4. A Different Story for Tonight

7.4K 564 7
                                    

"No matter how hard I try to think about something else, my thoughts always go back to you." - Unknown

Mobil yang aku tumpangi berhenti dengan mulus di depan rumahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil yang aku tumpangi berhenti dengan mulus di depan rumahku. Pak Dedi membunyikan klakson sekali agar satpam rumahku segera membuka pintu gerbang.

"Biar saya aja yang bukain gerbangnya, Pak," ujarku yang malas menunggu Pak Harjo yang belum juga muncul.

"Jangan, Non. Non tunggu bentar, saya yang bukain."

"Gak usah, Pak. Nanti malah belibet." Setelah aku turun, aku melangkah ke arah pintu gerbang dan membukanya.

"Pak saya masuk duluan ya. Itu gerbangnya tolong ditutup lagi."

"Siap, Non."

Aku melihat Mama sedang duduk membaca majalah di teras rumah. Mamah tersenyum ketika melihatku datang. "Loh sayang kamu kenapa kok cemberut? Sini duduk disamping Mamah."

"I'm just having a bad day." Aku terdiam sebentar. "Emm I mean this is a deeply embarrassing moment for me."

"What happens dear?"

Aku kemudian menceritakan kejadian saat olahraga di sekolah tadi. Mama ku seketika berdiri mendekat ke arahku dan menatap aku dari atas ke bawah.

"Kamu ada yang luka nggak? Perlu Mama telepon Papa atau nggak kita langsung ke rumah sakit aja gimana?" panik Mama yang membuatku menghela napas pelan.

"Ma-"

"Aduh lagian kamu kok bisa nabrak orang sih sayang? Itu juga orang nggak tau apa kalau kamu mau lari."

"Mah, aku nggak papa. Ini tadi cuma lecet-lecet kecil aja, udah diobatin juga."

"Aduh mana sini Mamah liat dulu," ucapnya kini lebih tenang sambil menarik kedua tanganku pelan. Dia melihat luka di siku dan lutut kananku yang tertutupi kapas.

Mama tersenyum lembut, menatapku dengan pandangan sayangnya. "Lain kali kamu hati-hati ya, Sayang. Jangan bikin Mamah khawatir. Oke?" Mama mengusap-usap rambutku pelan.

"Iya Mah," jawabku sambil tersenyum lebar.

"Nah gitu dong, senyum jangan cemberut nanti cantiknya luntur."

"Ih! Mamah jangan gitu dong, aku malu nanti jadinya." Mamah tertawa kecil melihat tingkah manjaku.

"Em, Mah kok tadi Pak Harjo nggak ada sih?" tanyaku karena setelah aku masuk tadi pun aku tidak melihatnya di pos samping pintu gerbang.

"Oh, Pak Harjo tadi ijin pulang duluan, katanya anaknya ada yang mau lamaran."

"Ooo, yaudah mah aku mau masuk ke dalam dulu deh."

"Pantesan daritadi Mamah cium bau asem-asem gitu ternyata dari kamu."

"Mamah, aku nggak bau asem ya." Aku menghentak-hentakkan kaki dengan kesal.

CHOOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang