13. Ona's Brothers?

5.3K 529 21
                                    

Yeay aku up lagi!!
Vote dan komen jangan lupa. Kalau nggak ngerepotin, kalian juga boleh banget share cerita ini ke temen-temen kalian😊😊 Hehe
Oh iya, jangan lupa follow akun aku juga ya😆
HAPPY READING, semua!
.

.

.
"When I see you, I admit I start to lose my grip and all of my cool." - Unknown

Sudah satu hari berlalu, entah aku harus bersyukur atau bagaimana aku tidak tau

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sudah satu hari berlalu, entah aku harus bersyukur atau bagaimana aku tidak tau. Kenyataannya kemarin aku sama sekali tidak melihat eksistensi Kak Nio. Padahal biasanya dia sering berseliweran. Yang kerap muncul di area sekolah tak lain tak bukan sang primadona dan kesatrianya alias Kak Rasya dan Kak Aresh yang selalu bermesraan layaknya sepasang kekasih. Sampai-sampai Janne dibuat badmood karena mereka, mungkin dia kesal karena harus melihat mereka bahagia tanpa sadar kalau ada seorang yang terluka.

Aku juga masih sangat penasaran sebenarnya dulu itu apa yang terjadi diantara mereka berempat. Padahal mereka baru SMP kenapa masalahnya jauh lebih rumit daripada ekspetasiku.

Sementara aku jadi bingung sendiri. Kenapa juga aku waktu itu pakai nangis segala sih, aku jadi tidak tau lagi dimana aku harus menaruh muka kalau semisal besok tidak sengaja bertemu dengan Kak Nio. Itu pertama kalinya aku bisa dibilang 'dilabrak' oleh kakak kelas, biasanya kan cewek nah kalau aku Kak Nio. So, it's okay if I cry a little? Tapi kayaknya aku nangisnya sampai tersedu-sedu deh. Pokoknya itu semua karena Kak Nio. Actually if he could have asked me nicely, I'm gonna answer truthfully. But look... he's even yells at me loudly.

Yang membuatku merasa aneh kenapa Kak Nio habis marah-marah terus malah kasih pinjem jaketnya, kasih susu kesukaan aku, orderin taksi lagi, ditambah ada sobekan kertas kecil permintaan maaf meskipun cuma satu kata doang. Aneh banget kan?

"Non, dipanggil Mamahnya non turun ke bawah," ucap Bik Nani bersamaan ketukan pintu.

"Iya, Bik. Bentar lagi aku turun."

Kuhela napas panjang, tau deh besok masih ada waktu buat mikirnya.

Mama tampak sibuk berdiri di samping sofa dan bertelepon ria saat aku sudah sampai di bawah. Mama berkata tanpa suara menyuruhku duduk di sofa ruang tamu.

"Kamu udah mandi kan, Sayang?"

Mendengar nada antusias Mama, aku menjadi curiga. "Udah, Mamah tumben nanya kayak gitu? Jangan bilang ada acara makan-makan bareng lagi?" sahut ku dengan mata menyipit ke arah Mama.

Senyuman Mama semakin melebar, "Good then, got to get you dressed. Your daddy's gonna be home soon."

"Wait, what? Can you-"

"Udah sana, nanti aja Mamah jelasin." Mama tak perduli dengan wajah protesku, dia malah melanjutkan teleponnya yang tadi sempat diputus oleh Mama. Lagian juga apa hubungannya aku harus ganti baju dengan kepulangan Papa coba pikirku.

CHOOSEWhere stories live. Discover now