Layaknya sebuah peran figuran yang hanya memiliki dua pilihan, mengganggu atau mengamati dalam diam. Aku pikir tidaklah buruk menjadi seorang pengamat.
Namun, tak disangka semua berubah berantakan. Pernah mendengar 'curiosity killed the cat'. Beraw...
"No matter how hard I try to think about something else, my thoughts always go back to you." - Unknown
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mobil yang aku tumpangi berhenti dengan mulus di depan rumahku. Pak Dedi membunyikan klakson sekali agar satpam rumahku segera membuka pintu gerbang.
"Biar saya aja yang bukain gerbangnya, Pak," ujarku yang malas menunggu Pak Harjo yang belum juga muncul.
"Jangan, Non. Non tunggu bentar, saya yang bukain."
"Gak usah, Pak. Nanti malah belibet." Setelah aku turun, aku melangkah ke arah pintu gerbang dan membukanya.
"Pak saya masuk duluan ya. Itu gerbangnya tolong ditutup lagi."
"Siap, Non."
Aku melihat Mama sedang duduk membaca majalah di teras rumah. Mamah tersenyum ketika melihatku datang. "Loh sayang kamu kenapa kok cemberut? Sini duduk disamping Mamah."
"I'm just having a bad day." Aku terdiam sebentar. "Emm I mean this is a deeply embarrassing moment for me."
"What happens dear?"
Aku kemudian menceritakan kejadian saat olahraga di sekolah tadi. Mama ku seketika berdiri mendekat ke arahku dan menatap aku dari atas ke bawah.
"Kamu ada yang luka nggak? Perlu Mama telepon Papa atau nggak kita langsung ke rumah sakit aja gimana?" panik Mama yang membuatku menghela napas pelan.
"Ma-"
"Aduh lagian kamu kok bisa nabrak orang sih sayang? Itu juga orang nggak tau apa kalau kamu mau lari."
"Mah, aku nggak papa. Ini tadi cuma lecet-lecet kecil aja, udah diobatin juga."
"Aduh mana sini Mamah liat dulu," ucapnya kini lebih tenang sambil menarik kedua tanganku pelan. Dia melihat luka di siku dan lutut kananku yang tertutupi kapas.
Mama tersenyum lembut, menatapku dengan pandangan sayangnya. "Lain kali kamu hati-hati ya, Sayang. Jangan bikin Mamah khawatir. Oke?" Mama mengusap-usap rambutku pelan.