¹⁷

439 52 20
                                    

" apa kabar lu sama Ren ? "

Rio melirik sahabat nya itu, tak ada minat darinya sendiri untuk membalas pertanyaan nya. Sudah beberapa minggu sejak Ren pergi, Rio kembali ke aktivitas nya yang sebelumnya, bukan sebagai pemasok video dewasa tentunya, melainkan dia sibuk dengan pekerjaan barunya, selagi menunggu kapan ia akan kembali bersekolah, tepatnya dia akan segera masuk ke dunia perkuliahan.  Sesekali Ren menghubungi nya, tapi selalu engan untuk di ajak melakukan video call, padahal Rio sangat merindukan sosok Ren.

Hubungan nya dan Ren memang tak ada yang spesial, tapi bagi Rio, itu semua tidak penting, yang terpenting adalah posisi Ren dalam hidupnya. Perlu Rio akui, dia sebenarnya menyukai Ren, dengan segala tingkah dan sikapnya, tapi dia selalu takut untuk mengakuinya. Dia takut perasaan nya hanya mengganggu kehidupan Ren. Ren saja sudah mulai menjauh darinya, seharusnya Rio sadar bahwa dia tak lagi bisa mengejar sosok Ren dalam hidupnya.

" gak ada yang berubah, masih sama aja "

" gak ada niatan nyusulin dia ? "

Rio termenung, ada benarnya juga perkataan sahabat nya itu. Lagi pula dia belum liburan kan? Tanpa ba bi bu, setelah membayar apa yang dia pesan tadi, Rio langsung pergi meninggalkan sahabatnya yang terdiam memperhatikan Rio yang pergi meninggalkan nya sendirian. Dasar lelaki jahanam, untung saja sahabatnya ini sangat memaklumi kebucinan nya, atau tepatnya ketololan nya.

" dasar.. bochen "

— Partner —

" k-kok lu bisa ke sini ? "
Daniel mengangkat bahunya, tidak peduli dengan keterkejutan yang Ren tunjukkan padanya.

Saat ini Ren bertemu Daniel kembali, setelah sekian lama mereka tidak bertemu, bahkan kalau Ren ingat, dia tidak pernah memberi kabar pada Daniel sama sekali soal tempat tinggal nya saat ini. Untung dan bersyukur nya Ren, mereka bertemu di minimarket tempatnya bekerja sampingan, bukan tempat dimana dia tinggal saat ini.

" gak apa apa sih, cuma udah lama aja gak ketemu sama lu "
Ren mencoba tenang menghadapi Daniel, biar bagaimanapun dia harus berjaga-jaga dengan pria itu.

" lu bukan siapa siapa yang harus gw kabarin kalau ada apa apa "

— Partner —

Rio baru saja pulang, hendak mengambil beberapa pakaian nya, dia berencana berlibur ke tempat Ren tinggal. Ya, dia terlalu merindukan Ren. Namun belum juga dia sampai kamarnya, kedua orang tuanya menatapnya dengan tatapan tajam, membuat Rio menatap heran pada mereka. Memang apa yang terjadi?

" bangsat ! "

Rio terkejut saat tiba tiba mama nya mengumpat sembari menamparnya, hampir saja Rio terjatuh dari tangga besar nan tinggi dirumah orang tuanya itu. Seakan-akan menjawab pertanyaan yang ada di benak anaknya, papa Rio langsung melempar sebuah kotak, dan bisa Rio lihat dengan jelas, itu kotak yang akan dia buka beberapa waktu lalu.

Rio mengambilnya dan memastikan kembali kotak itu memang kotak yang sama dengan yang akan dia lihat tempo hari. Rio melirik sekilas ke arah orang tuanya yang berjalan melewatinya begitu saja, mama nya masih menangisi sesuatu yang belum Rio ketahui. Rio memilih beranjak pergi menuju kamarnya untuk mendapatkan jawaban.

Ditutup nya pintu kamar besar itu, menyisakan Rio seorang diri di kamar dengan kotak bersampul fotonya dan Ren tempo hari. Rio membuka perlahan-lahan kotak itu, berhati-hati dan berjaga-jaga, takut ada sesuatu yang menyakiti dirinya, dia kan mudah terkejut serta latah dengan bahasa yang tidak bisa di filter.

