26. The Past is Past

3.9K 379 13
                                    

Yang udah follow instagram aku pasti udah nggak asing lagi sama judulnya. Kasih tau judul aja juga termasuk spoiler kan? Ehehe
👻👻

Happy Reading All!
Jangan lupa VOTE DAN KOMEN

"When life gives you lemons, squirt someone in the eye."
―Cathy Guisewite

"―Cathy Guisewite

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ugh, girl. Seriously, what happens to you?!"

Aku bahkan masih belum sampai di depan pintu kelas. Sesil sudah memulai berkomentar mengenai penampilanku. Dia berlari menghampiriku, menyeret tubuhku untuk segera duduk di bangku samping tempat duduknya. Sesil melipat kedua tangannya di depan dadanya, memperhatikan setiap celah yang ada di wajahku. Kepalanya menggeleng prihatin dengan keadaan wajahku.

"Sha, lo mau cosplay jadi panda apa gimana? Look, you have got bags under your eyes," ejeknya padaku.

"Ya ya ya," sahutku sekenanya.

Aku merasakan suatu kejanggalan, pandanganku menyapu seisi ruang kelas. Hampir tidak ada tanda kehadiran makhluk hidup di kelasku. "Sil, kelas kok nggak ada orang? Ini bukan hari libur kan?"

"Wait, you really didn't know? Hari ini sekolah kita ada jadwal sparing futsal sama sekolah sebelah."

"Good then, aku punya waktu buat tidur," gumamku pelan. Aku benar-benar butuh menginstirahatkan kepalaku. Wish that also happens in my mind.

Sesil menahan kepalaku yang akan menyentuh meja. "Mau ngapain lo?"

"Tidur?"

"Enak aja. Gue juga mau nonton futsal!"

Aku mengacak rambutku asal. Tidak bisakah dia membiarkan aku untuk istirahat sebentar? Aku jelas tau kalimat terselubungnya yang memintaku untuk menemaninya menonton sekelompok orang memperebutkan bola. Oh God, saat ini yang sangat aku inginkan hanyalah tidur.

"Besok aja ya, Sil? I'm too sleepy."

"Gimana sih, Sha?! Kan tandingnya cuma hari ini. Ya kali kita besok mau liat lapangan kosong gitu?" Sesil menyadarkan tubuhnya ke sandaran kursinya, memainkan ponsel miliknya.

Aku mengangkat kedua bahuku tak acuh. "Kenapa nggak sama Janne aja?"

"Tuh cewek udah ngibrit ke kelas Kak Aresh duluan waktu tau kita nggak akan pelajaran."

"Gak jadi deh. Gue udah ajak Reka. Lo nggak papa gue tinggal sendiri?" sambungnya.

Aku mengangguk seadanya karena mataku semakin memberat. Setelah bayangan Sesil sudah tidak terlihat lagi, aku menelungkupkan kepalaku ke atas meja seraya memejamkan mataku.

Suara tarikan kursi dari depanku cukup mengganggu tidur nyamanku. Sebenarnya aku ingin membuka mataku dan melihat sendiri siapa yang datang. Namun, berhubung kelopak mataku sulit untuk terbuka, aku mencoba tidak memerdulikan dan melanjutkan tidurku.

CHOOSEWhere stories live. Discover now