¹²

421 51 6
                                    

" jujur. "

" gak apa apa kok, cuma berkunjung ke temen ku, sekalian tadi belanja bulanan "

Rio melirik ke arah kedua tangan Ren, memang benar dia membawa banyak barang disana, tapi seorang Rio mana mungkin bisa percaya begitu saja, tentu saja dia punya segudang cara untuk membuat nya mendapatkan jawaban yang bisa membuatnya puas. Ren mencoba setenang mungkin ketika menjawab pertanyaan Rio, dia juga membeli susu hamil disana, dia takut Rio menemukan nya.

" siapa temen kamu itu ? "

" itu dokter Jayden "

" Jayden ? "

Ren menganggukkan kepala nya, semoga saja si dokter bisa di ajak bekerjasama bila suatu ketika dia harus memberikan bukti atau sejenis nya. Rio terdiam sejenak, karena dia merasa asing dengan nama itu, siapakah Jayden? Dia seorang dokter dirumah sakit itu, yang arti nya dia bisa bertanya langsung soal keaslian cerita Ren bukan? Rio menatap sekilas tubuh Ren dari atas ke bawah, akhir akhir ini Ren nampak lebih berisi dari sebelum nya, hanya itu perubahan yang Rio sadari dari Ren.

" ya udah deh, ngomong ngomong kamu tambah berisi, jadi makin gemes, aku ke kamar dulu ya "

Ren terdiam mendengar itu, dengan perlahan dia menyentuh pipi nya, dia tak menyadari perubahan fisiknya itu, dia baru merasakan pipinya bertambah gembul dari sebelumnya. Daripada over thinking memikirkan itu, Ren lebih memilih pergi ke area dapur, menyimpan semua belanjaan nya, menatanya sebaik mungkin sesuai dengan tempatnya. Ren berharap Rio tak menemukan susu hamil nya itu, dia harus menyembunyikan nya, saat ini Ren tak bisa pergi kemana pun, dia tak tahu nantinya harus tinggal dimana.

Tapi Ren bersyukur karena dia punya teman baru, Diana, mungkin dia bisa minta tolong pada teman nya itu, dia tak mau cerita soal ini pada siapapun, terlalu takut mereka semua akan pergi setelah mengetahui nya. Sementara itu Rio kembali menghitung uangnya, dia sedang mengumpulkan banyak uang akhir akhir ini, dia berencana melakukan sesuatu tanpa Ren ketahui, kelulusan nya lusa, dia pasti akan mengajak Ren sebagai teman dansanya. Dia tak nyaman berada disekitar orang orang, kecuali bila ada Ren.

" akkh.. sa-sakit "

Rio yang mendengar suara rintihan itu langsung keluar dari kamarnya dan mendapati pemandangan yang cukup membuatnya ngilu, Ren yang terduduk memeluk perutnya dan terlihat juga ada beberapa barang berjatuhan di dekatnya, mungkin barang barang itu mengenai perut Ren sebelumnya, karena itu membuat Ren terluka. Ren sempat panik saat Rio tiba tiba menggendong nya ke sofa, dia takut sekali.

Tapi dugaan nya salah, nyata nya Rio hanya mengusapi perlahan perut Ren, tak ada memar, syukurnya, karena pada kenyataan nya Ren hanya merasakan kram di perutnya, dan lalu barang dia pegang berjatuhan, tak ada yang mengenai tubuhnya, hanya saja kram nya itu membuat Ren terkejut, rasanya sangat sakit, dia teringat pesan sang dokter, bila dia terlalu stress dia bisa mengalami kontraksi seperti tadi, nah bila sering terjadi di usia kandungan muda itu berbahaya.

" kamu itu, hati hati "

Ren hanya mengangguk, dia tak tahu harus bilang apa, masih merasa sangat terkejut, selain karena rasa sakit dari kontraksi tadi, dia juga terkejut dengan tingkah Rio. Tapi entahlah, Ren merasa nyaman ketika Rio memperhatikan nya seperti ini, dia tak bisa membayangkan Rio dengan sisi jahat nya, tidak mungkin, Rio tidak akan jadi jahat seperti para tokoh drama yang dia tonton, Rio terlalu baik untuk jadi jahat. Sampai Ren teringat lagi kejadian tadi, Rio mana mungkin pria baik baik bila dia selalu jalan dengan orang lain belakangan ini, walaupun Ren bukan siapa siapa Rio, tapi Rio seperti tidak menghargai nya, padahal selama ini Ren tidak pernah pergi berdua dengan orang lain karena Rio mudah cemburu, dan sekarang Rio malah seenaknya, menyebalkan dan itu jelas menyakiti hatinya.

