⁰⁸

427 55 8
                                    

" mana wajah songong lu kemarin ? ilang di telen bumi ? "
Suara Farrel seakan menganggu pendengaran Ren yang baru saja akan masuk ke kelasnya, merusak moodnya saja.

" minggir "

" masih bisa juga lu bales gw "

Ren mencoba tak mendengar perkataan Farrel, dia harus menahan emosinya. Melihat Ren hanya mengabaikan nya, Farrel merasa kesal, tapi juga senang karena Ren tampak berbeda dengan beberapa hari lalu, setidaknya dia bisa memojokkan Ren nantinya. Farrel lebih memilih kembali ke ruang kelasnya sembari memainkan ponsel miliknya.

Ren melirik keluar kelas, Rio dikelasnya sudah mulai latihan, wajah serius Rio membuat Ren kembali berfikir, mana mungkin Rio mau melepas sekolahnya karena hal konyol yang terjadi padanya, toh selama mereka bersama Rio tak pernah menjamin pertanggungjawaban nya, pada dasarnya Rio bukan pria biasa, bila dia bosan dia bisa mencari yang lain bukan?

" Ren, lu kenapa ? melamun terus perasaan "
Ren melirik Melvin dan Arkan yang ternyata sudah berada di dekat bangkunya.

" gak apa apa, cuma kepikiran ortu gw "

— Partner —

Waktu istirahat telah tiba, Ren berjalan sedikit menunduk keluar kelas nya, dia merasa takut untuk mengangkat kepala nya dan melihat orang orang, dia merasa terlalu kotor untuk dilihat orang lain. Langkahnya terhenti begitu tubuhnya menabrak tubuh Rio, Rio ternyata berjalan menuju kelasnya, membawa makan siang yang entah sejak kapan Rio bawa. Ren dan Rio hanya saling bertatapan, rasa canggung mulai menyergap diri Ren.

" ayo makan, kamu gak sarapan tadi "
Ren hanya mengangguk membiarkan Rio merangkul nya.

Mereka kembali ke tempat biasa nya, tempat dimana mereka menghabiskan waktu bersama, Ren memperhatikan semua gerak gerik Rio, dia tampak seperti Rio yang biasa, tapi kemarin kenapa Rio sangat berbeda? Ren berusaha tak memikirkan hal itu, dia harus menghilangkan jarak yang dia buat dengan Rio, nyatanya Rio tetap sama seperti yang dia kenal.

" ayo buka mulutnya, aaa "

" astaga, emang aku anak kecil ? "

Meski Ren berkata demikian, dia tetap menerima dan memakan suapan dari Rio, pipi Ren yang sedikit berisi itu membuatnya tampak menggemaskan saat makan, jelas itu membuat Rio gemas dan memainkan pipi Ren. Ren kembali teringat kejadian kemarin, semuanya terasa janggal, tapi dia tak tahu harus mencurigai hal apa, dan akankah kecurigaan nya itu terbukti? Percuma kan kalau ternyata itu hanya di pikiran nya saja.

Rio bersikap seperti biasa, tetap jadi Rio yang selalu memperhatikan Ren, meskipun sibuk karena akan segera ujian akhir tapi Rio selalu meluangkan waktu untuk Ren. Lagi lagi otak Ren dipaksa untuk berfikir, benarkah Rio pria seperti yang dia pikirkan? Kalau Rio seperti itu, mungkin dia tidak akan memperhatikan dan memperlakukan Ren sebaik ini, dia terlalu memikirkan hal buruk tentang Rio.

" Ri, jangan pergi ya "

" ha ? aku selalu disini, kenapa bilang gitu ? "

" gak apa apa.. "

" takut kangen ya ? "

Mendengar kalimat itu Ren langsung memukul bahu Rio, membuat sang empunya tertawa puas sembari meringis kecil. Kalau harus jujur, Ren akui itu memang benar, tapi dia gengsi untuk mengakuinya. Lebih baik dia pendam hal itu sendirian. Rio tertawa sepuasnya, membiarkan Ren menatapnya dengan tatapan kesal. Tanpa mempedulikan tatapan kesal Ren, Rio mengusak rambut Ren perlahan.

