12. Spit the Dummy

5.4K 532 21
                                    

Thank you buat yang udah masukin cerita ini ke reading list kalian😊. Dan makasih banyak buat kalian-kalian yang nungguin dan ngikutin cerita ini😍. Jangan lupa buat komen dan vote ceritanya ya!
😉😉
Happy Reading!
.

.

.

.

.

"It's funny how someone can seem normal to you one day only for you to realize the next day that you are in love with them. It is like a light bulb suddenly being turned on." –Unknown

Rintik-rintik hujan menyambut mulainya hari ini

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Rintik-rintik hujan menyambut mulainya hari ini. Demi mencari kalung milikku yang hilang kemarin, aku berangkat lebih pagi daripada biasanya. Sampai membuatku lagi-lagi melupakan cardigan yang seharusnya aku bawa. Di tambah lagi tadi pagi aku dibuat terkejut saat melihat salah satu notifikasi di handphoneku. Do you know what? Seorang Elenio, guys, dia memfollow akun instagramku. It seems like antara dia nggak sengaja menyentuh tombol follow atau nggak kemarin handphone miliknya ada yang membajak. Ya, aku mencoba positif thinking. Tidak boleh terlalu percaya diri, nanti dibuat terbang eh endingnya malah dihempas lagi.

Area sekolah masih sepi, ditambah lagi gerimis yang masih saja berjatuhan ke bumi. Aku jadi orang yang pertama datang di kelas, menaruh tas sekolahku ke bangku, lalu mengelilingi kelas untuk mencari kalungku. Hasilnya nihil, tidak ada juga aku sudah tiga kali mengecek tetapi tetap saja tidak ada.

Aku diam sejenak untuk mengingat kejadian kemarin. Jadi, kemarin saat pelajaran olahraga, kalungku memang sempat terlepas. Tapi sebelum berganti seragam aku sudah memakainya kembali. Kemudian aku masuk kelas dan pelajaran seperti biasa. Pulang sekolah kemarin aku, Sesil, dan Janne kan pergi ke cafe, tapi sebelum itu- please aku mohon jangan sampai kalungku jatuh di depan gudang kemarin.

Aku segera beranjak ke gudang, kemarin aku ngintipnya dari sini pikirku. Aku sudah mencari-cari, hasilnya sama saja. Aku menjatuhkan tubuhku duduk di lantai depan gudang. Kalung, kamu jatuh dimana sih?

"Sha, lo ngapain nyantai disitu?" Sesil yang tadinya mau menaiki tangga menatapku heran.

Aku mendongak, "Tadi aku cari kalung disini tapi nggak ada," aduku padanya.

"Ya elah, Markonah, lo ngapain cari kalungnya disini. Kalau lo mau cari ya di kelas dong."

"Huh, in classroom? I have been looking there already."

"Terus?" Aku menjawabnya dengan gelengan kepala. "Tapi lo kok malah jadi nyari disini?" tanya Sesil.

"Jadi itu kemarin... " Mengalirlah cerita tentang aku yang tidak sengaja- eh mungkin bisa dikatakan sengaja mencuri dengar pembicaraan si dua tokoh utama. Saat mendengarkanku tentu saja ekspresi wajah Sesil sama persis denganku kemarin saat mengetahui sebuah fakta besar yang tak kusangka akan aku dengar.

CHOOSEOnde histórias criam vida. Descubra agora