" aku gak apa apa kok.. "

" tetep aja, harus hati hati "

Ren lagi lagi lebih memilih mengangguk kepala nya, dia sebenar nya bosan sedari tadi mereka hanya membahas soal itu. Ketika Ren baru saja akan beranjak dari duduk nya, dia dibuat terkejut untuk ke sekian kali nya, Rio di belakang nya sedang memeluk erat diri nya, bahkan deru nafas beraturan mulai terdengar, yang artinya Rio sudah tidur, Ren memperhatikan wajah Rio, wajah orang yang dia cintai selama ini, wajah orang yang telah mengubah segala tatanan hidup nya, orang yang bisa membuatnya luluh dan merasa sakit hati di satu waktu yang sama, hanya Rio.

gw gak mau kehilangan.. tapi gw harus pilih, gw yang ditinggalin, atau gw yang ninggalin, dan gw gak siap lu pergi, jadi biar gw aja yang pergi

— Partner —

Ren bertanya-tanya pada dirinya, dengan kondisi seperti ini, pekerjaan apa yang akan bisa dia lakukan? Segera, mau tak mau Ren harus pergi dari kehidupan Rio, dan dia berharap dia sanggup melakukan nya, demi dua janin yang dia sedang kandung. Dan mau tak mau dia juga harus menjaga jarak dengan ke dua sahabat nya, dia tak mau mereka jadi tahu dan terpikirkan masalahnya, biar dia saja yang memikirkan nya.

" gimana kabar lu, jalang nya Rio "
Ren mendongkakkan kepala nya, ternyata itu Farrel, sudah bisa dia duga.

" baik aja, kenapa emang ? "

" bisa bisanya lu masih bisa jawab gw, dasar murahan "

Melvin dan Arkan yang berada tak jauh dari sana sebenarnya sudah mendengarkan pembicaraan mereka diam diam, mereka berniat menghampiri dan membalas perkataan Farrel pada Ren, biar bagaimana pun Ren tetap lah sahabat mereka. Ren mencoba acuh dengan perkataan Farrel, dia tak mau ambil pusing soal itu, lagi pula bila dia ingin membantah nya, sama saja dia tidak mengakui kenyataan nya, pada nyata nya Rio memang sering berhubungan sex dengan nya, yang artinya dia juga jalang nya Rio, ya hanya Rio, dia bukan orang yang menjual tubuh nya pada orang orang, hanya Rio yang bisa menyentuh nya.

" bacot murahan, tolong ngaca "

" udah Arkan, gak usah diladenin "

" lagian, dia kalau ngomong suka gak ngaca, eh percuma sih, kacanya aja pecah liat muka dia duluan "
Farrel memang merasa kesal karena hinaan mereka, tapi dia jelas memilih diam dan pergi meninggalkan mereka bertiga.

" lu gak apa apa Ren ? "

Ren yang di tanya oleh dua orang sahabat nya itu hanya mengangguk, lantas segera menunduk karena merasa bersalah pada dua sahabat nya itu, baik Arkan maupun Melvin hanya saling bertatapan bertanya-tanya dalam hati mereka, apa yang terjadi dan apa yang telah membuat Ren jadi pendiam seperti ini? Padahal ujian mereka sudah selesai, tinggal menunggu kapan mereka akan segera menjadi senior. Keheningan tercipta di antara mereka bertiga, tidak ada yang mau memulai percakapan lagi sejak kalimat terakhir dari Arkan tadi.

" Ren, lu dipanggil ke kantor kepala sekolah tuh ! "
Ren langsung mendongkakkan kepalanya dan mengangguk, walau dia merasa takut, tapi dia menuruti saja apa yang terjadi.



























TBC

sekian terima gaji buta dipotong pajak, segini dulu ya

Stay healthy !
See you next part !

- Kenzo

Partner [ END ]Where stories live. Discover now