35. But It Hurts To Try

2.4K 250 40
                                    

Hai!! Sorry banget ya aku ngilang selama beberapa bulan kemarin. Aku juga berterimakasih buat yang masih setia nungguin cerita ini update
(tysm 😍😍)
Sebenarnya selain sibuk di rl, aku juga emm.. idk how to say but I got writers block☹️☹️ (aku tau, aku bukan penulis sehebat itu buat bilang kena writer block tapi sumpah waktu itu cerita ini bener-bener ngestuck di tempat)
Jadi sekali lagi aku minta maaf banget selama berbulan-bulan nggak update
🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Akhirnya setelah berbulan-bulan, aku mutusin nulis lagi. And here I am.
I'm back, hehe😜😜

HAPPY READING Y'ALL
note: jangan lupa vote dan komennya supaya aku nambah semangat yaa
Thanks

.

A: If you love someone, you're going to lose them. Sometime, somehow.
B: Yes, quite possibly. But we... love anyway. Don't we?

Menata hati itu perlu waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menata hati itu perlu waktu.

Bohong kalau aku bilang mudah, ternyata memang sesulit itu.

Sigh. Aku membuang pandanganku kebawah, pemandangan ubin keramik koridor sekolah jauh lebih menarik daripada siswa-siswi yang ada disekitarku. Sibuk dengan lamunanku, aku terkisap saat tanganku ditarik kencang oleh seseorang. Sebuah telapak tangan menutup mulutku sehingga membuatku tidak bisa berteriak meminta tolong. Kedua mataku membola melihat siapa yang kini tengah menyeret diriku untuk mengikuti langkahnya. Geez. This girl won't let me have some peace for a few days, didn't it?!! Demi Tuhan, sebenarnya apalagi maunya?!

Tubuhku secara sengaja didorong kasar hingga aku jatuh kebawah dan terbentur lantai gudang. "Awws..." ringisku pelan.

Suara beberapa langkah kaki mendekat menyadarkan diriku bahwa Janne tidaklah sendiri, tanpa sadar membuatku waspada. Saat aku ingin berdiri, pahaku lebih dulu diinjak keras.

"Eitss... Mau kemana lo?!"

Mulutku sontak kian mendesis kesakitan merasakan sepatu yang melapisi kaki itu menekan pahaku semakin kuat. Aku mendongakkan kepalaku untuk mengetahui siapa saja yang ada di sekelilingku. Keadaan gudang yang gelap membuat aku sedikit menyipitkan mata. Total ada empat orang yang kini memandangiku dengan penuh penilaian. Kak Vea dan tiga perempuan yang tidak aku ketahui namanya.

Kak Vea yang ada di sebelah penginjak pahaku menurunkan tubuhnya hingga dia berjongkok tepat di hadapanku. Dia mencengkram rahangku agar aku menoleh kearahnya. Kepalaku digerakkan ke berbagai arah oleh cengkraman tangannya. "Aaah... Jadi dia mainan bekas El? Tipe El banget nggak sih?"

CHOOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang