29. Kehilangan

828 35 7
                                    

"Pyaaaarrr"

Cangkir yang yang berada di tangan Arman jantuh ke lantai. Dengan gerakan spontan dia berdiri dengan ponsel yang masih menempel di telinganya. Wajahnya terlihat pucat pasi. Nanthan dan Surya yang duduk di hadapannya tak kalah terkejut melihat reaksi Arman.

"Anda baik-baik saja?" tanya Surya dengan raut wajah panik. Sementara Nathan meminta pelayan untuk segera membereskan pecahan cangkir yang berserakan di lantai.

"Istri saya kecelakaan, Pak Surya. Mohon maaf sepertinya meetingnya kita lanjut nanti. Saya harus segera ke rumah sakit, " jawabnya dengan suara bergetar.

Tubuh Surya menegang mendengar jawaban Arman. Amara kecelakaan?Bagaimana bisa? Tanyanya dalam hati.

"Saya temani ke rumah sakit. Sebaiknya pakai mobil saya saja, kondisimu tidak dalam kondisi baik untuk menyetir, " ucapnya spontan. Arman mengangguk menyetujui saran Surya. Kemudian dia menitipkan kunci mobilnya pada Nathan.

Di dalam mobil Surya, Arman melanjutkan menelepon Beni untuk menanyakan kondisi Amara.

"Bagaimana bisa dia tertabrak?" ucapnya. Wajahnya terlihat marah.

"..."

"Sekarang bagaimana kondisinya?" suaranya mulai melemah. Matanya terlihat berkaca-kaca.

" ..."

"Sebentar lagi aku sampai. Tolong pastikan keadaannya dan bayiku baik-baik saja, "

Arman menutup kedua matanya ketika sambungan telepon terputus. Tubuhnya lemas.

"Ya Tuhan, Ara" Lirihnya seraya mengusap wajahnya.

Dia tak tahu dengan perasaannya saat ini. Hanya rasa cemas dan takut terjadi apa-apa dengan istri dan janin yang dikandungnya. Surya melirik pria yang duduk di sampingnya. Sejujurnya dia pun merasakan hal yang sama dengan Arman.

"Wan, kamu bisa lebih cepat? Kita harus segera sampai ke rumah sakit!" perintahnya pada

Wawan, sopirnya. Wawan mengangguk dan segera menambah kecepatan mobilnya.

Ketika mereka sampai di rumah sakit, Amara sudah berada di ruang operasi. Alangkah terkejutnya Surya ketika melihat Fahri, asistennya ada di sana, duduk bersama Beni. Ketika Fahri hendak menghampirinya, Surya segera memberika kode agar asistennya itu jangan dulu mengatakan apa-apa. Arman langsung menghampiri Beni dan Fahri.

Ternyata Fahri adalah saksi mata sekaligus orang yang menolong Amara . Dia juga yang menelepon rumah sakit untuk meminta ambulans. Ketika Arman sedang berbicara dengan Beni, Surya berbisik pada asistennya, " Kita akan berbicara nanti. Sebaiknya sekarang kamu ceritakan semuanya pada Arman, "

Fahri mengangguk lalu menghampiri Armand dan Beni. Sementara Surya duduk termenung di depan ruang operasi menanti kabar.

***

Hampir tiga jam mereka menunggu dengan perasan cemas dan takut. Akhirnya dokter pun keluar ruangan operasi.

"Dok, bagaimana kondisi istri saya?" Arman langsung menghampiri.

"Maaf kondisi istri Anda sekarang dalam keadaan koma dan kemungkinan jika telah sadar dia akan mengalami kebutaan, " jelas dokter itu dengan suara pelan.

"Apa maksudnya, Dok?" tanya Arman nyaris berteriak dan menatap tajam ke arah dokter yang berdiri di hadapannya. Beni memegang tangannya, berusaha menenangkan.

"Kondisi ini disebabkan oleh adanya kerusakan pada mata yang terjadi karena adanya cedera parah akibat benturan yang dialami istri Anda pada saat kecelakaan terjadi. Kita lihat perkembangannya, semoga bukan kebutaan permanen," jelas dokter paruh baya tersebut dengan jelas.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 10, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TAKDIR CINTA AMARAWhere stories live. Discover now