" bercanda, iya aku gak akan pergi kemanapun, selalu disini buat kamu "

— Partner —

Lagi lagi Melvin dan Arkan mendapati sahabat mereka —Ren, sedang melamun entah memikirkan apa, yang pasti dia sedari tadi tersenyum seperti sedang memikirkan sesuatu yang indah. Mungkin Ren memikirkan soal Rio, ataupun kenangan indah lainnya. Melvin dan Arkan saling melirik, melakukan telepati dari otak mereka, seakan tengah berkomunikasi meskipun tanpa suara.

Melvin yang tepat berada disamping Ren langsung menepuk bahu sahabat nya itu, mumpung guru mereka sedang sibuk di sisi lain kelas. Sayang mereka lupa kalau Ren terkejut dia akan latah, dan benar saja, baru bahunya ditepuk oleh  Melvin latah Ren langsung keluar membuat pandangan semua murid melirik mereka yang berada di pojok depan kelas. Malu? Jelas, apalagi Ren yang latah tentu saja lebih malu lagi.

Setelah beberapa saat, akhirnya kelas kembali fokus pada guru mereka, membiarkan Arkan, Melvin dan Ren. Ren langsung melirik tajam ke arah sahabatnya, sungguh mengganggu momentnya yang sedang mengingat banyak hal manis yang telah dia lewati bersama Rio. Dasar teman dakjal, tidak bisa sepertinya melihat sahabatnya senang sehari.

" apa sih ajg, ngagetin aja "
Bisik Ren pada Melvin.

" lagian, daritadi lu melamun kenapa sih "

Arkan mengangguk menyetujui kata kata Melvin, bahkan Melvin sang ketua gosip pun tidak tahu sahabat nya ini tengah memikirkan siapa, jika dia berasumsi itu Rio, yang ada dia dipukul Ren nantinya. Ren melirik kedua sahabatnya, mencoba bertanya-tanya kenapa mereka sangat khawatir, padahal Ren baik baik saja, dia hanya sedang memikirkan Rio.

" gak apa apa astaga "

— Partner —

Ren baru saja melihat Rio, benar benar berbeda dengan Rio yang dia lihat tadi siang. Ren terdiam melihat pemandangan di depannya. Rio berjalan santai ke arahnya, iya santai tapi lihatlah di sisi kanan nya, tangan Farrel yang memeluk Rio. Ren hanya diam, membiarkan mereka lewat. Rio tak melirik ke arahnya, jangankan ke arahnya, ke arah lain saja tidak, Rio lebih memilih berjalan dan menatap lurus ke depan.

Ren masih diam di tempatnya, tanpa dia sadari beberapa murid lain sudah pergi dari sekolah, mungkin meninggalkan beberapa murid yang masih ada urusan disana. Ren tak tahu harus apa, hatinya berdenyut nyeri melihat pemandangan tadi, bahkan kakinya seakan melemah saat itu juga membuatnya terjatuh. Ren tak peduli dengan kakinya yang terasa sakit, hati nya jauh lebih sakit.

Rio seakan membawanya terbang tinggi, dan saat dia sudah berada di langit, ketika akan turun Rio sudah pergi meninggalkan nya, membuatnya jatuh sendirian. Ren benci melihat dirinya yang menangisi seseorang seperti ini, tapi dia harus akui melihat semuanya seperti rasa sakit yang teramat baginya. Rio memberi nya harapan, tapi Rio sendiri juga yang menghancurkan harapan nya.

seharusnya gw gak berharap lebih


































TBC

silahkan komentar hujatan nya disini, segini dulu ya

Stay healthy !
See you next part !

- Kenzo

Partner [ END ]Where stories live. Discover now