Nyatanya isinya kosong, tidak ada apapun di dalamnya. Iya memang tidak ada, hingga Rio melihat ke sisi kanan kotak itu, sesuatu terselip disana. Rio mengambil barang tersebut, beda tipis nan pipih itu.. dia kenal benda itu. Sebuah testpack, hasilnya.. positif? Rio dengan tergesa-gesa membongkar isi kotak itu. Dan dia menemukan lagi sesuatu yang seakan memaksanya untuk mati saat itu juga, sebuah foto usg dengan tanggal-bulan-tahun kapan dilakukan nya usg tersebut.

" Ren.. kenapa kamu gak bilang apa apa sama aku "

Dunia Rio seakan ambruk saat itu juga, dia yakin kalau semua itu nyata, Ren hamil, dan dia yakin itu pasti anaknya, mana mungkin Ren hamil anak orang lain bila selama ini dia selalu bersama dengan Rio. Tapi sejenak, pikiran nya memberikan asumsi lain, bahwasanya bisa saja itu tidak benar. Bisa saja Ren hamil anak orang lain, dan dia sengaja membuatnya seakan itu kesalahan Rio, hingga bisa membuatnya mendapatkan semua yang Rio punya dari orang tuanya.

Tapi lagi dan lagi otaknya dipaksa berfikir, mana mungkin Ren melakukan hal sejahat itu, Ren mungkin hanya orang asing di kehidupan nya, sebelumnya. Kini bukan lagi, dia sudah seperti bagian penting dari keluarga nya. Mana mungkin Ren tega melakukan itu semua demi harta semata. Rio yang hendak pergi mencari Ren mengehentikan langkah nya kala sebuah kertas jatuh bersamaan dengan kotak tadi, sebuah surat. Surat itu yang kini membuat seorang Rio memilih untuk duduk dan membaca isinya.

Hai Rio, kalau kamu baca surat ini artinya kamu udah tau rahasia ku kan? maaf gak bisa bilang langsung, aku gak mau kamu terbebani, aku mau kamu bahagia sama apa yang bisa buat kamu bahagia, karena aku sadar aku bukan yang kamu mau. Soal mereka, don't worry, i will be alright Ri, ok? semoga kamu selalu bahagia, jangan pikirin keadaan kita, kita baik baik aja kok. Suatu saat, aku bakal cerita ke mereka, betapa hebatnya kamu, dan betapa bersyukurnya aku bertemunya kamu. Aku senang bisa jadi Partner kamu dalam segala hal, meskipun itu sekarang jadi bencana yang gak bisa ku hindari, tapi aku bahagia mereka hadir Ri, tolong jangan ambil mereka dari aku, setidaknya kalau aku kehilangan kamu, aku tetep bisa sama mereka. Aku bertahan selama ini karena aku sayang kamu, kalau kamu punya orang lain dan itu bukan aku, i am just your partner kalo gitu, aku gak bisa berharap lebih lagi Ri, aku gak mau kamu kepikiran itu semua. Makasih untuk semuanya, maaf buat kamu khawatir, dan setelah baca surat ini, aku gak bakal hubungi kamu lagi. good bye my lover, Arion Nanda Aditama.

tertanda, Varendra Keyvano Abimanyu

Rio dengan cepat membuka ponselnya, dan entah sejak kapan nomor Ren jadi benar benar tak bisa di hubungi. Dia baru menyadari nya, saking sibuknya dia disini, dan sekarang dia kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Apa yang bisa Rio lakukan? Dia hanya bisa menangisi kebodohan nya kenapa dia baru menyadari sesuatu yang paling penting dalam hidupnya. Papa Rio hanya memperhatikan anaknya dari luar kamarnya, dia membiarkan anaknya menangisi semua sampai bisa merasa lebih tenang. Tapi berbeda dengan mama nya, jelas dia langsung masuk ke kamar anaknya, menampar Rio walaupun tindakan itu tak membuat Rio menghentikan tangisnya.

" mama gak pernah ngajarin kamu jadi laki-laki brengsek Rio, meskipun itu sama laki-laki lagi, cari Ren, bawa dia pulang ke keluarga kita "

Rio yang mendengar itu dengan refleks memeluk mamanya, tentu saja langsung dibalas mama nya. Mereka sama sama menangis disana, tak mau ketinggalan moment juga, papa Rio menghampiri mereka dan kini mereka berpelukan layaknya Teletubbies. Biar bagaimanapun, Papa Rio tak bisa memarahi Rio, semua sudah terlanjur terjadi. Yang mereka bisa lakukan hanya memperbaiki yang sudah mereka perbuat sebelum semakin terlambat.



























TBC

ada yang kangen? peace, pendek dulu, segini dulu ya

Stay healthy !
See you next part !

- Kenzo

Partner [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang