²³

384 39 8
                                    

Ren dan Elya sesekali tertawa kecil karena candaan yang dilontarkan Elya. Hari minggu memang menyenangkan bila dilalui seperti ini. Ren dan Elya sebenarnya baru pulang dari supermarket terdekat, membeli beberapa keperluan mereka masing-masing. Jalan kaki adalah salah satu yang mau tak mau Ren lakukan, lagipula katanya banyak berjalan bisa mempermudah proses persalinan, Ren ingin melahirkan normal tentunya karena itu dia melakukan nya.

Tawa mereka terhenti saat mata mereka tak sengaja melihat seonggok manusia sedang duduk menunduk di depan rumah Elya, tangan Ren bahkan sedikit bergetar, dia takut. Elya jelas paham kenapa Ren seperti itu, tanpa menghiraukan orang di depan rumah nya, Elya membawa Ren masuk ke rumah nya dengan kecepatan kilat, setelah menyimpan barang barang nya di dalam bersama Ren, Elya berakting sembari mendekati orang yang terduduk di depan rumahnya.

" lho.. Rio ? ngapain disini ? "

" nenek ? ya ampun, Rio nungguin dari tadi lho, nenek kemana dulu ? "

" habis dari supermarket kayak biasa, ngomong ngomong.. kamu ke sini pake apa ? "

" jalan kaki "

Ren dan Elya yang mendengar itu jelas spontan terkejut, apalagi Ren, walaupun dia berada di dalam rumah tepat nya bersembunyi di tempat dimana dia masih bisa melihat Rio walaupun Rio tidak bisa melihatnya, perut Ren ditendangi kecil oleh bayi bayinya, sepertinya mereka protes karena Ren lebih memilih menghindari papa mereka, tapi Ren bisa apa? Dia tak mau bertemu Rio dulu untuk saat ini, walaupun sebenarnya jujur harus dia akui, dia memang merindukan sosok Rio, dan rindu itu selalu semakin besar setiap detiknya.

" Rio, kamu pucet banget.. "

" hehe iya Nek, Rio bergadang terus belakangan ini, makan juga kalau perut udah demo, itupun sedikit.. Rio kepikiran Ren terus soalnya "

Rio menghentikan arah pembicaraan mereka, apa kalimatnya terlalu ambigu, atau mungkin pertanyaan nya terlalu mencolok, astaga dia lupa, kalau dia belum menceritakan semuanya pada Neneknya itu, mungkin Neneknya akan pingsan jika tahu kalau Rio sebenarnya telah menghamili teman dekatnya itu, yang artinya dia telah melakukan hubungan seks tapi dengan seseorang yang segender dengan nya, dan parahnya malah membuat temannya hamil seperti ini.

" eh gak jadi nek.. "

" nenek udah tau kok, gak apa apa, terus kenapa kamu ke sini ? "

Rio langsung mendongkakkan kepalanya saat mendengar penuturan nenek nya, siapa yang memberitahu neneknya, eh tunggu, kalau neneknya tahu, artinya memang benar kan Ren ada dirumah nya? Tidak salah lagi! Tidak sia sia Rio berjalan kaki selama beberapa jam demi bisa ke rumah nenek nya ini, mungkin akhirnya dia bisa berhasil menemukan Ren, semoga saja. Tentu hal ini membuat Ren sedikit khawatir, bagaimana jika Elya keceplosan dan mengatakan kalau Ren memang disini?

" mau cari Ren lah, mau ngapain lagi.. ada orang yang bantuin aku, dia ngasih alamat nenek, makaknya Rio langsung ke sini "

siapa yang ngasih tau Rio ? oh, pasti papa.. kenapa di kasih sih, Ren rasanya mau mengumpat jika memang benar papanya yang memberitahukan alamat terbarunya saat ini, lihat saja nanti, dia akan mengamuk.g

" tapi Ren gak disini Rio.. "

" Ren kemana nek ? "

Elya berhenti memandang wajah cucunya, tatapannya melirik ke sekeliling seakan mengalihkan perhatian Rio, gelengan kepala Elya membuat Rio terdiam. Sakit, gambaran yang bisa memberitahu keadaan Rio saat ini, jadi.. usahanya berjalan kemari berjam-jam itu hanya kesia-siaan? Bahkan dia menolak pertolongan Jace karena ingin pergi sendiri, dan kini dia dibuat patah hati dengan kenyataan yang ada, Ren tak disini.

Tak mau berlama-lama lagi disana, Rio lantas bangkit dari duduknya dan pergi menjauh, hendak kembali ke tempatnya semula, Elya sebenarnya tak tega membohongi cucunya, tapi apa daya, dia juga sudah janji pada Ren untuk tidak memberitahukan keberadaan Ren. Sayang, belum lama Rio berjalan, tubuhnya ambruk membuat Elya bahkan Ren yang di dalam rumah pun terkejut bukan main. Elya segera menghampiri Rio yang terkapar disana, sepertinya dia pingsan.

