³⁰

478 36 0
                                    

⚠️WARNING❗
ada adegan normal birth scene disini, jika kalian merasa jijik atau kurang suka, silahkan di skip ! terimakasih sebelumnya, enjoy !
























Ren tak tenang, serius. Sejak Rio meninggalkannya seorang diri di apartemen, segala pikiran buruk soal rencana Rio yang mungkin saja tidak benar itu membuatnya merasa tidak tenang. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Bahkan keinginan untuk menelepon Jace pun Ren tidak berani, dia takut apa yang dia pikirkan ternyata memang benar kenyataannya. Ren melirik perut buncitnya, memang sih sedari tadi kontraksinya sudah semakin mendekat, tapi dia lebih memilih diam, banyak ketakutan yang menghampirinya, tapi bukankah lebih baik jika dia istirahat saja? Maka dari itu Ren memilih merebahkan tubuhnya dan pergi tidur, setidaknya dia tidak akan kehabisan tenaga jika ia hanya tidur. Lagipula Rio juga akan pulang, jika ia peduli.

— Partner —

Ren berjalan tertatih sembari memegangi perut besarnya, sudah kontraksi ke sekian kali, tapi dia tak mau menelepon Rio, egois nya menjadi-jadi setelah tahu rencana Rio untuk membawa anak anak nya pergi darinya, walaupun itu belum tentu benar. Ren terbangun karena jarak kontraksinya sudah semakin mendekat, membuatnya tidak bisa tidur, tapi daripada dia tidur terus lebih baik melakukan aktivitas atau suatu hal yang dapat mempercepat pembukaannya.

" gak akan ada yang bawa kalian pergi dari mama, meskipun itu papa kalian sendiri "

Perutnya sudah terasa sangat sakit, tapi lagi lagi perasaan egois itu membuat Ren engan menelepon Rio, walau hanya sekedar untuk meminta bantuan. Ren melirik ke arah jam, sebentar lagi seharusnya Rio pulang ke apartemen, semoga saja apa yang dia pikirkan sedari tadi itu tidak benar. Sungguh menyebalkan, karena over thinkingnya Ren jadi harus menahan rasa sakitnya sendiri, pikiran buruknya mengacaukan banyak hal.

" gak nyaman banget.. tapi kalau tiduran lebih gak nyaman "
Perlahan Ren kembali bangkit dari duduknya, bergerak memutarkan pinggang nya, guna menghilangkan rasa sesak dari perut besar itu.

Sesekali kontraksi itu terasa memaksa Ren untuk mengejan, tapi tidak, dia tak boleh melakukan nya, dia belum sampai dibukaan yang lengkap, lagipula ketuban nya saja belum pecah. Ren terus melakukan gerakan tersebut hingga tanpa sadar sebenarnya Rio sudah di apartemen dan melihatnya. Rio heran dengan apa yang Ren lakukan, mungkin kah dia sedang yoga? Ketika Rio akan mendekat, tubuh Ren ambruk begitu saja, untungnya Rio cepat menangkap tubuhnya, jika tidak maka perut Ren akan berbenturan dengan lantai.

" kamu kenapa ? kontraksi lagi ? "
Ren menggelengkan kepalanya, tak mau menjawab pertanyaan yang Rio layangkan padanya.

Rio membantu Ren untuk mendudukkan dirinya di sofa, setelah memastikan Ren duduk dengan nyaman dan barang barang yang Rio bawa tadi tersimpan dengan baik dan benar, Rio segara ke dapur, dia akan membuatkan teh untuk Ren. Ren memperhatikan Rio, memperhatikan itu membuatnya jadi berfikir ulang soal pemikirannya tadi, apa benar Rio akan mengambil bayi bayi nya, atau itu hanya pikiran buruk yang Ren pikirkan sekilas.

" akkh.. Rio !! "
Rio berlari sekencang nya saat mendengar suara rintihan kesakitan dari Ren, Ren memeluk perutnya dengan tangan satunya, dan tangan satunya bertumpu meremas sofa dengan sangat kuat, siapa yang tidak panik jika berada diposisi itu?

" ke kamar ya, kamu istirahat dulu disana "

" ga-gak mau.. takut "

Tangan Ren langsung menggenggam dengan erat tangan Rio yang terulur ke arahnya. Dari situ Rio sudah bisa merasakan Ren sudah sangat kesakitan, mungkin saja jarak kontraksi Ren sudah semakin dekat. Tapi Ren terus saja menolak saat Rio menawarkan bantuan, padahal keadaannya sudah seperti ini, mungkin saja bayi mereka akan segera lahir bukan? Kini Rio harus apa? Dia jadi bingung sekarang. Rio tak mau melihat Ren kesakitan seperti saat ini.

Partner [ END ]Where stories live. Discover now