22. A War Between Two Girl

4.4K 408 40
                                    

Maaf banget baru bisa update🤧
Jangan lupa FOLLOW, VOTE dan KOMEN ya

Happy Reading!

You know that feeling when your head says no, but your heart says yes?
It's wrong, but it feels so right?

You know that feeling when your head says no, but your heart says yes? It's wrong, but it feels so right?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketukan pintu terdengar saat aku tengah menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulut. Sebelum Mama menyuruh Bi Nani untuk membuka pintu, aku memilih menawarkan diri. Aku takut tamunya orang penting juga, jadi tidak enak kalau kelamaan yang membukakan pintu.

Aku menutup pintu secepat mungkin setelah aku mengintip dari cela pintu yang sengaja aku buka sedikit. Dia ngapain kesini?!

"Sayang, siapa? Kok pintunya kamu tutup lagi?" tanya Mama yang sudah ada belakangku.

"Emm... Itu Mah, em..." Aku kebingungan mencari alasan agar Mama percaya denganku. "Oh, itu cuma orang salah alamat. Iya, salah alamat."

Dahi Mama mengerut, "Salah alamat gimana? Orang di luar ada Pak Harjo. Lagian kamu itu..."

Ketukan pintu menghentikan omelan Mama, dia menyuruhku membuka pintunya. Mulutku mencebik, walaupun begitu tetap saja aku membukakan pintu.

"Ceb- Oh morning, Tante Kara." Secepat kilat dia menurunkan jari telunjuknya yang terarah padaku. Dia menyapa Mama dengan canggung, kelihatan sekali kalau tadinya dia mau memarahiku.

"EL?! Tante kirain siapa."

Mama mempersilahkan Kak El masuk. "Duh, Esysha. Tadi kenapa pintunya di tutup lagi? Yang datang kan temen kamu!"

"But he's not my friend," kelitku pelan tetapi sepertinya Mama mendengarnya. Mama memukul pelan pantatku sambil menyipitkan matanya.

Why does she not believe me when I tell she the truth? Aku melempar tatapan sinis pada Kak El yang menahan tawa. Daripada aku yang jadi sasaran lagi, aku memilih berjalan mendahului mereka yang asik mengobrol. Samar-samar aku mendengar Mama meminta maaf pada Kak El.

Aku kembali melanjutkan sarapanku yang tertunda. Papa tersenyum geli melihatku dan bertanya ada apa denganku. Aku menggelengkan kepalaku, lalu aku mengerakkan kepalaku ke belakang agar Papa bisa melihat sendiri apa yang terjadi.

"Pagi, Om, maaf saya jadi ganggu acara sarapan keluarganya," ucap Kak El tidak enak pada Papa. Dalam hati aku mengiyakan ucapannya.

"Om nggak merasa terganggu sama sekali. Have you had breakfast? Kalau belum, sarapan sekalian disini."

"Makasih, Om. Nggak perlu repot-repot. Saya cuma mau jemput Esysha."

"Oohh..." Papa terkekeh lagi, melirikku dengan pandangan menggoda.

Aku memutar bola mataku, tak mau ambil pusing dengan pembicaraan mereka aku memakan sarapanku dengan tenang.

"Sha, kok malah asik makan sendiri. Itu Elenio nggak di tawarin makannya." Teguran dari Papa membuatku yang tengah menelan nasi goreng tersedak. Aku memukul pelan dadaku agar berhenti batuk. Segelas air putih tergeser di depanku, "Makasih Ma-," kataku terhenti saat mendongak ternyata yang berada di depanku bukan Mama seperti biasanya melainkan Kak El yang tengah tersenyum miring.

CHOOSEWhere stories live. Discover now