¹⁴

439 50 12
                                    

Rio terbangun dan melihat dirinya sedang berada di suatu taman, tunggu apa ini? Kenapa ada Ren juga disana? Padahal dia ingat dengan jelas semalam dia dan Ren ada di kamarnya, berduaan dan tertidur dengan lelap. Rio berusaha untuk bergerak, namun percuma, badan nya tak bergerak sesuai yang dia inginkan.

" lu gak salah, gw harusnya nolak dan pergi, bukannya tenggelam dalam perasaan gw sendiri "
Rio terdiam mendengar kata kata Ren, seperti tamparan baginya, kenapa, kenapa harus kata kata mengerikan itu?

" kita bisa bicarain ini "

" nanti, kalau gw rasa udah saatnya "

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Ren segera pergi meninggalkan Rio sendirian disana. Rio berusaha bergerak, namun nihil tak bisa, dia panik bukan main, Ren semakin jauh dan jauh, dia sangat takut Ren meninggalkan nya saat itu juga. Dia tak bisa melihat apakah Ren sedang menangisinya atau tidak, tapi disana Rio menangisi kepergian Ren yang entah kemana, dia takut Ren akan pergi seperti ini.

Tak bisa Ren bohongi, mengatakan semua itu adalah sebuah rasa sakit dan juga tamparan untuk dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia hidup tanpa seorang Rio dalam hidupnya? Ia tak bisa, tapi dia harus melakukan nya, walaupun itu adalah hal yang berat untuk dia lakukan. Kali ini Rio bukan hanya mencoba bergerak, dia berusaha berlari mengejar Ren walau pun tak bisa.

" maaf Rio.. aku cuma gak siap kehilangan kamu lebih dari saat ini "

Pemandangan terakhir yang Rio lihat adalah lambaian tangan Ren yang wajahnya menunjukkan bahwa dia sangat sedih disana, Rio benar benar panik.

" Ren jangan pergi ! "

Rio terbangun dari mimpi buruknya, tangan nya menyentuh kepalanya yang terasa sangat pening. Rio melirik ke samping nya, dia sangat ingat semalam baru saja menyentuh Ren untuk ke sekian kalinya, dan benar saja Ren masih disana, tertidur dengan nyenyak nya, seakan tidak ada yang akan terjadi, melihat wajah tenang Ren membuat Rio lega dan memutuskan menidurkan tubuhnya lagi.

" bikin panik aja.. "
Rio mengusapi perlahan rambut Ren, tak ia duga perlahan tubuh Ren memeluk Rio, membuat Rio tersenyum kecil disana.

" jangan pergi ya Ren "

— Partner —

Rio memperhatikan Ren, dia sudah tahu kalau hari ini Ren akan pergi, dia akan kembali ke rumah orang tuanya dan melanjutkan sekolahnya disana. Rio tak bisa melakukan apapun selain menerima keputusan Ren, Ren menunjukkan raut wajah sedih nya, orang tua Rio juga ada disana, mereka langsung mengebut begitu dengar anak emas mereka akan pulang, seharusnya kakak Rio disana, tapi dia tak datang.

" Ren gak mau disini aja sama kita ? mama udah sayang banget lho sama kamu "

Ren berbalik dan melihat ibu dari orang yang dia cintai, ia akui dia juga menyayangi dia bagaikan ibu kandung nya sendiri, tapi dia tak mau membuat mereka sekeluarga malu karena tahu dirinya sedang hamil dari anak mereka yang sangat diharapkan jadi penerus keluarga. Sebenarnya tanpa Rio tahu, Rio adalah harapan besar di keluarga nya, bahkan ibu nya sangat suka membanggakan Rio di depan Ren bila mereka berkunjung ke rumah orang tua Rio.

" hehe, Ren kangen sama papa dan mama Ren, mungkin kalau disana Ren bisa lebih sering ke makam mereka "

" kamu jangan lupa ngabarin kita ya kalau udah nyampe Ren "

Ren menganggukkan kepalanya sembari terkekeh kecil mendengar betapa bawel nya papa Rio, dia sudah biasa mendengar itu. Tidak Rio tidak papa nya, mereka sangat bawel dan juga posesif, jadi sudah biasa bagi Ren melihat pemandangan seperti itu. Rio yang berada di samping Ren menatap kesal pada orang tuanya, dia iri sekaligus kesal karena orang tuanya lebih memperhatikan Ren ketimbang dirinya, dia juga kesal karena mereka terlalu fokus pada Ren, padahal dia kan mau berdua-duaan dengan Ren.

Partner [ END ]Where stories live. Discover now