanya untuk menggugurkan bayi itu, bahkan dia mengancam jika perempuan itu mempertahankan kandungannya, Haris akan membunuh bayi itu jika lahir. 

Sejak itu Anyelir tidak terdengar lagi kabarnya. Hingga Haris menerima kabar tentang kematian Anyelir. Selama ini Haris menganggap bahwa Anyelir takut pada ancamannya dan menggugurkan kandungannya. Saat itu dia lebih fokus untuk mengambil alih perusahaan milik Surya Adiwarman, ayah Anyelir.

Haris menjambak kasar rambutnya. Bagaimana jika Amara adalah anaknya Anyelir? Jika benar, berarti istrinya Arman itu adalah putriku? Ucapnya dalam hati.

Haris segera menelepon Wirya dan meminta asistennya itu untuk segera menemuinya di kantor. Wirya tiba tiga puluh menit kemudian dan langsung menuju ruangan Haris.

"Kamu selidiki latar belakang Amara dan segera laporkan pada saya!" perintah Haris. Wajahnya terlihat menegang.

"Baik Pak, tapi sebaiknya Bapak lihat juga artikel yang baru saja saya kirimkan ke email Bapak, " kata Wirya.

Haris mengerutkan keningnya. "Berita apa lagi?Kau katakan saja sekarang," ujarnya.

Wirya membuka ponselnya lalu menyodorkan pada Haris sebuah berita dari salah satu media online terbesar.

Lokatea, Produk Teh Berkualitas Milik Surya Adiwarman, Pengusaha Yang Telah Lama Menghilang.

Haris tertegun membaca berita tersebut. "Dia kembali, " Gumamnya.

Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka. Di ambang pintu Haris melihat Renatta, putrinya berdiri sambil menangis.

TAKDIR CINTA AMARAWhere stories live. Discover now