" Rio bangun nak ! "

Ren ingin rasanya keluar rumah, memeluk Rio, mengatakan rindunya yang selama ini dia tahan, tapi tidak, dia harus bertahan dengan pendirian nya. Tapi, akh dia bingung harus apa sekarang. Elya patut bersyukur karena Javien datang tepat pada waktunya, melihat Elya yang terduduk dengan seseorang yang Javien kenal —lagi pula Rio kan adiknya, masa Javien tidak mengenali adiknya sendiri walaupun sudah bertahun-tahun tak bertemu.

" kenapa bisa gini nek ? "

" gak tau Vi.. kita bawa ke klinik terdekat dulu, nenek panggil Ren dulu di dalem "

Javien mengangguk mengerti lantas membiarkan Neneknya masuk ke rumah sedangkan dia membopong adiknya ke dalam mobil yang kebetulan dia pakai untuk mengunjungi Neneknya itu. Ren menatap Rio dari dalam dengan khawatir, dia sangat takut terjadi hal buruk padanya, tak ingin hanya khawatir, Ren lantas segera keluar rumah untuk menghampiri Rio, dia tak mau diam dengan rasa khawatirnya. Elya bersyukur karena saat dia akan menyusul Ren, Ren sudah lebih dulu menghampirinya.

" ayo ikut Ren, Rio butuh kamu "

— Partner —

Sepanjang perjalanan menuju klinik yang Elya maksud mata Ren terus mengeluarkan cairan beningnya, dia tak menyangka kalau Rio bisa jatuh sakit seperti ini karena mencarinya kemana-mana, bahkan Rio juga mengigau, terus memanggil namanya, suhu tubuh Rio bahkan bisa membuat tangan orang yang menyentuhnya dengan refleks segera menjauhkan diri.

Setelah sampai diparkiran klinik tersebut Javien langsung membawa adiknya ke ruangan sang dokter sesuai arahan perawat yang melihatnya lewat. Ren dan Elya mencoba menyusul Javien dengan langkah secepat yang mereka bisa. Ren menunggu diluar saat dokter mengurusi Rio, sedangkan Javien dan Elya membiarkan mereka untuk berdua dulu, pastinya Rio membutuhkan Ren, dan Ren juga sedang tak ingin jauh dari Rio.

Akhirnya dokter keluar dari ruangan Rio, yang membuat Ren langsung melirik sang dokter, hendak bertanya soal kondisi Rio. Seakan paham dengan raut wajah Ren, dokter langsung menjelaskan kondisi Rio.

" pasien mengalami stress berlebih, dan ya kelelahan juga, setelah bed rest beberapa hari, dia pasti bisa segera pulang ke rumah, pastikan dia tidak bertambah stress, itu saja, sekarang pasien sudah bisa dijenguk "

Tentu tanpa berlama-lama lagi Ren langsung menghampiri Rio di dalam sana, tangannya perlahan terulur menggenggam tangan Rio yang terasa lebih hangat dari biasanya. Ren jadi merasa bersalah, karena Rio jadi seperti ini juga karena nya, tapi menyesali nya pun percuma, itu sudah terjadi, Rio sudah mengalaminya juga, yang bisa Ren lakukan sekarang hanya memperbaiki yang dia bisa.

" gimana kondisi nya ? "
Suara Javien sukses membuat Ren berbalik ke arahnya, gelengan kepala dia berikan sebagai jawaban, Ren juga tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Javien, dibilang baik baik saja, tapi kan kenyataan nya tidak.

" eungh.. Ren.. "
Tak ada jawaban dari siapapun, Rio mencoba membuka matanya lebih lebar, dia berada di ruangan itu sendirian, dimana Ren? Bukankah tadi dia mendengar suaranya?

" udah bangun Kak ? "
Suara itu, itu Farrel.

Harapan Rio kembali pupus, orang yang dia cari tak ada, dia malah terjebak disini dengan Farrel yang entah bagaimana caranya bisa sampai disini, padahal dia ingat tadi dia berada dirumah Neneknya. Rio lebih memilih untuk kembali menidurkan tubuhnya, tak mau berurusan lebih lama dengan Farrel. Lalu, kemanakah perginya Ren? Dan bagaimana Farrel bisa ada disana? Semua membuat pikiran Rio berdenyut nyeri, padahal dia yakin tadi Ren ada disekitarnya, walaupun saat dia bangun, yang dia lihat hanyalah Farrel yang memasuki ruangannya, tanpa orang lain tentunya. Kenapa menemukan Ren kembali itu sangat rumit? Rio rasanya tak sanggup lagi jika harus memaksakan dirinya untuk mencari Ren lagi, mungkin inilah saatnya, saatnya Rio menerima kenyataan, bahwa,

Ren gak butuh lu lagi Rio, saatnya lepasin dia dari pikiran lu dan hati lu, dia mungkin udah hidup lebih baik sama orang lain.



























TBC

hayo lho, Ren kemana coba, kenapa tiba tiba ada Farrel? apakah ini teori atau bansos? haha, idk, segini dulu ya

Stay healthy !
See you next part !

- Kenzo

Partner [ END ]Where stories live. Discover now