14. First Things First

5.5K 457 10
                                    

"It is hard for me to pretend that I don't like you when in reality I am crazy about you." -Unknown

Selama sembilan puluh menit aku dibuat tegang dengan sesi pemotretan pertama untuk produk make up ini

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Selama sembilan puluh menit aku dibuat tegang dengan sesi pemotretan pertama untuk produk make up ini. Aku berulang kali diperingati oleh Kak Hanum untuk rileks saja, tapi tetap saja aku tak bisa meminimalisirkan ekspersi tegangku. Untung saja di tengah-tengah pemotretan tadi tiba-tiba Kak Nio meminta break, sehingga membuatku bisa mengambil nafas sebentar. Kak Hanum dan Tante Saras terus menyemangatiku dan berusaha membuatku agar tenang. Akhirnya sesi kedua pemotretannya selesai juga setelah hampir tiga jam.

Aku sangat merasa bersalah kepada para staff, Tante Saras, dan Kak Hanum. Apalagi pada Kak Nio, karena sepanjang pemotretan tadi dia juga ikut membantu agar aku bisa lebih luwes untuk berpose.
Nanti sampai rumah aku akan meminta Mama agar dia mengembalikan uang bayarannya kepada Tante Saras.

"Sha, kamu beneran nggak papa kakak tinggal sendiri?" Pertanyaan Kak Hanum membuatku tersadar saat ini kami berada di depan gedung untuk menunggu jemputan.

"I'm okay, duluan aja. Kasihan suami Kak Hanum udah nungguin dari tadi. Ini bentar lagi juga Pak Dedi sampai sini kok," sahutku.

"Yaudah, kamu hati-hati ya. Nanti kalau ada apa-apa telepon kakak. Oke?"

Setelah mendengar jawaban yang dia harapkan dariku Kak Hanum berjalan ke arah motor suaminya.

Aku melihat jam yang ada di tanganku sudah jam sembilan malam. Hawa dingin mulai menusuk lengan kulitku yang tak terlapisi kaos. Handphone ku bergetar menandakan ada panggilan masuk. Pak Dedi rupanya yang menelponku.

"Hallo, Pak, masih jauh nggak?"

'Aduh, non. Bapak minta maaf, ban mobilnya bocor ditengah jalan,' katanya penuh penyesalan.

"Emm, yaudah deh nanti saya pesen taksi online aja. Bapak pulang naik taksi aja mobilnya nanti biar diurus sama Papa."

'Baik, Non.'

Aku menutup panggilannya, lalu beralih pada pada aplikasi taksi online. "Ranesysha? Kok belum pulang?" tanya seseorang. Aku mendapati Tante Saras di sampingku khawatir.

"Ini tante, mau cari taksi online buat pulang ke rumah," jawabku sambil menunjukkan layar handphone.

"Sayang, bahaya kalau pulang malam-malam pakai kayak gitu. Mending pulang bareng tante aja."

"Jangan tante, nanti ngerepotin."

"Kamu itu kayak sama siapa aja. Udah ayo, itu si Nio udah siap di mobil." Tante Saras menggandengku masuk ke dalam kursi belakang mobil. Lalu Tante Saras membuka pintu di sebelah kemudi dan duduk disana.

"Nio, kita nganterin Esysha dulu ya kerumahnya," ujar Tante Saras yang langsung ditanggapi deheman oleh Kak Nio.

Mobil yang dikendarai oleh Kak Nio melaju pelan membelah jalan yang cukup ramai malam ini. Perjalanan kali ini tidak sehening saat aku pertama kali diantar oleh Kak Nio dulu, karena ada Tante Saras yang kerap mengajakku berbicara. Beliau juga menyuruhku memakai selimut yang ada di kursi belakang agar aku tidak kedinginan.

CHOOSEOù les histoires vivent. Découvrez maintenant