17. Vana Ilusión

4.5K 451 47
                                    

Vote dan komen jangan lupa ya

"I dont know why i'm so afraid to lose you when you're not even mine" - Nurilla Iryani, "Dear Friend With Love"

"I dont know why i'm so afraid to lose you when you're not even mine" - Nurilla Iryani, "Dear Friend With Love"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku sudah siap dengan celana jeans putih dan atasan blouse pink. Aku kini berjalan mondar-mandir di kamarku, rasa takut dan gugup menyeruap keluar. Bukankah ini hanya dinner biasa dengan Tante Saras dan keluarganya entah kenapa aku malah seperti ini.

"Sayang, udah siap?" sambut Mama ketika aku menuruni tangga. "Ini Nak El udah nunggu kamu dari sepuluh menit yang lalu," sambungnya.

"Tante Kara, Om Bhanu kalau gitu kami berdua berangkat ya. Saya ijin bawa anak Tante sama Om."

"Iya, kamu naik motornya pelan-pelan aja. Om titip Esysha ya sama kamu," pesan Papa sambil menepuk bahu Kak Nio sekali. Lalu memperhatikan aku dan Kak Nio hingga aku keluar dari rumah.

Kak Nio menyerahkan helm berwarna pink, tebakanku helm ini milik Ona. Dia sudah naik dan bersiap diatas motornya, aku menatap bingung ke arahnya. I don't... Normally he's... That's really weird. Kak Nio nggak pernah bawa motor ke sekolah. Then, how do I get up there? Motor Kak Nio tinggi banget.

"Pftt, lo nggak bisa naik ya, cebol?"

Aku mencebikkan bibirku, kebiasaan Kak Nio nih, bukannya bantuin malah ngejek ujarku dalam hati.

"Makanya minum susu biar tambah tinggi," ejeknya walaupun begitu dia tetap membantu aku agar bisa naik ke motornya.

Motornya melaju cepat membelah jalanan malam yang hanya di sinari oleh lampu jalan. Aku dari tadi berpegangan di pundaknya dengan kaku. "Kak Nio, jangan ngebut-ngebut. Aku takut," teriakku otomatis saat dia dengan sengaja menambah kecepatan laju motornya.

Motornya memang melambat, tapi kenapa dia malah menepikan motornya di pinggir jalan?

Kak Nio membuka helmnya, "Bentar, hp gue bunyi."

Kak Nio terdengar sangat bahagia ketika melihat id penelpon ternyata sang perempuan idamannya.

"Hallo, Sya. Kenapa tumben telpon gue?"

Aku terdiam tidak bisa mendengar apa yang di katakan oleh Kak Rasya.

"HAH?! Lo sekarang dimana, gue bakal jemput lo sekarang. Lo tenang, okay? Gue langsung kesana." Dia mengantongi handponenya kembali ke saku jaket yang ia pakai. Dia menatapku lama, menghela napas gusar.

"Cebol, lo..."

"Kenapa, Kak?"

"Ah sialan emang... Lo turun bentar disini."

"Maksud Kakak gimana? Rumah Kak Nio dimana? Kenapa kakak minta aku turun disini?"

"Pokoknya lo turun bentar nanti gue balik kesini lagi."

CHOOSEWhere stories live. Discover now